BAB 9
—Pasti ada alasan kenapa di pertemuan pertama kamu merasakan sesuatu yang aneh. Bisa jadi karena rasa takut atau rasa ingin tahu. Ingin mengenalnya lebih dalam lagi—
***
"Perkenalkan ini Denis." Ucap Dave memberkenalkan seorang pria yang ia bawa bersamanya ke apartemen Angel.
Angel dan Ani yang sedang meminum teh hampir saja menyemburkan tehnya itu melihat siapa yang dibawa Dave ke hadapan mereka itu.
Denis? Seseorang yang katanya ahli dalam hal meretas peralatan elektronik dan sebagainya. Denis seorang hacker handal. Menarik. Tidak bukan dari keahlian Denis yang menarik. Tapi...
"Kalian kembar?!" tanya Ani dengan nada tinggi. Masih belum percaya dengan apa yang ada di hadapannya ia pun mengucek-ngucek matanya siapa tahu ia sedang bermimpi atau kurang fokus.
"Mmmm... begitulah." Ucap Dave acuh tak acuh.
Angel berdiri dari duduknya. Menghampiri Dave lalu menarik tangan Dave membawanya ke dapurnya.
"Denis,..." Angel menarik nafasnya sejenak. "Dia beneran saudara kamu?"
"Kenapa? Dari wajah kita yang mirip aja udah ketahuan 'kan kalau kita ini kembar?"
"Tapi..."
"Tapi apa?"
Angel menunduk. Entah kenapa tiba-tiba saja ia merasa kecewa dengan Dave yang tidak berterus terang dari dulu kepadanya. "Kamu... aku fikir kamu anak tunggal. Aku fikir kamu gak punya saudara. Dan gak tahu kenapa aku merasa kecewa sama kamu. Aku gak tahu kenapa, yang jelas aku gak suka tahu hal ini sekarang. Setidaknya kamu kasih tahu aku dari dulu kalau kamu punya saudara." Angel menyuarakan apa yang ada di dalam hatinya.
Dave tersenyum. Menghela nafasnya kemudian memeluk erat Angel. "Maaf."
"Kenapa kamu gak bilang sama aku dari dulu kalau kamu punya kembaran. Aku selalu mikir kalau kamu itu anak tunggal. Laki-laki paling tidak tahu diri yang pernah hadir dalam hidup aku."
"Kamu gak pernah tanya."
"Apa susahnya kamu ngasih tahu aku tanpa aku tanya."
"Oke, aku minta maaf."
***
"Bagaimana? Apa sudah bisa?" tanya Ani pada Denis yang sedang sibuk dengan komputernya.
Saat ini Denis sedang mencoba untuk memperbaiki memory card itu melalui sebuah program yang tidak diketahuia oleh orang lain sama sekali. Wajah Denis yang tampa lebih tenang dari Dave terlihat kentara. Cahaya komputer menyinari wajahnya membuat wajahnya itu terlihat amat sangat mempesona.
Tidak disangka ternyata Denis memang benar saudara kembar Dave. Dave mengatakan kepada Angel bahwa semenjak kedua orangtua mereka meninggal dunia mereka berdua berpisah dan mengambil jalan mereka masing-masing. Sudah 8 tahun, sampai akhirnya mereka bertemu lagi sekitar dua tahun yang lalu. Dan selama itu Dave tidak mengatakan apapun mengenai saudara kembarnya ini. Angel bisa menilai bahwa dua orang ini mempunyai kepribadian yang berbeda satu sama lainnya. Dan entah kenapa juga setiap kali ia melihat Dave dan Denis ia merasa ada sisi misterius dari keduanya. Tidak pernah ia merasakan hal seperti ini terhadap Dave, tidak, sebelum Dave membawa Denis bersamanya.
"Bersabarlah, butuh beberapa menit untuk memulihkan data-data yang ada di dalamnya. Yah, meskipun aku tidak bisa menjamin apakah ini akan berhasil atau tidak." Ujar Denis lalu menekan enter. "Sekarang kita tunggu sampai loadingnya selesai."
"Kita bisa sama-sama berharap sesuatu yang baik dari ini." ucap Angel.
Ucapan Angel barusan mendapat anggukan setuju dari Denis.
Tanpa disangka tatapan mereka saling bertemu. Mungkin hanya beberapa detik, sampai mereka berdua sama-sama memalingkan pandangan mereka.
Suasana berubah menjadi canggung.
Angel merasakannya. Begitu juga dengan Denis yang masih duduk di depan komputer itu.
"Mau kopi?" tanya Angel kikuk. Masih canggung, tetapi ia berusaha untuk mencairkan suasana tidak menyenangkan itu.
Denis sama kikuknya dengan Angel. Tanpa menatap Angel ia mengangguk, "Boleh." Jawabnya. "Jangan terlalu manis."
Angel menghela nafas. "Aku akan kembali beberapa menit lagi."
"Ah. Iya."
***
Angel baru saja tiba di dapurnya. Berdiri diam di depan pantry dengan tangan memegangi dadanya. Kenapa ini? ia sama sekali tidak mengerti kenapa bisa seperti ini. Yang pasti saat ini jantungnya berdebar sangat kencang. Apakah barusan terlalu jelas? Bahwa ia... bahwa dirinya salah tingkah barusan setelah kejadian saling bertatapan itu.
Ah, semoga saja tidak terlalu jelas.
Dan tanpa sadar Angel bertingkah seperti cacing kepanasan saat itu juga. Sambil mengibas-ngibaskan tangannya, ia berpindah ke sisi yang lain kemudian kembali lagi ke tempat semula. Terus terjadi pengulangan seperti itu sekitar 5 kali ulangan.
"Angel, kamu baik-baik saja 'kan?" entah sejak kapan Ani sudah berdiri tak jauh darinya dengan tangan terlipat di depan dada. Memperhatikannya dengan tatapan intens.
Angel berhenti. Menatap Ani dengan tatapan seolah barusan ia tidak melakukan hal bodoh itu. "Kenapa?" tanya Angel berpura-pura tidak tahu.
"Tidak kenapa-kenapa sih. Hanya saja,..."
"Oh, aku akan membuatkan kopi untuk Denis. Yah itu." ujar Angel lalu bergegas mengambil kopi instan dan menuangkannya pada cangkir kecil berwarna abu-abu miliknya.
"Kamu yakin tidak kenapa-kenapa?" tanya Ani lagi memastikan.
Angel menggeleng pasti. "Ya. Aku tidak apa-apa."
Alis Ani mengernyit mengingat tingkah sahabatnya itu beberapa menit yang lalu. Sangat berbeda sekali dengan Angel yang ia fikir kelewat normal itu.
***
Angel meletakkan cangkir kopi itu di samping tangan Denis yang ternyata masih setia menunggu sampai loading perbaikan memory card itu berakhir. "Maaf, tadi ada sedikit masalah di dapur jadi..." Angel mencoba untuk menjelaskan akan tetapi Denis sudah lebih dulu memotongnya.
"Tidak apa-apa." Kata Denis sambil mengambil cangkir berisi kopi itu lalu meminumnya.
"Apa masih lama?" tanya Angel.
"Sebentar lagi." Jawab Denis.
"Mmm..." Angel menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Mungkin aku akan memanggil David dan Ani untuk segera kesini."
"Ya."
"Ah, kenapa aku merasa canggung seperti ini." ucap Angel pada dirinya sendiri.
"Kenapa?" Alis Ani saling bertautan melihat tingkah Angel yang lagi-lagi terlihat aneh baginya.
Angel mengerjap. "Kenapa? Kenapa apanya?"
"Sudahlah lupakan." Ani menatap melewati punggung Angel. Mengintip Denis yang masih duduk di depan komputer di dalam ruangan itu. "Bagaimana apa sudah selesai?"
"Katanya sebentar lagi. Makanya aku akan menyuruhmu dan Dave untuk..."
Belum selesai Angel dengan kalimatnya Ani sudah lebih dulu berjalan melewati Angel. Angel hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Ani mengabaikannya?
"Wahh.."
Ani berbalik menatap Angel. "Wahh? Apanya yang wah?"
"Lupakan. Lupakan dengusanku barusan." Jengkel Angel. "Dimana Dave?"
"Di balkon."
***
"Kapan kamu kembali?" tanya Dave pada Denis yang duduk di hadapannya.
"Aku tidak pergi kemana-mana."
"Lalu?"
Denis meliriknya sambil menyeruput minumannya. "Aku bersembunyi."
"Bersembunyi?" Dave membeo. Keningnya berkerut samar. Penasaran dengan alasan kenapa Denis pergi selama ini, lebih tepatnya seperti yang dikatakan Denis padanya dia bersembunyi.
"Emmm... lebih tepatnya aku sedang menyiapkan sesuatu yang besar."
Lagi-lagi apa yang dikatakan Denis membuat Dave penasaran.
"Kamu mungkin tidak tahu. Karena anak baik sepertimu sepertinya lebih baik tidak tahu apa-apa tentang hal ini."
"Apa yang kamu bicarakan?"
Seketika wajah Denis berubah menjadi sangat serius. Di tatapnya wajah kembarannya itu seperti sedang menyalurkan emosi yang dirasakannya.
Mata Dave memicing. Tiba-tiba saja perasaan kemarahan dan kebencian merasuki tubuhnya. Ia tahu kenapa terjadi seperti ini. Denis sedang menyalurkan apa yang dirasakannya melalui ikatan batin mereka.
Karena mereka terlahir dalam waktu yang hampir bersamaan dan berada di rahim yang sama dalam waktu yang sama. Mereka mempunyai ikatan batin yang lebih kuat dari yang orang lain bayangkan. Aneh mungkin, Dave sering merasakan bahwa ada sesuatu yang terjadi pada kembarannya, apa yang dirasakan kembarannya, bahkan tidak jarang ia merasakan hal-hal yang aneh. Dan saat-saat itu Dave selalu teringat dengan Denis, kembarannya. Itulah yang ia yakini sebagai ikatan batin mereka yang sangat kuat sebagai dua orang yang terlahir kembar.
"Bisa kamu jelaskan padaku alasan dibalik kemarahanmu ini?" tanya Dave. Dirinya pun seketika berubah menjadi sangat serius.
"Ini menyangkut kematian kedua orangtua kita." Ucap Denis.
"Dave!!" teriak seoran gadis yang entah sejak kapan berada di hadapannya. Berdiri dengan kesalnya dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya.
Dave mengerjap beberapa kali. Menyadari bahwa saat ini Angel sedang menatapnya dengan tatapan kesal. Pasti ia melamun lagi barusan.
"Kamu ini kenapa sih!"
Dave menyunggingkan senyum tipis. "Gak apa-apa kok." Ucap Dave sambil berlalu memasuki apartemen Angel.
Angel mendengus mendengarnya. "Gak apa-apa? Akhir-akhir ini kamu sering ngelamun kayak gitu. Pasti ada sesuatu yang kamu sembunyiin 'kan?"
"Gak ada."
Angel terus mengekori Dave sampai pria itu berhenti di depan pantry. "Jangan bohong!"
Dave mengambil gelas kaca bening dari rak piring Angel, lalu berjalan menuju dispenser. Mengisi gelas itu sampai penuh. Sementara itu Angel masih mengekorinya.
"Pasti ada sesuatu yang ganggun fikiran kamu 'kan? Iya 'kan?"
"Lagian kalau aku bilang sama kamu pun gak ada hubungannya sama kamu."
Angel mengamati Dave yang sedang meminum air. "Emangnya sejak kapan kamu berfikiran kayak gitu. Bukannya kamu selalu certain apapun sama aku sampai detail terkecilnya dari sesuatu yang buat aku gak berguna sama sekali. Dan sekarang kamu kenapa?"
Dave menghela nafasnya. Meletakkan kedua tangannya pada pundak Angel. "Aku udah bilang kalau aku gak apa-apa 'kan?" ucapan Dave terdengar begitu lembut.
"Oke. Sampai kapanpun kamu pasti bilang kalau kamu gak apa-apa." Angel menyingkirkan tangan Dave dari pundaknya.
Angel melangkar mundur menjauhi Dave. "Aku kira kita bener-bener sahabatan." Angel tersenyum miring. "Tapi, kayaknya cuma aku yang ngira kayak gitu. Bagi kamu persahabatan kita gak ada artinya 'kan?"
"Kamu ngomong apa sih!"
"Kamu punya masalah dan gak mau cerita sama aku. Jangan buat aku ngeraguin arti persahabatan kita ini Dave."
Dave melangkah mendekati Angel. Meletakkan kedua tangannya lagi pada pundak gadis itu. "Gak semua masalah bisa aku bilang sama kamu dengan mudahnya. Terkadang ada yang memilih diam dan menikmati sendiri masalahnya. Terkadang itu terlalu sulit, atau mungkin karena dia gak mau kasih tahu orang lain tentang masalahnya. Aku pasti bilang sama kamu, Ngel. Tapi, belum sekarang. Belum saatnya aku bilang sama kamu sekarang."
"Kamu yang mana?"
"Hah?"
"Kamu yang mana? Apa masalah kamu itu terlalu sulit buat kamu sampai kamu gak cerita sama aku atau kamu gak mau aku tahu masalah kamu?"
"Denger. Aku pasti bilang sama kamu. Gak sekarang."
"Wah wah wah..." tiba-tiba saja terdengar suara tepuk tangan dari arah pintu dapur.
Dave dan Angel menoleh secara bersamaan.
Disana ada Ani yang sedang menyandarkan tubuhnya pada kusen pintu sambil bertepuk tangan. Entah sejak kapan Ani berdiri disana. Tetapi sepertinya dia mendengar perdebatan kecil antara Angel dan Dave barusan.
"Maaf karena aku harus menyaksikan pertengkaran tentang rumah tangga kalian." Ucap Ani sedikit bersikap seolah-olah merasa tidak enak. "Aku kesini hanya ingin mengatakan bahwa memory card itu sudah bisa dibuka."
***
Ketemu lagi dengan saya di hari Jumat yang insyalloh penuh berkah ini😁😁
Gak pernah bosen-bosen juga buat ngingetin... Jangan lupa vote sama komennya ya gaisss.. Sahabat setia yang selalu ngilang saat dibutuhkan #apasihguegajebgt :D
Hahahaha tinggalkan jejak ya... Inget! Tinggalkan jejak itu harus! 😀
Regards,
Iis Tazkiati N
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top