BAB 6

***

Pria ini berjalan mengendap-ngendap mengikuti komplotan tujuh orang pria itu. Mengikuti mereka dari belakang dengan sangat berhati-hati dan sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara apapun yang mencurigakan. Ia berhenti sejenak dan bersembunyi di sebuah belokan saat ia melihat komplotan itu berhenti. Ia mengikuti arah pandangan komplotan itu.

Ah, ternyata sebuah CCTV yang menghentikan mereka. Ia tidak heran, jika komplotan yang kelihatannya jahat itu pun takut jika wajah mereka di ketahui publik karena CCTV di bagian belakang rumah sakit seperti itu.

“Anak muda, bisa kau retas CCTV itu untuk kami?”

Ia mendengar apa yang dikatakan pria yang sepertinnya pemimpin komplotan itu. Jelas itu ditujukan untuk seseorang yang saat ini tidak bersama mereka. Ia tidak heran jika mereka mengikutsertakan seorang hacker bersama mereka.

Tak lama ia melihat komplotan itu kembali bergerak. Dengan hati-hati ia mengikuti mereka lagi. Matanya elangnya yang waspada langsung menangkap jika seseorang dari komplotan itu yang berjalan di paling belakang sepertinya menyadari bahwa ada seseorang yang mengukuti mereka. Namun belum sempat orang itu menoleh, ia sudah lebih dulu bersembunyi disalah satu ruangan kosong disampignnya. Ia tidak tahu apakah ini keberuntungan baginya atau apa, yang pasti ia dari tadi selalu menemukan tempat untuk bersembunyi dari mereka.

Sepertinya mereka sudah sampai. Ia melihat tujuh orang itu sempat terdiam beberapa detik di depan sebuah ruang otopsi. Kemudian pria yang merupakan pimpinan komplotan itu mengisyaratkan sesuatu. Tampak beberapa orang berjalan kearah yang berlawanan dan si pimpinan bersama dengan seorang bersamanya berjalan memasuki ruang otopsi itu.

“Ah, sebenarnya apa yang mereka incar dari ruang membosankan itu?” gumamnya, heran.

Kemudian, karena tidak mau memikirkan apa yang mereka incar lagi, ia pun mengenakan masker hitam untuk menutupi mulut dan hidungnya tak lupa juga ia membenarkan letak topi hitamnya supaya wajahnya tidak terlihat saat aksinya berlangsung. Tanpa ragu ia pun berjalan mengikuti salah satu komplotan itu. Ia berdiri merapat ke tembok. Menguping apa yang dua pria itu bicarakan.

“Seperti rencana aku dan Jaguar yang akan membawa mayat itu keluar. Siap!” salah satu dari dua pria itu berbicara melalui earphone.
“Bersiap.” Intruksinya pada pria yang bernama panggilan Jaguar itu.

Mendengar apa yang dibicarakan dua orang itu ia langsung bersiap. Meregangkan otot-ototnya, lengannya, kepalanya, dan juga jari-jari tangannya. Bersiap.

Saat dua orang pria itu berjalan melewati belokan yang ia gunakan untuk bersembunyi ia langsung menjulurkan salah satu kakinya membuat salah satu dari dua orang itu jatuh tersungkur. Sementara itu, pria satunya yang menyadari ada orang lain yang sengaja melakukan itu langsung siaga. Namun, gerakannya lebih cepat dari gerakan pria itu. Sebelum sempat melayangkan pukulan padannya, ia sudah lebih dulu meninju wajah pria itu dengan kerasnya. Pria itu mundur beberapa langkah menyeka hidungnya yang berdarah.
Pria yang tadi terjatuh bangkit dan menendang tepat pada tulang rusuknya. Membuatnya mundur beberapa langkah.

“Ah, sialan. Aku lupa bukan hanya dia lawanku.” ucapnya, sambil tertawa meledek.

Pertarungan pun terjadi. Pria yang tadi dipukulnya pada wajahnya menyerangnya bersamaan dengan pria yang ia buat terjatuh tadi. Ia harus bersusah payah memukul dan menangkis pukulan dari dua pria yang ternyata tidak selemah yang ada difikirannya. Pukulannya terasa mematikan seakan mereka adalah tenaga ahli dibidang ini. Namun ia masih bisa menahannya.

Ia berlari menuju dinding, naik beberapa langkah, melayang diudara sejenak sebelum tendangan kakinya berhasil mendarat di wajah kedua orang itu. Dalam hitungan detik saja dua pria itu sudah tumbang. Menggelepar di atas lantai rumah sakit.

"Ah, apa semudah ini menaklukkan kalian?"

“Siapa kau!” teriak seorang pria yang merupakan anggota komplotan yang sama saa dia datang dan melihat dua temannya sudah dilumpuhkan dengan seorang pria misterius yang mengenakan pakaian serba hitam dengan wajah ditutupi masker berdiri di hadapannya.

Pria itu langsung berlari kearahnya. Menyerangnya dengan serangan bertubi-tubi namun masih bisa ia tangkis. Tak lama dua orang lainnya datang ikut membantu temannya. Ia cukup cerdas dalam hal berkelahi seperti ini. sehingga dalam sekejap saja  ia sudah berhasil melumpuhkan dua dari tiga orang itu. Tinggal satu orang lagi. Hanya dengan sekali tendangan saja pria terakhir itu melayang di udara dan mendarat tepat di depan dua orang pria yang mendorong ranjang rumah sakit.

“Kalian mencuri mayat?” tanyanya diikuti tawa meledeknya. “Aku menyarankan kalian untuk mencuri uang di bank dengan kemampuan kalian yang seperti ini. Sungguh, disayangkan kemampuan hebat kalian hanya untuk mencuri mayat yang bayarannya tidak seberapa itu.”

“BANGSAT!!” umpat salah satu dari dua orang itu sambil berlari kearahnya dan langsung menendang. Namun tendangannya meleset, ia sudah lebih dulu  menghindar.

Sementara itu satu orang lainnya mengeluarkan pistol dari bajunya dan bersiap untuk menembaknya.
Akan tetapi hal itu sudah lebih dulu disadarinya. Dengan secepat kita ia sudah menendang pistol itu dari tangannya. membuat pistol itu terjatuh beberapa meter dari mereka, tepat didekat pot bunga besar di sudut ruangan.

Lagi-lagi ia harus meladeni dua orang seperti ini. Serangan demi serangan ia terima. Pukulan demi pukulan berhasil ia tangkis, kemudian membalas pukulan ketika lawannya lengah. Tak butuh waktu lama lawannya pun sudah berhasil ia kalahkan.

“Pergi sekarang juga!" perintah salah satu pria sambil menekan earphone di telinganya. Menginstruksikan kepada semua anggotanya untuk pergi segera dari tempat ini. Dengan terpaksa harus mengakui bahwa mereka kalah dan misi mereka sudah gagal.

Melihat beberapa orang itu hendak melarikan diri. Disisi kanannya ada sebuah meja dengan pot bunga kecil di atasnya. Melirik beberapa orang itu dan pot bunga itu secara bergantian sebelum akhirnya menendang pot itu dengan penuh perhitungan.

Dan…

Preng…

Pot itu berhasil mengenai kepala salah satu dari orang-orang itu membuatnya terjatuh seketika dengan pecahan beling di sekitar tubuhnya.

Ia menghampiri pria itu. Membungkuk di hadapannya. Menarik rambut pria itu sehingga pria itu menengadah menatap wajahnya.

“Kamu tahu apa hukumannya jika melanggar peraturan yang ada? Mencuri, menyusup, dan… ah… Mungkin hukumannya hanya beberapa tahun saja. Jalani saja, itu konsekuensi yang harus diterima karena sudah melakukan kejahatan seperti ini.” katanya, sebelum mengikatnya pada sebuah bangku yang tak jauh dari sana.

***

—Berharap saja tidak akan merubah keadaan tanpa bertindak sama sekali

Jangan lupa vote sama comentnya yaaa... Awesome

Menurut kalian gimana bab ini? Penasaran nih😁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top