06 | Jalan Berdua

"Lo tahu, apa hal yang paling menyakitkan? Yaitu, saat lo bilang cinta, tapi nyatanya itu hanyalah bualan semata."

🔹🔹🔹

Sore ini, Angga sangat senang karena ia akan jalan berdua bersama Anggi, walupun hanya karena tantangan semata. Sambil menyisir rambutnya di depan cermin Angga bersiul dengan bahagia. Entah kenapa, jika bertemu dengan Anggi membuat hatinya berseri-seri. Ia sangat bersemangat untuk itu.

Sedangkan di lain tempat, Anggi bahkan masih bermalas-malasan di kasurnya, ia sama sekali tak bersiap-siap. Anggi merasa kesal karena tantangan Angga yang menurutnya menyebalkan itu.

Ia benci jika Angga selalu berbuat seperti itu, seolah-olah ia menyukai Anggi. Padahal kenyataannya tidak sama sekali, Anggi meyakini bahwa itu hanyalah bualan Angga semata.

Angga selalu suka membaperi Anggi, tapi Anggi tak kan mudah untuk baper begitu saja, ia hanya tak mau jika suatu waktu dijatuhkan. Karena apa? Ya, karna dijatuhkan itu sakit dan Anggi tak mau merasakannya lagi, cukup satu kali ia merasakannya, tapi tidak untuk yang kedua kalinya.

Ketukan pintu dari luar kamarnya membuat Anggi bangkit dari posisi tidurnya dan dilihatnya Andin, mamanya.

"Kenapa Ma?"

"Di luar ada temen kamu tuh," ucap Andin, memberitahu.

Setahu Anggi, Elin dan Fara sedang tidak ada rencana untuk main ke rumahnya. "Siapa Ma?"

"Cowok, katanya namanya Angga."

"What? secepat itu?" Anggi membatin, ia lantas melirik jam tangan yang tengah dikenakannya.

"Udah sore ya ma?" tanya Anggi refleks.

"Ya menurut kamu aja?" balas Andin.

"Iya," jawab Anggi dengan polosnya.

"Kenapa? Kamu ada janji ya sama temen kamu itu?"

"Iya Ma, yaudah Angganya suruh masuk aja, bilangan kalau aku mau siap-siap dulu."

"Cepetan gih siap-siap, kasihan nanti dia nunggu lama."

"Biarin aja, siapa suruh datengnya kecepetan," batin Anggi lantas masuk ke kamar untuk bersiap-siap.

Di ruang tamu, Angga duduk berhadapan dengan Andin. Sebisa mungkin Angga bersikap sopan, selalu tersenyum ramah agar memberikan kesan yang baik untuk Andin.

"Kamu pacarnya Anggi ya?" tanya Andin sedikit curiga, karena jarang sekali ada teman laki-laki Anggi yang main ke rumah, hanya dulu saat Anggi masih SMP.

"Enggg lagi otw mungkin Tante," balas Angga ngawur.

Jawaban Angga sukses membuat Andin tertawa. "Lucu ya kamu, ngomong-ngomong kalian mau jalan ke mana?"

"Nggak tahu Tante, saya terserah Anggi aja."

"Kalau ngadepin Anggi yang sabar ya, dia emang suka galak." Andin memberikan nasehatnya.

Angga hanya terkekeh mendengar ucapan mamanya Anggi itu, karena memang benar adanya. Anand dan Andin sama-sama ramah dan baik kepadanya, lalu dari mana asalnya sikap Anggi yang galak itu? Entahlah, Angga juga tak tahu.

"Ngomongin apaan sih?" tanya Anggi yang sudah siap lengkap dengan pakaiannya, kaos lengan pendek berwarna biru muda yang ia masukkan ke dalam celana jeans panjang yang dikenakannya, tak lupa sling bag yang sudah menggantung di bahunya. Dengan make up yang sederhana, rambut panjangnya ia biarkan terurai.

"Lama banget sih Nggie, kasian Angganya nunggu lama nih," ucap Andin.

"Nggak papa kok Tante," balas Angga.

"Dih, sok manis banget si Angga." Anggi memutar bola matanya malas.

"Yaudah Ma, Anggi berangkat dulu ya," salim Anggi kepada sang mama dan disusul oleh Angga.

"Hati-hati, jangan pulang kemaleman lho ya."

"Iya Ma," balas Anggi.

🔹🔹🔹

"Kita mau ke mana?" tanya Anggi sedikit mencondongkan kepalanya ke depan agar Angga dapat mendengar suaranya yang beradu dengan suara kendaraan lainnya.

"Lo maunya ke mana?" balas Angga.

"Gue maunya pulang ke rumah."

"Enak aja, baru juga keluar rumah, masa udah mau pulang aja," sewot Angga.

"Siapa suruh nanya sama gue, gue kan gak tau."

Setelah itu mereka berdua sama-sama terdiam, menikmati angin sore yang kala itu terasa menyejukkan.

Anggi hanya diam dan mengamati ke mana Angga akan membawanya, ternyata Angga membawanya ke salah satu mall yang terdapat bioskop di dalamnya.

"Lo mau nonton apa?" tawar Angga.

Sambil terlihat berpikir, Anggi menimang-nimang tawaran Angga tersebut. "Angga kan takut setan, gue pilih film horror aja deh, biar tahu rasa dia!"

"Horror, gue mau nonton film genre horror," jawab Anggi bersemangat.

"Jangan genre horror, ntar kebawa mimpi lho," tolak Angga.

"Biarin aja, lo takut ya?" tuding Anggi.

"Enggak, lagi males aja. Udah bosen nonton yang genre horror terus mah."

"Dih, bilang aja takut!

"Udah, mending yang ini aja," putus Angga memilih salah satu film dengan genre romansa anak muda.

"Kalau gitu ngapain nanya, kalau ujung-ujungnya dia yang nentuin film-nya," batin Anggi kesal, dan yang dilakukannya hanya menurut saja, ia sedang malas berdebat dengan Angga.

Setelahnya Angga langsung mengantri untuk mendapatkan tiket, setelah mendapatkan tiket ia menghampiri Anggi yang sudah mendapatkan dua porsi popcorn. Satu untuknya, satunya lagi untuk Angga.

"Tumben baik, beliin gue popcorn segala," ucap Angga yang baru menghampiri Anggi.

"Nggak mau? Gue makan sendiri aja kalau gitu."

"Jangan dong, gue kan juga pengen. Sensi bener sih Nggie."

"Lo sih ngeselin."

"Gue itu gemesin, gak ngeselin," ucap Angga dengan percaya dirinya.

"Bodo amat!"

Angga langsung mengajak Anggi masuk ke dalam bioskop, karena sebentar lagi film akan diputar. Sepanjang film, Anggi hanya fokus menatap layar dan sesekali menatap popcorn miliknya. Tak seperti Angga yang kebanyakan melirik ke arah Anggi secara diam-diam.

"Kalau diem gini kan makin cantik, adem gitu gue liatnya," batin Angga seraya memperhatikan Anggi yang sedang fokus menatap layar.

🔹🔹🔹

Salam, sriiwhd
01 April 2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top