BAB 25 Special Romance (2)

Playlist: Sistar - Touch My Body  

Biar barokah, klik bintang di pojok kiri dulu :))

Hai, kangen Angel Squad gak?

Part ini masih spesial romance ya, awalnya aja sih :D Part ke depannya siap-siap aja bakalan ada scene-scene yang lebih menegangkan dari sebelumnya

***

Angel terbangun saat sesuatu yang menghamtam perutnya. Segera ia menyingkirkan kaki Dave dari perutnya. Entah ini yang keberapa kalinya Angel harus menyingkirkan kaki atau tangan Dave yang menghamtam tubuhnya.

Kenapa baru sekarang ia menyesali apa yang dikatakannya pada Dave sekarang?

"Apa aku suruh dia tidur di dalam?" tanya Angel pada dirinya sendiri saat melihat Dave meringkuk di sofa berselimutkan jaket putihnya.

Dave menggeram. Menarik kakinya yang tidak terselimuti lebih merapat pada tubuhnya. Kenapa juga udara malam ini sangat dingin.

"Dave." Angel mengguncang tubuh Dave perlahan. Dan mata itu terbuka. Matanya merah menunjukkan bahwa Dave sudah tidur dengan lelap barusan.

"Ada apa?" tanya Dave sambil mendudukkan tubuhnya. Tangannya menggosok-gosok matanya yang terlihat merah.

Dave terlihat kelelahan sekali.

"Dingin?" tanya Angel lalu menggigit bibir bawahnya.

Dave yang belum sadar sepenuhnya masih bengong dengan mata merahnya.

"Mau tidur di dalam?"

Tanpa menjawab Dave berjalan sempoyongan menuju kamarnya dan menghempaskan tubuhnya tak lupa menarik selimut sampai batas lehernya.

"Kamu bisa geser?" Angel berdiri di pinggir ranjang menatap Dave yang memonopoli ranjangnya. Terlihat menyebalkan, menganggap ranjang Angel adalah miliknya.

"Kamu juga tidur di sini?" tanpa membuka matanya Dave balik bertanya.

"Dimana lagi."

Gerakan Dave menarik tangannya dan menghempaskan tubuhnya disamping pria itu. Lengan Dave melingkar di pinggangnya sambil menariknya lebih dekat.

Angel merutuki dirinya sendiri. Jika saja ia tahu gaya tidur Dave yang melewati kadar abnormal seperti ini, ia tidak akan membiarkan pria ini tidur di sini. Jujur saja tidurnya malam ini kurang nyenyak. Mungkin tidak nyenyak sama sekali.

Kenapa juga hanya karena ia dan Dave semalam berciuman di tangga rumah sakit dirinya menjadi luluh seketika. Membiarkan Dave menginap di apartemennya. Bahkan mengundang pria itu tidur di kamarnya, seranjang pula.

Tiba-tiba saja ia merasa kesal dengan tingkahnya sendiri. Kenapa kamu berubah menjadi bitch sesaat setelah Dave menciummu, Angel?

Namun kekesalannya hilang begitu saja saat melihat kernyitan tipis ke kening Dave. Jantungnya berdebar tak karuan saat jemarinya menyentuh kening pria itu untuk menghilangkan kernyitannya. Berdebar, sama seperti semalam, saat mereka berciuman lagi seusai Dave mengobati kakinya.

Tanpa sadar Angel mengulum bibirnya mengingat tiga kali ciuman mereka semalam.

"Mau aku cium lagi?" pertanyaan itu keluar dari mulut pria di hadapannya.

Sebenarnya Dave terbangun saat Angel menyentuh keningnya. Dia berpura-pura tidur. Membiarkan Angel menatap wajahnya lebih lama.

"Angel!!" teriak Ani yang sepertinya baru datang.

Ini hari minggu, dan mereka berjanji akan pergi ke taman hiburan bersama hari ini.

Angel merasa terselamatkan dari pertanyaan Dave dengan datangnya Ani.

"Jangan bilang kamu belum mandi." teriak Ani dari ruang tamu. Tak lama suara televisi terdengar. Temannya menyalakan televisi.

"Mau ciuman lagi?" Dave mengerling genit. Wajahnya mendekat dan semakin mendekat.

Sebelum hal itu terjadi Angel lebih dulu bangkit. Mengacungkan telunjuknya tanda peringatan. "Jangan bilang pada siapapun tentang semalam."

"Ani, maaf aku baru bangun." Angel keluar dari kamarnya sambil menyeret kakinya yang membengkak.

"Kita belum selesai, Ngel." Dave mengikutinya dari belakang.

Ani yang sedang menonton siaran gosip pagi itu bangkit dari duduknya. Menudingkan telunjuknya pada Angel dan Dave secara bergantian.

"Kalian tidur berdua?"

Dave mengangguk dengan bangga. "Aku mendapatkannya."

"Benar-benar tidur bersama?" tanya Ani terlihat sangat syok seperti sedang memergoki pacarnya selingkuh dengan perempuan lain.

"Ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Kita berdua tidak,..." Angel berniat menjelaskan namun Ani lebih dulu menyela.

"Kita?" perhatian Ani tertuju pada langkah Angel yang diseret-seret itu lalu menatap Dave dengan mata membulat. "Apa yang kamu lakukan pada Angel, David!" teriak Ani.

Dave mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Aku bilang aku mendapatkannya."

Dan perkataan Dave barusan berhasil membuat Ani jatuh pingsan.

Angel menatap Angel. Meminta pertanggung jawaban pria itu karena sudah membuat Ani salah paham yang berujung dengan pingsannya Ani.

"Aku tidak salah 'kan?" Dave balas menatap Angel. "Mendapatkan hati kamu."

***

Ani terbangun setelah pingsan selama satu jam. Di hadapannya duduk Angel dan Dave. Ia mengedarkan pandangannya. Terlihat linglung untuk beberapa saat sebelum ia berteriak.

"Kalian benar-benar melakukannya?" Ani menatap Angel dan Dave secara bergantian.

"Melakukan apa?" Denis datang. Entah sejak kapan pria itu berdiri diambang pintu.

Ani melotot memperingatkan pada Dave supaya tidak mengatakannya pada saudara kembarnya. Mereka memang akur, tapi ada baiknya jika Dave yang menyebalkan itu tidak membuat hati saudaranya hancur. Ani tahu, sangat tahu perasaan apa yang Denis miliki untuk Angel. Dan sayangnya rupanya Angel lebih memilih Dave ketimbang Denis yang terlihat lebih waras.

Kenapa juga dua bersaudara itu harus menyukai orang yang sama?

"Kami tidur bersama." ujar Dave mengabaikan kode yang Ani berikan dengan susah payah padanya. "Aku dan Angel."

Ani dan Angel saling lempar pandang. Menatap Dave sudah jelas pria itu akan cengengesan dan menganggap tidak akan terjadi apa-apa. Dia memang tipe orang yang tidak suka memikirkan masalah dan menganggapnya masalah kecil. Tapi sejauh ini, Denis masih tampak misterius. Ani sendiri tidak yakin apakah ia benar-benar mengenal Denis atau tidak.

Ia dan Angel menunggu. Namun wajah Denis terlihat datar saja. Dua bersaudara itu mempunyai sifat yang bertolak belakang.

"Aku tahu mereka berciuman di tangga rumah sakit dan di sini."

Pengakuan yang dilontarkan Denis tanpa ekspresi itu berhasil membuat Ani pingsan lagi.

"Lagi?" Dave mengacak-ngacak rambutnya kesal. Kenapa juga Ani harus pingsan lagi.

***

"Film action terbaru."

Angel mengernyit heran melihat pesan yang Salwa kirimkan padanya. Tidak mengerti sama sekali kenapa Salwa yang saat ini mungkin sudah berada di Thailand mengirimkan pesan seperti ini. Apa maksudnya?

Angel baru saja akan membalas pesan dari Salwa. Namun suara ribut Dave dan Ani yang seperti biasa saling melemparkan ejekan itu membuat Angel menyimpan ponselnya di atas meja.

"Diam kamu, David!" Ani mengacungkan jarinya memperingatkan. "Tahu apa kamu tentang laki-laki yang bersamaku tadi."

"Jelas, tahu sekali. Dia laki-laki yang jelek. Apa aku salah?"

Di belakang dua orang yang selalu berseteru itu Denis muncul. Memberikan kode pada Angel yang baru saja akan melerai perdebatan konyol itu untuk duduk saja dan tidak mengganggu.

"Sudah jelas ya, laki-laki yang tadi bersamaku itu lebih,... lebih segalanya daripada dirimu."

"Lebih apanya?" Dave memajukan dadanya menantang Ani. "Dari wajah? Sudah jelas aku yang menang. Tinggi badan? Aku juga yang menang. Kepintaran? Kejujuran? Kebaikan hati? Sudah jelas aku yang menang. Seharusnya kamu tidak jalan dengan laki-laki seperti itu, Ani. Jangan membuang-buang waktumu untuk berhubungan dengan laki-laki seperti dia."

"Apa!" mata Ani berkilat, terlihat jelas sekali bahwa apa yang Dave ucapkan itu berhasil menyulut emosi Ani. "Kamu bilang aku membuang-buang waktu berhubungan dengannya? Siapa kamu sampai mengatur aku harus berhubungan dengan siapa saja, ha?"

Dan yang terjadi selanjutnya, Ani menyerang Dave. Memukul pria itu dengan bantal sofa yang baru saja diambilnya dari samping Angel. Menghantamkannya tanpa ampun. Sementara itu, Dave biang masalah tampak asik-asik saja dipukuli seperti itu.

Angel tidak yakin, tapi Dave terlihat senang. Kenapa?

Tiba-tiba saja sebuah tangan merayap di atas tangannya yang berada disamping tubuhnya, lalu menggenggamnya erat. Ia sempat tersentak. Disampingnya Denis tertawa-tawa kecil tanpa memperdulikan jantungnya yang entah kenapa seakan melompat-lompat di dalam sana.

Rasanya seperti ada hawa panas yang lembut menjalar ke seluruh tubuhnya. Membuat otaknya menjadi tumpul seketika bahkan untuk berontak dan melepaskan pegangan Denis. Sadar bahwa di depan sana, Dave ada. Pria yang kemarin ia terima perasaannya, kekasihnya.

Dan kenapa dengan sikap Denis yang seperti ini membuat hati Angel yang sudah berusaha ia yakini untuk Dave menjadi goyah. Perlakukan Denis seperti ini, membuatnya bingung lagi dengan perasaannya.

"Aku mohon jangan seperti ini." bisik Angel sambil berusaha melepaskan pegangan tangan pria itu.

Tanpa disangka, bukannya melepaskan pegangannya Denis malah menarik tangan Angel ke belakang tubuhnya.

Denis tersenyum tipis, senyum yang entah kenapa membuat tangan yang berada di genggaman pria itu menjadi jeli dalam sekejap. "Biarkan aku memegang tanganmu untuk kali ini saja. Untuk ke depannya, aku tidak akan mengulanginya lagi."

Angel terenyuh mendengarnya. Apa Denis menyerah mendapatkannya? Semudah itukah pria ini melepaskannya untuk Dave?

"Aku lebih baik hati dari dia." kekeh Dave sambil membentuk tangannya menjadi huruf X. Digunakan untuk perisai dari serangan Ani.

"Apa? Lebih baik hati? Jangan asal bicara. Atau kamu cemburu? Jangan pernah berpikir untuk menyukaiku, David!" Ani menghentikan sejenak serangannya. Menatap tajam Dave sebelum tangannya kembali terangkat. "Go to hell, David!"

Saat ini Angel tidak terhibur sama sekali dengan pertengkaran Ani dan Dave. Biasanya ia akan tertawa terbahak-bahak melihat pertunjukan ini. Sekarang tidak, ia terlalu sibuk dengan debaran jantungnya yang Denis sebabkan karena menggenggam tangannya. Saat Denis meremas pelan tangannya membuat debaran jantungnya semakin tidak karuan, seperti ombak menabrak karang di saat badai. Berdebur-debur tak karuan.

Drtt. Drtt.

Angel merasa terselamatkan oleh getaran panjang ponselnya yang ada di atas meja. Dengan pasrah Denis melepaskan pegangan tangannya.

"Hallo."

Disaat bersamaan Ani dan Dave menghentikan pertengkaran mereka. Menatap Angel yang baru saja membulatkan matanya dengan keheranan.

"Ada apa?" tanya Ani penasaran setelah menjatuhkan tubuhnya di sisi kiri Angel.

Angel mematikan sambungan telepon dan memandang Ani, Dave, dan Denis secara bergantian.

Mereka semakin penasaran. Apalagi setelah melihat raut muka Angel yang tak biasa.

"Ada apa?" kali ini Denis yang bertanya.

"Ilma di kantor polisi,"

***

Masih inget Ilma?

Menurut kalian Ilma kenapa di kantor polisi? Nyolong? Gak mungkin kan?

Kalian lebih setuju Angel sama Dave atau Denis?

Biar berkah lagi, buat yang belum vote sama komen, voment ya :)

Insyaallah up hari Rabu, kalau gak ada halangan yang memungkinkan gak up ya

Iis Tazkiati N

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top