BAB 35

Lagi suka lagu ini
Ed Sheran - Perfect (tapi versi covernya)

Pencet bintang di pojok kiri sebelum baca ya 😊😊

***

Keesokan harinya Angel melihat berita Kara yang ditangkap atas tuduhan pembunuhan. Di dalam layar datar itu ia melihat Kara yang wajahnya ditutupi masker dan topi hitam tampak pasrah mengikuti polisi. Angel masih tidak mempercayai ini. Karanya. Aktor yang selalu ia hormati. Pria yang paling ia kagumi se-Indonesia.

“Angel.” ucap Ani yang baru saja masuk ke rumahnya, memanggilnya dengan suara lirih.

Angel tidak perlu berbalik untuk melihat bagaimana keadaan Ani sekarang. Temannya itu pasti sedang menangis.

“Kara tidak mungkin…,” ucapan Ani tertahan saat melihat tayangan yang sedang Angel dan Ilma tonton.

“Dia bukan orang jahat.” Ani meyakinkan seolah sudah mengenal Kara dengan baik.

“Aku juga berharap seperti itu. Tapi,…” Angel tidak bisa lagi melanjutkan kata-katanya karena Ani yang baru saja duduk di sampingnya sedang menangis, bahunya bergetar hebat.

“Aku baru saja akan dekat dengannya.” ucap Ani di sela tangisannya.

Angel bergerak mendekat lalu menepuk-nepuk pundak Ani pelan menenangkannya. Sama halnya dengan Ilma yang juga melakukan hal yang sama seperti yang Angel lakukan.

“Kemarin aku dan dia baru saja piknik berdua.” ucap Ani lagi.
Kening Angel mengernyit. Walaupun ia tidak mengerti apa yang diracaukan Ani itu, ia tidak menimpali atau bertanya. Seorang fans sedang kesakitan saat ini. Siapapun akan sedih jika tahu seseorang yang diidolakannya, yang mempunyai reputasi bagus selama perjalanan karirnya, yang selalu terlihat baik dengan segudang prestasi, yang tidak pernah terlibat skandal apapun, tiba-tiba saja dituduh sebagai pembunuh.

Mereka pasti berpikir bahwa hal itu adalah fenomena paling konyol yang terjadi.

Sekali lagi, Angel juga tidak ingin mempercayai hal ini, ia juga ingin menentang hal ini, karena ia juga sangat menyukai Kara. Tapi, bukti sudah ada di tangan.

Kalung itu.

Jika saja ada satu bantahan bahwa kalung itu bukan hanya satu-satunya di dunia ini,…

Ah, sudahlah. Pening sekali dirinya memikirkan hal itu.

Yang harus Angel pikirkan saat ini adalah bagaimana caranya ia menenangkan Ani yang semakin histeris. Angel meringis, fans yang patah hati ternyata lebih menyedihkan daripada seseorang yang benar-benar patah hati.

***

“Apakah Anda bisa menjelaskan tentang kalung ini.” detektif yang sedang menginterogasi Kara meletakkan kalung bertuliskan purple  itu di atas meja.

Kara hanya menatap lurus, tangannya dilipat di depan dada, kakinya menyilang di bawah sana.

“Kara Bintang!” seru detektif itu mulai naik darah karena sejak tadi Kara tidak mengatakan sesuatu apapun juga.

Detektif itu menghela napas untuk menurunkan emosinya. “Baik, aku mengerti tentang hakmu untuk diam. Tapi, ini hal penting. Apapun sanggahan yang kamu katakan pada kami mengenai kalung ini akan menjadi pertimbangan. Aku harap kamu tidak membuat kerja kita lebih keras dan membuang-buang waktu lagi dengan kamu yang tidak mau mengatakan apa-apa.”

“Bukti itu kurang kuat.” ujar seorang wanita berpenampilan formal yang sejak tadi berdiri di belakang Kara.

Detektif itu menatap jengah sekitar sepuluh pengacara yang Kara panggil, yang sejak tadi berdiri di belakang Kara dan menjawab pertanyaan yang seharunya Kara jawab. Kehadiran orang-orang kurang kerjaan ini membuat pekerjaannya terganggu.

Itu berlebihan.

Tidak, seorang aktor terkenal yang terkena kasusu secara tiba-tiba memanggil sepuluh pengacara itu bukan sesuatu yang berlebihan.

***

“Bilang pada atasan, aku izin untuk hari ini.” ujar Dave pada Angel yang berdiri di hadapannya.

“Kamu izin terus. Kalau kamu terus seperti ini kamu akan dipecat dari sini.” geram Angel. Pasalnya ini bukan kali pertamanya Dave menyuruhnya untuk mengizinkan atau mengsakitkannya karena alasan yang tidak jelas, bahkan laki-laki ini tidak mengatakan alasannya pada Angel.

“Tidak masalah buatku.” kata Dave pelan.

“Apa?”

“Iya, tidak masalah. Toh, aku masuk ke sini juga karena keberuntungan. Bukan murni keinginanku. Aku dulu menerimanya juga karena kamu juga bekerja di sini. Tapi, setelah aku sama kamu—kita pacaran—gak ada alasan lagi buat aku terus ada di sekitar kamu setiap hari. Aku bisa kerumah kamu dengan bebas setiap harinya sekarang.”

Angel menggigit bibir bawahnya. Hampir tidak mempercayai apa yang Dave katakan. Memang di dunia ini ada dua spesies yang kurang ajar. Pertama, orang yang tidak bersyukur dengan apa yang dimilikinya. Kedua, orang yang mau melepaskan sesuatu begitu saja sesudah dia mendapatkannya dengan cara mudah.

Dan Dave adalah keduanya.

Dave meletakan tangannya pada pundak Angel. “Maaf, aku ada urusan.”

“Kamu gak bisa bilang apa urusan kamu itu?”

“Maaf.” Dave tersenyum tipis.
Kenapa Dave terkadang sulit untuk digapai. Seperti sekarang. Saat laki-laki ini menyembunyikan sesuatu darinya.

“Apapun urusannya.” Angel melingkarkan lengannya pada pinggang Dave. “Jaga diri baik-baik.”

Dave membalas pelukan Angel. “Kamu juga. Telpon aku kalau ada apa-apa.”

Kepala Angel yang terbenam pada dada Dave mengangguk pelan.

Gerakan kecil yang Dave lakukan untuk melepaskan pelukannya membuat Angel lebih mengeratkan lagi pelukannya. “Sebentar lagi.”

Dan Dave menurutinya. Membiarkan ia memeluknya lebih lama lagi.
Semua perasaan kesal yang Angel rasakan untuk Dave sekarang sudah berubah. Cinta memang luar biasa. Bisa merubah kebencian, kemarahan, kekesalan, kejengkelan, menjadi sebuah perasaan yang menyenangkan.

Angel mendongak, Dave mendekatkan wajahnya. Perlahan mata Angel menutup, tahu apa yang akan Dave lakukan setelahnya. Akan tetapi, sebelum bibirnya bertemu dengan bibir Dave seseorang sudah lebih dulu menarik pundaknya sehingga Angel mundur beberapa langkah dari Dave.

Ia kaget luar biasa dijauhkan dengan cara sekasar itu oleh seseorang tak dikenal. Seorang gadis berseragam SMA berdiri di hadapan Dave dan mencengkeram jaket yang Dave kenakan. Tak butuh waktu lama Angel untuk mengenali anak SMA itu. Zahra.

“Kamu bilang akan membantuku!!” teriak Zahra marah.

Angel mengerjap. Tidak mengerti dengan suasana romantisnya yang tiba-tiba berubah menjadi aneh. Tiba-tiba saja suasana romantis berubah menjadi aneh.

“Aku membantumu.” Dave melepaskan cengkeraman gadis itu pada jaketnya.

“Lalu kenapa kamu biarkan dia bebas?!” teriak Zahra frustasi.

“Apa!” Angel memekik.

“Pembunuh itu bebas.” Ucap Zahra lirih. Tubuhnya lalu limbung. Dia menangis dengan kedua tangan menutupi wajahnya.

“Kara Bintang,…bebas?” tanya Dave pelan. Terdengar tidak percaya dan kaget dalam waktu yang bersamaan.

***

Wah wah wah, lagi-lagi gue gak tepatin janji. Maaf ya
Sebenernya gak sibuk2 amat, tapi gue punya masalah yang lebih serius lagi dari itu.

Males.

Konyol kan gue kalah sama si males itu

Apapun itu, krn sekarang gue udah up vote sama komen ya

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top