BAB 23

~Kim MIn Jae ft. Younha - Dream~

Puter playlist di mulmed buat nemanin kalian baca bab ini eakss

Hai... Ada yang kangen Dave, Denis, Angel, atau Ani? I'm come back guys :D

Maaf, ngaretnya kebangetan :) Happy reading bradahh sistahh :D

***

Siang itu mayat Bambang datang. Angel, Ani, beberapa wartawan menyambutnya. Tak heran kenapa banyak sekali wartawan yang menunggu—bahkan sudah menunggu satu jam lebih. Tidak hanya itu ada beberapa polisi juga yang bertugas untuk mengamankan keadaan. Siapapun akan tertarik dengan kasus kematiannya yang controversial itu. Karena setelah delapan jam dikabarkan melarikan diri dari penjara, enam jam kemudian ditemukan meninggal di dalam bagasi mobilnya sendiri.

Semasa hidupnya Bambang dikenal dengan kebaikan hatinya dan selalu dieluk-elukan masyarakat. Bahkan banyak sekali yang mendukungnya saat mencalonkan diri menjadi calon presiden. Akan tetapi dalam sekejap namanya yang selalu dipuji-puji itu menjadi bahan olokan, hujatan, dan caci maki masyarakat.

Siapapun tidak akan menyangka bahwa orang yang selama ini dikenalnya memiliki kebaikan hari bak malaikat ternyata hanya sebuah topeng. Menyembunyikan kebusukan hatinya yang sebenarnya. Sekarang keluarganya yang telah lama hidup bermewah-mewahan itu jatuh miskin seketika. Rumah dan semua asset Bambang disita oleh negara. Mengharuskan keluarganya pindah ke sebuah kontrakan kecil di pinggiran kota.

Angel pernah membaca salah satu artikel di internet yang mengatakan bahwa anak sulung Bambang yang saat ini sedang kuliah di luar negeri sempat akan mengakhiri hidupnya. Tidak hanya itu, kabarnya istri dari Bambang menjadi stress.

Seperti itulah jika kita menumpuk kebohongan, pada akhirnya diri sendirilah yang tidak tahan dengan akibatnya.

Lima belas menit menunggu, akhirnya ambulance yang membawa mayat Bambang sampai. Dua orang petugas kepolisian langsung menurunkan mayat Bambang di ranjang dorong. Mayat laki-laki itu terbungkus kantung mayat.

Angel dan Ani segera menghampiri petugas kepolisian. Bersamaan dengan hal itu para wartawan maju untuk memotret mayat Bambang. Mereka semua tertahan karena beberapa polisi menghalau mereka.

"Kami serahkan mayat ini pada kalian." ujar salah satu polisi yang mengantar mayat Bambang saat Angel membuka kantung mayat untuk melihat wajahnya.

"Tenang saja, kami akan mengurusnya dengan baik." jawab Ani. Disambut dengan anggukan setuju dari Angel.

"Baik kalau begitu kami pamit." ucap polisi yang lainnya.

Dua polisi itu pun pergi.

Ani mengisyaratkan pada beberapa perawat untuk membawa mayat Bambang ke dalam. Semenatara itu para wartawan belum menyerah untuk mendapatkan gambar Bambang. Walaupun begitu, Angel dan Ani masih bisa lewat dengan leluasa karena petugas kepolisian melakukan tugasnya dengan baik.

***

Tuktuk tuk tuk tuk tuk tuktuktuk tuk tuk.

Wanita ini baru setengah sadar saat ia mendengar suara ketukan itu.

Tuktuk tuk tuk tuk tuk tuktuktuk tuk tuk.

Ketukan itu terdengar semakin keras saat ia berniat untuk menghiraukan saja suara itu.

Tuktuk tuk tuk tuk tuk tuktuktuk tuk tuk.

Perlahan kening wanita ini berkerut. Ia mengenali suara ini. Sebuah kode.

Tuktuk tuk tuk tuk tuk tuktuktuk tuk tuk.

Dan saat ia mendengar suara itu lagi. Ia terbangun.

Yang pertama kali dilihatnya adalah ruang kaca 2x1 meter tembus pandang. Ia lalu mendongak. Atapnya pun terbuat dari kaca. Di samping tempat tidurnya ada beberapa alat medis. Ia melihat dirinya berbajukan jubah putih. Siapa yang mengganti bajunya? Sudahlah, itu tidak penting. Yang membuatnya khawatir saat ini adalah,... kenapa ia bisa berada di tempat ini lagi?

Tuktuk tuk tuk tuk tuk tuktuktuk tuk tuk.

Saat suata itu lagi-lagi terdengar. Ia menoleh dan melihat wanita yang berada di ruang kaca di sebelahnya.

Pandangannya bependar. Melihat begitu banyak ruang balok kaca yang sama. Di dalamnya dihuni seorang perempuan. Mereka semua tertidur. Kecuali dirinya dan wanita di sebelahnya. Ia tahu dimana ia sekarang berada. Sangat mengenali tempat ini. Karena dulu, ia juga menjadi bagian dari tempat ini. Atau mungkin, dulu ia adalah nyawanya tempat ini. Tapi, tidak sekarang.

Tuktuk tuk tuk tuk tuk tuktuktuk tuktuk.

Ia menoleh. Wanita itu menggerakkan bibirnya. Keningnya berkerut. Wanita itu memanggil namanya, Rosa.

Sekarang ia tahu, kode yang diberikan wanita di sebelahnya padanya. Sandi morse yang apabila diterjemahkan menjadi namanya. Tuktuk tuk untuk .-. yaitu R. Tuk tuk tuk untuk O. Tuktuktuk untuk S. Tuktuk untuk A.

Sejenak Rosa mengingat-ngingat siapa wanita itu. "Shandy!" teriak Rosa sambil turun dari ranjang menghampiri dinding kaca yang langsung berhadapan dengan wanita itu. Namanya Shandy, temannya.

Shandy yang berada di dalam ruangannya menangis mengetahui bahwa Rosa mengenalinya. Sama halnya dengan Rosa, ia menangis.

Tak lama dua orang pria berseragam lab masuk ke dalam ruangan. Jika tidak salah. Saat ada wanita yang bangun, mereka akan membawanya. Rosa sadar di sini kemungkinannya dirinya atau Shandy yang dibawa. Dan setelah mereka membawanya,... Ia sangat tahu skenarionya. Tidak. Ini tidak boleh terjadi.

Rosa lalu memberikan kode pada Shandy menggunakan sandi morse seperti yang temannya lakukan padanya sebelumnya. Menyuruhnya untuk pura-pura tidur. Kode yang dia berikan untuk Shandy terlalu cepat. Sehingga sebelum temannya itu mengerti ia sudah lebih dulu melompat ke atas ranjangnya pura-pura tidur. Sementara Shandy, masih berpikir apa yang Rosa katakan padanya.

Dari sudut matanya ia melihat pria itu menghampiri ruang kaca Shandy dan membukanya. Shandy yang baru saja hendak melompat ke atas ranjangnya telah lebih dulu dibawa oleh dua pria itu. Rosa hanya bisa menitikkan air matanya diam-diam, menjerit dalam hatinya melihat teman seperjuangannya dulu dibawa oleh mereka. Bahkan sebelum menanyakan kabar masing-masing salah satu dari mereka sudah tidak ada.

Baru setelah ia mendengar pintu besi itu tertutup Rosa bangun lalu menangis sambil memeluk kedua lututnya. Terasa menyakitkan sekali melihat orang yang berharga dalam hidup direnggut paksa.

Rosa menyadari kesalahannya. Seharusnya sejak awal ia tidak terlibat dengan semua ini. Karena pada akhirnya diri sendirilah yang menanggung akibatnya.

Lupakan tentang Shandy. Setelah keluar dari ruangan ini, tidak akan ada yang bisa selamat. Rosa tahu hal itu karena dulu ia juga bagiannya. Yang harus ia lakukan sekarang adalah keluar dari tempat ini. Pandangannya tertuju pada pintu besi, satu-satunya akses keluar dari ruang balok ini. Kemudian ia menengadah.

"Nomor 205." gumamnya. Entah ini keberuntungan atau apa ia berada di ruangan ini. Seingatnya dulu ia mengganjal ranjang ini dengan jepit rambutnya karena sela-sela ubin membuatnya tidak stabil.

Rosa menggeser ranjang besi itu sampai bergeser beberapa senti. Tapi itu cukup. Jepit rambutnya masih ada di sana. Segera ia mengambilnya dan memasukannya ke dalam lubang kunci. Pintu setiap ruangan diberi keamanan dengan sidik jari dan kunci dari luar, berbeda dengan dari dalam. Hanya lubang kunci itu saja.

Ia merasa kesulitan. Ia bukan seorang detektif atau pencuri yang lihai untuk membobol kunci. Namun,...

Trek

Pintu kaca itu terbuka. Sempat tersenyum puas sebelum akhirnya ia berlari dari ruangannya mencari komputer di ruangan ini.

Rosa menemukannya, pada sebuah meja dekat dengan pintu besi. Ia sedikit ragu, karena mungkin orang-orang itu sudah mengganti password komputer ini. Ruangan ini ber-CCTV, maka yang pertama kali akan dilakukannya adalah meretas CCTV lalu ia akan mematikan aliran sebuah gas yang membuat wanita-wanita itu terus tidur tanpa henti.

Dan ternyata password komputer itu belum berubah. Sehingga ia bisa dengan leluasa menggunakannya.

Tak lama puluhan wanita yang ada di dalam ruang kaca terbangun.

"Bagus!" ucapnya senang.

Para wanita itu sempat kebingungan dengan keberadaannya sebelum akhirnya menjadi histeris setelah kesadarannya terkumpul sepenuhnya.

Setiap ruang balok diberi pengamanan sidik jari. Tidak mungkin ia merusaknya satu-persatu. Itu memakan waktu. Yang harus ia lakukan sekarang adalah menuju ruang sistem lalu mematikan semua pemindai keamanan. Dengan begitu semua pintu akan terbuka. Mereka semua bisa pergi dari tempat ini. Walaupun persentase keberhasilan rencananya sangat minim karena jumlah orang yang menjada tempat ini lebih banyak. Kita tidak akan tahu hasilnya 'kan jika tidak mencobanya terlebih dahulu?

Sepertinya orang jahat itu menyadari bahwa ada orang yang bebuat iseng di ruangan ini. Rosa mendengar suara langkah kaki saling bersahutan. Semakin lama semakin mendekat. Ia berdiri di balik pintu besi. Saat orang-orang itu masuk Rosa akan keluar dan menuju ruang sistem. Itu rencananya.

"Mau lari kemana?" tanya pria tampan yang entah sejak kapan berdiri di depan pintu. Pria ini memperlihatnya senyum miringnya. Di belakangnya ada pria lain yang merupakan asisten pribadinya.

Rencana Rosa untuk melarikan diri tidak semulus pikirannya. Ia sudah lebih dulu berpapasan dengan pria ini. Pria kejam ini. Otak dari semua ini.

***

"Ini tidak seperti tanda yang waktu itu." ujar Angel pada Ani sambil menyentuhkan tangannya yang bersarung tangan plastik pada tanda di dada Bambang.

"Terlihat sama tetapi sangat berbeda. Selain itu, letaknya berbeda. Tanda pada tubuh Bambang ada di dadanya, korban sebelumnya selalu di dalam mulut." lanjut Angel.

"Ground floor 121A-121B." gumam Ani sambil membaca tulisan pada secarik kertas yang ia temukan di saku baju Bambang.

"Ground floor 121A-121B?" ulang Angel. Keningnya berkerut samar.

"Seperti sebuah clue. Apa ini merupakan tanda lain dari pembunuh itu?"

"Ground floor." gumam Angel. Menutupi mayat Bambang dengan kain putih. "Lantai dasar? Maksudnya?"

Ani mengangkat kedua bahunya tidak tahu.

***

Question from this part:

1. Siapakah yang membunuh Bambang? Apakah sama dengan pembunuh sebelumnya atau bukan?

2. Apa arti dari tulisan Ground floor 121A-121B yang ditemukan di baju Bambang?

Kalau kalian bilang cerita ini makin gaje, gue udah nyadar seeenyadar-nyadarnya :D

Sebenernya gue sekarang lagi agak-agak writers block, gue ada ide buat nulis cerita romance yang lagi lancar-lancarnya mengalir di otak gue hahaha, tapi gue inget cerita ini belum selesai. Daripada bikin cerita ini agak ngawur karena pikiran gue lagi memihak si romance, makanya gue jadi agak lelet updatenya

miane yah miane :D

Satu informasi lagi, setelah ini bakalan ada scene romance-nya hahaha yah itung-itung refreshing karena dari awal di tokohnya gue bikin mikir keras mulu nyari ada apa sebenernya yang terjadi

 Insyaallah gue update lagi hari minggu, kalau gak ada halangan ya, gue gak bisa janji soalnya :D

Jangan lupa vote sama komen nya ya guys :*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top