BAB 16


Assalamualaikum wr. Wb

Para pembaca sekalian...hallo!! *ada gak sih?

Sebelumnya gue emang ngasih visual buat cerita gue, tapi setelah dipikir-pikir lagi ngasih visual versi penulis itu nantinya bakalan ngancurin imajinasi yang baca. Jadi,... silahkan berimajinasi sesuka kalian. Kalian bisa bayangin jadi siapa dicerita ini yang menurut kalian keren :D :D :D

***

Angel menyadari bahwa apa yang dilakukannya kemarin itu sangat salah. Ia sudah tahu bahwa sudah sekian lama Dave mengejar-ngejarnya, menunjukkan perhatian padanya, berkorban untuknya, menjaganya, meskipun semua itu dilakukannya dengan cara yang menyebalkan. Angel malah mengakui perasaannya pada Dave bahwa ia menyukai Denis, adik kandung dari Dave. Dan jika Dave marah padanya seperti sekarang, seharusnya itu tidak harus membuatnya terganggu.


Tetapi, sikap Dave hari ini yang berbeda padanya membuat Angel tidak nyaman. Merasa tidak nyaman karena Dave tidak mau berbicara padanya. Kalaupun Angel bertanya jawabannya sangat singkat. Padahal biasanya pria itu selalu bercerita panjang lebar dengan gaya konyolnya tanpa Angel minta. Sekarang Dave mendiamkannya. Ia seperti kehilangan sesuatu dari dirinya.


Angel melihat Dave yang berjalan menuju mesin pemesan minuman otomatis. Segera Angel berlari dan memasukan koin pada mesin minuman itu mendahuluinya.


"Minuman bersoda 'kan?" tanya Angel pada Dave sambil menekan salah satu tombol di mesin itu.


Dave tidak menatapnya sama sekali. Dave malah pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun padanya. Ini bukan Dave yang ia kenal. Bukan Dave yang menyebalkan. Entah kenapa Angel merindukan kekonyolan-kekonyolan yang sering Dave lakukan. Ia kehilangan sesuatu.


Angel membuang napasnya asal. Membungkuk untuk mengambil dua minuman bersoda dari bawah mesin. Pandangan matanya masih mengarah pada Dave yang berjalan semakin menjauh.


"Dave kelihatan aneh hari ini." komentar Ani yang entah sejak kapan sudah berada di samping Angel dengan tangan menjejal di kedua saku jubah putihnya.


"Nih." Angel memberikan satu minuman di tangannya pada Ani. Melangkah dengan lemah ke arah yang berlawanan dengan perginya Dave barusan.


Apa yang dilakukan Angel barusan cukup membuat Ani melongo. Dan sikap Dave?


"Mereka bertengkar?"


***

Dave yang bersikap seolah tidak mengenali Angel membuat harinya hari ini terasa sangat aneh. Seolah tanpa arus dan serba abu-abu, tak jelas warna apa yang mewarnai harinya. Membuat Angel merasa malas untuk melakukan hal-hal yang biasanya ia lakukan dengan senang hati dan tanpa beban sedikitpun.

Jelas saja hari ini berbeda. Karena Dave. Karena pria itu bersikap tidak seperti biasa padanya.

"Permisi." Angel memasuki ruanng VVIP tempat wanita yang tempo hari pernah melemparkan vas bunga ke arahnya. Angel tidak sendiri, ia bersama dengan seorang perawat di sampingnya.

Angel diam tak bergerak di tempatnya. Saling berpandangan dengan perawat yang datang bersama dengannya. Detik berikutnya mereka saling menggelengkan kepalanya secara bersamaan pertanda tidak tahu.

"Kemana pasiennya?" tanya Angel. Ruangan ini kosong dan terlihat sangat rapi seperti yang menghuninya baru saja meninggalkan ruangan ini. Tapi kemana?

"Apakah pasien di ruangan ini sudah pergi?" tanya perawat yang ada di samping Angel itu.

"Tidak, tidak mungkin." bantah Angel. Angel tahu hal itu. Wanita yang berada di ruangan ini mengatakan sendiri padanya bahwa dia senang berada di tempat ini. Katanya setidaknya berada di tempat ini bisa membuat dirinya merasa aman. Dan saat melihat ruangan ini kosong. Angel tidak yakin apakah wanita itu melarikan diri atau sudah keluar dari rumah sakit ini. Entahlah, Angel merasa bahwa wanita itu tidak mungkin pergi dari sini.

"Tapi dia kemana?"

"Coba sana kamu tanyakan." suruh Angel pada perawat yang bernama Gita itu keluar untuk menanyakan pasien VVIP itu kepada bagian recepsionist.

Angel mengernyitkan alisnya. Bertanya-tanya kemana wanita di ruangan ini perginya? Apakah benar wanita itu pergi? Tapi bukannya wanita itu sendiri yang bilang bahwa dia merasa tidak aman berada di luar sana dan lebih senang berada di rumah sakit. Entah apa yang membuatnya sampai merasa takut dengan dunia luar dan lebih memilih untuk mengurung diri di kamar rumah sakit ini sendirian. Tanpa teman, tanpa keluarga, tanpa siapapun yang dia kenal.

Karena penasaran Angel pun melangkahkan kakinya menelusuri ruangn ini. Ada sebuah frame foto di atas meja kecil di samping ranjang wanita itu. Terbalik membelakangi membuat gambar difoto itu tidak terlihat. Angel mengulurkan tangannya untuk melihat gambar di baliknya.

Namun sebelum itu terjadi sebuah tangan memegangi kakinya. Ia tersentak bukan main. Seseorang memegangi kakinya dari bawah ranjang. Sungguh, ia sekarang merasa seperti berada di dalam film horor di mana tokoh utama dipegangi kakinya oleh makhluk tak kasat mata yang muncul dari bawah ranjang.

"Jangan sentuh itu." ujar suara lemah itu.

Angel menggigit bibir bawahnya. Antara yakin dan tidak yakin. Ia pun berjongkok. Dilihatnya wanita itu berada di bawah ranjang. Memeluk lututnya.

"Jangan pernah sentuh itu." ucap wanita itu lagi. Memeluk lututnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Sedang apa kamu disini?" tanya Angel. Seketika pandangan mata wanita ini langsung berubah menjadi sangat waspada.

"Dia akan datang. Aku harus bersembunyi." wanita ini beralih menatap Angel, seolah sedang meminta perlindungan darinya. Angel meringis, wanita ini mencengkram bahunya sangat erat.

"Aku mohon lindungi aku." Sebentar-sebentar wanita ini melirik ke arah pintu. "Sebentar lagi dia akan datang. Lindungilah aku. Jangan biarkan dia melihatku."

Alis Angel saling bertautan. Tidak tahu sama sekali bagaimana cara ia untuk melinsungi wanita ini. Dan dari siapa ia harus melindungi wanita ini? siapa yang membuat wanita ini merasa sangat terancam?

"Tenanglah." Angel menghela napasnya. Menatap wanita ini dengan tatapan hangat. "Jangan takut. Kamu aman di sini. Banyak perawat di luar yang menjagamu. Tidak akan ada yang bisa menyakitimu di sini." Angel berusaha membuat wanita itu tenang. Namun, tidak berlaku sama sekali. Wanita ini masih kelihatan awas dan ketakutan.

"Sekarang, kamu harus keluar. Tidak baik berada di bawah ranjang seperti ini. Banyak debu." Angel mencoba menarik wanita ini dari bawah ranjang.

Wanita yang keras kepala. Angel sama sekali tidak bisa menariknya. "Ayolah. Kamu bisa sakit kalau berada di bawah terus."

"Tidak. Biarkan saja aku ada di sini. Jangan hiraukan aku."

"Tapi..." baru satu kata keluar dari mulur Angel. Ponsel Angel sudah berdering.

'Denis'

Angel menatap wanita ini di hadapannya, lalu mendesar keras. "Aku akan kembali kesini lagi. Jangan kemana-mana."

"Iya Denis ada apa?" tanya Angel setelah ia berada di luar. Berjalan menuju tempat yang lebih tenang supaya ia bisa mendengar apa yang akan Denis katakana padanya dengan jelas. "Tunggu, tunggu sebentar. Aku akan pindah ke tempat yang lebih sepi."

Saat berjalan menuju tempat yang lebih sepi. Sudut matanya menangkap Bambang—si pilitikus yang ada dalam video itu berjalan ke arah yang berlawanan dengannya. Bambang tidak sendiri, ada dua pria bertubuh tinggi besar yang sepertinya pengawalnya mengekorinya.

"Hallo Denis. Katakan, katakan apa yang ingin kamu katakan."

"Dia tertembak." ujar Denis dari ujung sana.

"Ha?" kening Angel berkerut samar. "Si...siapa yang tertembak?"

"Narapidana itu tertembak. Itu yang menyebabkan kematiannya. Aku sendiri baru mengetahuinya tadi pagi. Katanya seorang sipir baru tidak sengaja menarik pelatuk pistolnya saat dia sedang mengancam narapidana itu untuk tidak membuat keributan. Dan mungkin itu alasan kenapa polisi seperti menutup-nutupi penyebab kematian narapidana itu." jelas Denis.

"Tapi, apakah itu masuk akal?" Angel tertawa kecil. "Apakah masuk akal seorang polisi yang pastinya sudah dilatih sebelumnya dan mengetahui prosedur penggunaan pistol melakukan hal itu. Menodongkan pistolnya untuk mengancam yang pada akhirnya menyebabkan korban jiwa."

"Itu bisa saja terjadi." Timpal Denis. "Polisi juga manusia. Akan tetapi, anehnya bekas tembakan narapidana itu berada di kepalanya. Kemungkinan kesalahan menembak tepat pada kepala itu 0,0001%. Terdengar aneh, terjadi kesalahan tetapi bekas tembakannya ada di kepalanya."

Angel memijat pelipisnya. "Lalu bagaimana dengan istri dan anak narpidana itu. Apa mereka berdua sudah mengetahui kebenarannya?"

"Ya." Jawab Denis dengan suara lemah. "Dan keadaannya kacau sekali sekarang. Wanita itu terus saja mencak-mencak di hadapan polisi dan meminta pertanggungjawaban atas apa yang sudah menimpa kepada suaminya."

"Dia pasti sangat kaget dan sedih sekali." ucap Angel prihatin.

"Dia juga pasti merasa kecewa karena sebelum-sebelumnya polisi selalu berusaha untuk menutup-nutupi kebenaran tentang penyebab kematian suaminya dan malah mengatakan hal yang tidak masuk akal." tambah Angel.

Suara seseorang yang berlari menuju ke arahnya membuat Angel mengalihkan pandangannya. Perawat yang tadi masuk ke dalam kamar VVIP wanita itu menghampirinya tergopoh-gopoh. Angel merasa seperti ada yang tidak beres.

"Wanita itu... wanita itu..." perawat itu tampak kesulitan.

"Bernapaslah dulu." sela Angel.

Wanita itu menghela napasnya. Kemudian setelah merasa bahwa napasnya sudah lumayan teratur bibirnya pun terangkat. "Wanita itu, VVIP itu menghilang!"

Perlahan, tangan yang masih memegangi ponsel di samping telinganya turun. Menatap wajah perawat itu dengan tatapan datar. Ia lalu teringat dengan wajah politkus yang beberapa menit yang lalu bertemu dengannya di lorong.

Tanpa mengatakan apa-apa, Angel berlari cepat diikuti oleh perawat yang barusan memberitahunya itu.

***


Iya gue tahu ceritanya makin kesini makin ngawur. Dinikmatin aja ya... :D

Ett... tapi jangan lupa shalat dulu ya sebelum baca. Biar barokah. Biar ngebayanginnya kayak film beneran haha

Jangan lupa vomentnya yaa...

Assalamualaikum wr. Wb


Iis Tazkiati N

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top