BAB 33
Playlist : Letto – Ruang Rindu (lagi suka lagu ini hhe)
Sebelum baca paragraf pertama, pencet bintang di pojok kiri bawah ya ())))))
***
Dua jam kemudian Thomas datang. Dave hampir tertidur jika saja Thomas tidak menepuk bahunya.
“Dari mana saja?” tanya Dave kemudian berjalan menyusul polisi menyebalkan itu menuju mejanya.
“Aku ada urusan di luar sebentar.” jawab Thomas sambil membuka jaketnya dan meletakkannya asal di atas mejanya yang berantakkan oleh kertas dan bungkus makanan ringan.
Jorok sekali dia, berbanding berbalik sekali dengan penampilan luarnya yang terlihat modis dan selalu rapi. Aslinya seperti ini.
Dave hanya bisa geleng-geleng kepala.
Perhatian Dave lalu tertuju pada lengan jaket yang Thomas tanggalkan barusan. Ada bercak merah disana. Karena penasaran Dave menyentuhnya lalu mendecium baunya. Tidak hanya itu, ada bagian yang robek juga dari jaketnya.
“Ini kenapa?” tanya Dave tanpa menatap Thomas sambil meraba bagian yang robek dari jaket temannya itu.
“Ada kecelakaan di jalan, aku menolongnya.” jawab Thomas cepat-cepat mengambil jaketnya dan memasukannya ke kotak kardus di bawah mejanya. “Lihatlah, berantakan sekali mejaku. Lain kali kalau kamu kesini berbaik hatilah membereskannya.”
Dave lalu mendongak. “Di mana? Wah kenapa juga ada yang robek” Ia menunjuk salah satu bagian dari jaket Thomas yang robek. Yang secara tidak sengaja saat Thomas memasukannya ke dalam kardus berada di bagian paling atas.
“Apa?” Thomas mendongak. “Kecelakaan? Dan Kenapa ini.” ia memungut jaketnya melihat bagian yang robek lalu menjatuhkannya lagi di susul dengan menumpuknya dengan bungkus makanan yang memberantaki mejanya.
“Kecelakaan apa?”
Dave memiringkan kepalanya menatap Thomas penuh selidik.
“Oh…Itu…, kecelakaan mobil, itu di dekat sini. Dan itu bisa saja tersangkut pembatas jembatan tadi.”
***
Ani sepenuhnya belum mempercayai hal ini. Setelah hari itu, saat ia seperti mendapat tiket lotere bisa duduk di bioskop di samping Kara sang artor idola, keberuntungan seolah terus menghampirinya bertubi-tubi. Ani menoleh ke samping lalu tanpa diperintah bibirnya melengkung.
“Kenapa?” tanya Kara yang sedang mengemudikan mobilnya. Melirik Ani yang sedang senyum-senyum tidak jelas di sampingnya.
Ani menggeleng pelan, lalu mengarahkan pandangannya ke samping sambil mengulum senyum.
Setelah gala premiere Kamuflase dua hari yang lalu, Kara meminta nomor ponselnya. Ia tidak menyangka bahwa kebetulan itu akan berubah sangat menyenangkan seperti sekarang. Kara mengajaknya menghadiri pesta pernikahan temannya di daerah Bogor. Bukankah ini bagus? Kapan lagi ia akan pergi ke pesta pernikahan bersama seorang aktor tampan? Apalagi yang duduk di sampingnya ini adalah salah satu laki-laki yang menjadi incaran para wanita se-Indonesia, Kara Bintang. Siapapun pasti akan rela saling membunuh demi menjadi pasangan abadi Kara. Apa ini keajaiban? Ani masih belum mempercayai ini. Duduk berdampingan di mobil sport merah milik Kara. Apa tamu yang hadir di sana nanti akan menganggap bahwa Ani adalah pasangannya? Ah, menyenangkan sekali difitnah pacar aktor papan atas.
“Kamu tidak keberatan ‘kan aku mengajakmu ke sana?” tanya Kara entah untuk yang keberapa kalinya.
Ani menggeleng masih dengan senyum tertahan. “Untuk apa keberatan?”
Tidak akan ada yang keberatan pergi bersamamu, Kara. Tanpa sadar Ani tertawa kecil karena ucapan dari dalam hatinya itu.
“Sebelumnya aku selalu pergi ke acara-acara seperti ini bersama dengan managerku. Tapi, hari ini dia sedang sibuk mengurus kontrak film yang akan aku garap November nanti.”
“Kamu akan syuting film lagi?” Ani membekap mulutnya sendiri. Sekaligus penasaran film seperti apa yang akan Kara bintangi setelah sukses dengan Kamuflase.
“Genrenya romance. Diangkat dari novel Iis Tazkiati N yang berjudul Tanya Hati.” jawab Kara.
“Wah…penulis itu lagi. Setelah buku-bukunya laris di pasaran, dua bukunya yang spektakuler di filmkan dalam waktu yang tidak terlalu jauh waktunya. Hebat sekali dia.”
“Begitulah jika kita bekerja keras.” ucap Kara. “Kamu tahu Iis Tazkiati itu teman SMP dan SMA aku. Dia memang sudah menulis sejak kelas 7, tapi sayang dia pernah vakum sekitar dua tahun. Waktu itu kelas 9 sampai menuju kelas 11.”
“Kenapa?”
Kara mengangkat bahunya secara bersamaan. “Aku tidak tahu kenapa. Kamu tahu, dia itu orangnya gampang iri.”
“Wah? Jangan bercanda, wajahnya kelihatan kalem seperti itu.” Ani menukas, merasa tidak percaya. Meskipun Ani tidak terlalu suka membaca seperti Dave, tapi untuk mengetahui seorang penulis kondang dengan beberapa buku yang selalu berhasil dijajaran buku best seller ia pasti update.
“Saat kelas sebelas waktu itu ada anak dari kelas sebelah yang sukses di Wattpad. Dia iri, lalu dia mulai nulis lagi. Sejak saat itu dia jadi gigih sekali. Dan sekarang kita bisa lihat hasilnya.”
Ani manggut-manggut.” Rasa iri yang berakhir dengan kesuksesan besar.”
Kara mengangguk setuju.
“Di film Tanya Hati itu kamu berperan sebagai siapa?”
“Wisnu.” jawab Kara sambil membelokkan mobilnya menuju sebuah kompleks perumahan elite. “Pianis muda yang harus pindah secara terpaksa dari sekolah musik internasional ke sekolah biasa karena penyakit yang dideritanya.”
“Ah, iya. Aku juga pernah membacanya.” Ani memutar tubuhnya 90 derajat sehingga ia berhadapan dengan Kara. “Bagaimana dengan Tria? Siapa yang memerankan dia?”
“Victoria.”
Ani mencebik, “Dia lagi.”
Kenapa diantara ratusan aktris cantik dan berbakat selalu saja Victoria yang dipasangkan dengan Kara?
“Kita sudah sampai.” ucap Kara mengiterupsi sambil membuka seatbelt-nya.
***
Setiap orang pasti pernah berpikir bahwa hal sekecil apapun dilakukan akan sangat berarti daripada tak melakukan apapun sama sekali. Perasaan menyesal akan membunuhmu menyadari bahwa kamu tidak melakukan apapun setelah melihat dampaknya.
Sama halnya dengan Dave. Ia merasa menyesal sekali. Telah menganggap beberapa hal yang ia jumpai tidak penting baginya. Seluruh persendian dan jiwanya runtuh. Ia merasa menjadi manusia paling gagal di muka bumi ini. Merasa bahwa dirinya sebagai makhluk sosial tidak mampu membuat senyum gadis itu kembali pasca menghilang teman baiknya.
“Ah…” gadis berseragam putih abu-abu itu menghampiri salah satu ranjang di ruang mayat. Langsung memeluk tubuh yang ditutupi kain putih dengan name tag ‘Riyanti di jempol kanannya.
Dave dan Angel berdiri di sudut ruangan saat gadis SMA bernama Zahra dengan tangannya yang gemetar membuka kain putih yang menutupi mayat seorang gadis yang merupakan teman baiknya. Empat jam yang lalu seorang nenek-nenek yang baru selesai mencari kayu bakar dari hutan menemukan mayat gadis itu di pinggir sungai. Dengan keadaan yang mengenaskan. Luka kasar terdapat di sekujur tubuhnya. Memar-memar keunguan di wajahnya yang pucat, serta tubuh yang sudah membengkak dan berbau.
“Ah…Riyanti…” Zahra membekap mulutnya sendiri bahkan terlihat seperti hendak menggigit tangannya sendiri. Ditatapnya mayat sahabatnya dari ujung kepala sampai ujung kakinya yang digantungi secarik kertas.
“Ahhh…” gadis itu tidak bisa mengeluarkan kata-kata apapun.
Bagaimanapun saat ditinggalkan orang yang memberikan arti yang banyak dalam hidup, tidak ada seorang pun yang mampu mengatakan apapun untuk mengantarkan kepergiannya. Hanya bisa menangis, menangis, menangis. Dan itu pun dengan cara yang menyakitkan. Kamu tidak bisa menangis sekeras yang ada di pikiranmu tapi kamu juga tidak bisa untuk tidak menangis. Tangisan itu seolah menohok di kerongkonganmu. Membuatmu tercekik. Itu lebih menyakitkan daripada kamu mengeluarkan air mata sampai memenuhi samudera sekalipun. Bukankah melegakan jika kamu bisa meraung dan mengeluarkan air mata sebanyak yang kamu bisa disaat kehilangan orang yang disayangi? Tapi sayangnya tidak ada yang bisa melakukannya. Kecuali jika kamu berperan dalam sinetron.
Angel menengadahkan kepalanya. Seorang anggota medis sudah seharusnya tidak ikut terlarut dalam suasana mellow yang terjadi di hadapannya. Maka dari itu ia terus menarik dan mengehembuskan napasnya beberapa kali. Sampa-sampai tanpa ia sadari suara napasnya sangat keras sampai-sampai memenuhi ruangan yang penuh duka ini.
Lebih daripada Angel, Dave merasakan hal yang lebih. Ia lebih sedih dari yang kekasihnya rasakan. Saat Dave berlalu meninggalkan ruangan, ia pikir Angel yang terlalu fokus dengan keterharuannya melihat adegan mellow di hadapannya tidak menyadari kepergiannya. Ia salah.
“Dave.”
Angel mengikutinya.
“Dave!” kali ini Angel memanggilnya dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya.
Membuat Dave mau tidak mau harus menghentikan langkahnya. “Ada apa?”
Jurus andalan, saat kita tidak bisa mengatakan apa yang kita rasakan sebenarnya. Adalah tersenyum.
“Kemana?”
“Toilet.” jawab Dave. Senyum di wajahnya dibuat selebar mungkin. Berharap Angel tidak mencurigainya.
Ia salah. Senyuman palsunya sudah pasti bisa Angel deteksi hanya dengan satu kali lirikan saja. Itu terbukti dengan langkah kaki gadis itu yang semakin mendekat padanya ditambah dengan tatapan yang berubah curiga padanya.
“Tidak terjadi sesuatu ‘kan?” tanya Angel.
Angel memang balahan jiwanya. Orang lain dengan melihat senyumannya akan mengira bahwa dirinya baik-baik saja.
Dave menunduk dengan padangan mengarah ke sisi kiri. “Tidak.”
“Kamu bohong.”
Dave mendongak dengan tatapan meyakinkan. “Untuk apa aku bohong.” tanpa ia sadari pandangannya kembali terlempar ke sisi kiri sejenak. Lagi.
“Kamu bohong.”
“Kapan aku bohong sama kamu?”
“Sering!” Angel melipat ke dua tangannya di depan dada. “Kamu tahu, hal yang paling aku tahu dari kamu apa? Kamu selalu natap ke sisi kiri setiap kamu bohong. Dan barusan kamu ngelakuin hal itu dua kali setiap aku tanya kamu kenapa.”
Dave menghela napas. “Ini gak ada hubungannya sama kamu.”
Angel mendekat lalu mendekap tubuh Dave. “Kalaupun itu gak ada hubungannya sama aku. Kalau dengan kamu cerita sama aku bisa buat kamu tenang, cerita sama aku.”
“Aku lalai.” Dave melingkarkan lengannya pada pinggang Angel. “Aku bisa bujuk polisi buat nyari anak itu. Aku seharusnya tahu kalau dia bakalan seperti ini.” ia lalu menenggelamkan kepalanya pada pundak Angel.
“Ini bukan salah kamu. Bukan salah kamu.” Angel mencoba tersenyum untuk menghibur. Tangannya tidak diam, menepuk-nepuk punggung Dave pelan. Berharap memberikan ketenangan pada pria yang sedang dilanda rasa bersalah ini.
***
Beruntung banget yah tuh si Ani, bisa tukeran sama gue? Duh, Kara!!! Cintaku sayangku loveloveku uri sarang…
Saingannya Ani
Komen yah 😀
Next BAB 34
Iis Tazkiati N
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top