BAB 44
Hai hai hai ketemu lagi bersama saya di sore yang indah ini hahaha :D
Jangan lupa pencet bintang nya yaaa...
Berterimakasih banget kalau ada komen kalian nyangkut di salah satu adegan (ciaaaa adegan kayak film aja :D)
Happy Reading!!
***
"Tidak ada apa-apa disini." ujar Angel.
Sesaat setelah mereka turun, mereka melihat hamparan lahan kosong. Tidak ada apa-apa selain rumput liar yang tumbuh setinggi pinggang orang dewasa. Di sekelilingnya pohon-pohon berdiri tegak karena lahan ini dekat dengan hutan lebat.
Mereka membutuhkan empat jam perjalanan dengan menantang jalanan yang sangat curam. Aspal-aspal jalan sudah terkelupas menyisakan batuan-batuan tajam di jalanan. Membuat mereka kesulitan mengatur kecepatan. Beberapa kali mereka hampir terjebak dikubangan lumpur karena semalam sepertinya baru saja turun hujan. Tempat ini adalah ujung pulau. Begitulah orang-orang menyebutnya dulu sebelum daerah ini diratakan untuk alasan pembangunan yang sampai saat ini—entah kenapa—tidak pernah terlaksana.
"Apa ini alamat yang benar?" Denis kembali menatap kertas di tangannya. "Mungkin ada daerah yang memiliki nama yang sama dengan disini?"
"Tidak mungkin." Angel menyela.
"Bisa saja kan?" Denis mengangkat bahu berusaha meyakinkan.
Angel mengabaikan Denis, berjalan membelah rumput liar itu. Tidak takut dengan kemungkinan ada ular, ulat, atau binatang membahayakan lainnya yang mungkin bersembunyi dengan apik di sana. Banyak nyamuk liar juga. Membuat mereka berdua cukup kewalahan menyingkirkannya.
"Sampai detik ini aku tidak habis pikir kenapa Thomas memberitahukan tempat ini. Aku lebih suka dia langsung mengatakan kenapa dia bisa bersama Rosa."
Angel berbalik sambil tersenyum. "Rumahku dulu disini."
Denis berhenti tepat disamping Angel.
"Disana dulu kamarku dan Michelle. Kami tidur di kasur bertingkat." Angel menunjuk sisi yang lain. "Disebelah sana tempat penyulingan minyak nilam. Disampingnya pabrik minyak kelapa VCO. Lalu jauh disana, pabrik kayu dan pemakaman. Disini dulu daerah yang maju untuk seukuran daerah yang kecil. Disini semua bahan makanan dan kebutuhan pokok bisa terpenuhi tanpa harus membeli dari luar. Sawah-awah melintang, kebun papaya, jeruk, cabai, tomat, bawang, semuanya ada disni. Daerah ini sangat subur, sekarang aku heran kenapa daerah yang maju dulu bisa menjadi seperti sekarang. Jika bisa, sesepuh sesepuh daerah ini akan mendirikan negara sendiri saking majunya daerah ini. Sampai tiba-tiba pemerintah datang dan berniat untuk mendirikan pabrik senjata di sini."
"Dari semua tempat yang ada di negara ini kenapa mereka malah memilih daerah ini?"
Angel mengangkat bahunya. "Aku juga tidak tahu. Yang pasti penduduk sini dulu sempat memprotes besar-besaran. Tapi semua orang buta akan uang. Mereka mengiming-imingi orang-orang di sini dengan sejumlah uang sampai akhirnya mereka menyerah. Satu persatu orang pindah dari daerah ini, termasuk keluargaku yang saat itu masih berkabung karena baru satu bulan ditinggalkan Michelle. Keluarga yang terakhir berada di daerah ini adalah Pak Salam. Dia tinggal cukup jauh dari sini, sehingga dia tidak akan mendapatkan kompensasi jika pergi dari tempat ini."
"Tunggu," Denis menyela. "Kamu bilang Salam?"
Angel menatap Denis keheranan. "Iya, dia orang yang terakhir tinggal disini. Aku tidak tahu apa dia masih tinggal di sini atau sudah pindah seperti yang lainnya. Ada apa?"
"Aku baru ingat Thomas mengatakan tentang salam. Aku tidak tahu itu adalah nama orang. Kamu masih ingat dimana rumahnya?"
Angel mengangguk kemudian memandu Denis menuju rumah Pak Salim. Ia tidak yakin apakah rumahnya masih ada itu sudah lama. Kemungkinan rumah itu masih ada dan Pak Salam masih tinggal di sana sangat kecil. Usia Pak Salam saat itupun sudah sangat tua. Apalagi sekarang, jika memang Pak Salam masih hidup sampai saat ini.
Mereka berdua berjalan masuk kedalam hutan. Nyamuk yang menyerang tak lagi mengganggu. Mengetahui tujuan mereka kesini sudah membuat mereka lupa segalanya.
Rumah Pak Salam terletak jauh di tengah hutan. Mereka berjalan menaiki batu, melewati sungai dengan air yang mengalir jernih, sampai akhirnya sampai di depan sebuah bangunan tua dengan dua kuburan di sisi kanan rumah. Walaupun begitu rumah beserta halaman itu terlihat terawatt seperti sering dibersihkan.
"Pak Salam sudah meninggal." ujar Angel setelah ia melihat kuburan itu.
Denis menatap rumah itu. "Mungkin ada sesuatu yang bisa kita temukan di dalam rumah."
Angel mengangguk setuju lalu berjalan mengekori Denis.
Sama seperti halam rumah, keadaan di dalam rumah pun sama bersihnya. Perabotan masih berada di posisinya. Denis meletakan tangannya pada meja di tengah ruangan. Hanya ada debu tipis menempel pada tangannya. Seperti ada orang yang sering datang kesini dan membersihkannya.
Ia melihat Angel memasuki sebuah kamar. Ia berlanjut menuju dapur. Bahkan ada sisa kayu bakar di dalam tungku. Denis berjongkok.
"Ini masih baru." Ujarnya. "Seseorang pasti baru saja dari sini."
Tiba-tiba saja ada suara benda jatuh.
Denis kembali ke ruangan utama untuk mengecek benda apakah yang jatuh. Ia menemukan sebuah guci tua pecah perserakan di lantai. Angel tidak ada di sana. Ia kemudian memasuki kamar dimana terakhir kali ia melihatnya. Perempuan itu juga tidak ada di sana.
"Angel?"
Tidak ada yang menyahut.
"Angel!!" kali ini Denis memanggil dengan suara yang lebih keras.
"Angel kamu dimana?"
Denis berlari keluar. "Angel. Jangan bercanda Angel!!"
Tidak ada tanda-tanda keberadaan Angel. Ia hanya melihat tanah basah yang berbentuk aneh, memanjang, ia kemudian mengikuti jejak itu. Bahkan rumput-rumput pun ikut tumbang. Seperti bekas seretan sesuatu.
"Angel!!" Denis kembali memanggilnya sambil mengikuti jejak itu.
Kemudian menghilang. Jejak itu berhenti di depan sebuah pohon besar. Ia mengelilingi pohon itu tapi tidak ada tanda apa-apa lagi. Jejak kaki binatang, manusia, ataupun tanda-tanda lain ia tidak menemukannya.
"Angel!!" Denis berteriak frustasi.
Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Angel kemana?
Tidak mungkin Angel tiba-tiba hilang?
Dia juga tidak mungkin pergi begitu saja tanpa memberitahunya.
Lalu kemana?
"Angel." Denis mengacak-ngacak rambutnya.
"Ani." ucap Denis setelah Ani menjawab panggilannya. Napas Denis terengah-engah, ia tidak tahu apa yang harus ia katakan.
"Ada apa Denis?" tanya Ani khawatir.
"Entah seperti apa kejadiannya, aku tidak tahu. Hal ini juga diluar kendali..."
"Katakan apa yang terjadi?!!" desak Ani. "Jangan terus berbelit-belit."
"Angel menghilang."
Pada akhirnya Denis tidak bisa menyembunyikan kenyataan bahwa Angel baru saja menghilang dari Ani.
***
See you... sampai jumpa di bab selanjutnya
bye
110518
Flower flo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top