BAB 13
***
Narapidana ini masih setengah tidur saat telinganya mendengar suara anak kunci dibuka di sel tahanannya. Dirinya sedang meringkuk di sudut sel dengan keadaan kedinginan saat seorang sipir menghampirinya kemudian membangungkannya dengan cara menendang-nendang tubuhnya.
Awalnya ia enggan untuk membuka mata mengingat rasa kantuknya yang tidak bisa dikompromi. Akan tetapi, semakin lama tendangan sipir itu semakin kuat membuatnya tidak tahan dan memilih untuk bangun saja.
"Aishh... ada apa tengah malam begini?" tanyanya kesal sambil duduk bersila di hadapan sipir itu.
"Ada yang ingin menemuimu." ujarnya tanpa ekspresi sama sekali. Sangat dingin, seperti dinginnya malam-malam saat narapidana ini tidur di selnya.
"Tengah malam begini?" tanyanya heran.
Tidak menjawab, sipir itu malah menyeretnya keluar dari dalam sel. Narapidana ini hanya menurut saja kemana sipir ini akan membawanya. Sampai pada akhirnya mereka sampai pada sebuah ruangan bercahaya remang-remang yang berada di ujung koridor. Jelas ini bukan ruang kunjungan yang seperti biasanya. Dan siapa pula yang menemuinya di tengah malam seperti ini?
"Masuk." sipir itu mendorongnya untuk masuk ke dalam ruangan lalu mengunci pintunya dari luar.
Dilihatnya ada seorang pria berperawakan tinggi dengan balutan setelah mahal berwarna biru tua-kalau tidak salah. Wangi parfum yang dipakai pria pun menyeruak sampai ke hidungnya yang berada di radius beberapa meter dari pria itu, menandakan bahwa parfum yang di pakainya pun berkelas. Duduk di depan sebuah meja lusuh berukuran kecil dengan kursi yang sama lusuhnya sambil menyilangkan kakinya. Terlihat berkelas sekali. Tak lama senyum narapidana ini mengembang, menyadari siapa yang menemuinya.
"Big boss!" ujarnya senang kemudian berjalan menghampiri pria itu dan duduk dihadapannya. "Aku sudah tahu kamu pasti akan kemari." ucapnya sangat senang.
Laki-laki yang dipanggilnya dengan sebutan big boss itu hanya tersenyum miring. Senyum yang menyimpan sesuatu yang tak diketahui. Pemikiran gila dan kemarahan yang sekarang bersarang di dalam kepalanya.
Tatapan matanya sangat lembut namun menyimpan sesuatu yang misterius yang tidak diketahui oleh siapapun. Wajahnya yang setampan aktor Korea Lee Min Ho itu hanya covernya saja. Manis memang, tetapi laki-laki yang sering dipanggil big boss itu sangatlah berbeda dengan luarnya. Sangat kejam, serakah, pendendam, dan tidak segan-segan melakukan hal-hal yang tidak masuk akal kemanusiaan. Tentunya dengan menggunakan kekuasaan yang dimilikinya. Semua orang takut padanya.
Dan sekarang wajah tampan pria itu terlihat amat sangat menakutkan saat dilihat dibawah cahaya yang remang-remang ini.
"Big boss, kamu datang kesini untuk membebaskan aku 'kan?" tanya narapidana kelewat senang.
Lagi-lagi big boss tersenyum miring. "Bagaimana kabarmu? Apa makanan penjara sangat enak?" bukannya menjawab pertanyaan narapidana itu, big boss malah melontarkan pertanyaan yang lain.
Narapidana itu mulai merasakan hawa yang tak biasa. Aura laki-laki yang dipanggilnya big boss itu terlalu mendominasi disini. Membuat ia bisa langsung merasakan bahwa big boss yang dikenalnya itu mulai berbeda. Dan saat pria yang ia panggil big boss itu tersenyum lagi, ia baru menyadari bahwa ia sebenarnya tidak mengenal atasannya ini sama sekali. Sangat bertolak belakang dengan yang ia tahu selama masa-masa ia bekerja dengan pria ini.
Narapidana itu pun berubah menjadi sangat waspada.
"Kenapa tidak menjawab?" tanya big boss masih dengan senyum miringnya.
Tiba-tiba saja big boss menodongkan sebuah pistol tepat di depan wajah narapidana itu. Membuat narapidana itu merasa ketakutan saat itu juga. Tubuhnya menggigil padahal sebelumnya ruangan ini terasa begitu hangat.
"K..kau..." ucap narapidana itu tersendat. Takut melihat senjata api yang menodong di depan wajahnya.
"Kamu fikir aku akan mengampunimu setelah apa yang kamu lakukan, hm?" nada suaranya terdengar tenang sekali. Namun justru itulah yang membuat narapidana ini semakin ketakutan.
"Ja...jangan la...laku...lakukan itu. Kita berada di dalam penjara." narapidana itu memperingatkan dengan tersendat-sendat. "Kamu akan langsung ditangkap jika melakukan ini."
Akan tetapi, laki-laki yang biasa dipanggil big boss ini bergeming. Senyuman di wajahnya malah terlihat lebih menakutkan di ruangan dengan pencahayaan secukupnya ini.
Dorrr...
Ruangan ini kedap suara. Sehingga suara tembakan itu tidak terdengar jauh. Hanya orang-orang yang berada di radius beberapa meter saja yang bisa mendengarnya itupun dengan volume yang kecil.
Sipir yang mengantarkan narapidana itu yang sejak tadi berjaga di luar ruangan tersenyum tipis saat mendengar suara tembakan itu. Dan tak lama big boss pun keluar dari ruangan itu.
"Kamu urus sisanya." perintah big boss pada sipir itu.
Sebelum sempat melihat anggukan dari sipir itu, big boss sudah lebih dulu melenggang meninggalkan tempat itu dengan langkah tegapnya. Tanpa menengok lagi kebelakang, tanpa memikirkan apapun yang ada dan terjadi di belakang punggungnya. Karena harus seperti itulah menjalankan hidup. Baginya apa yang dilakukannya beberapa detik sebelumnya. Bahkan saat-saat ia melakukan kejahatan, itu sama halnya dengan masa lalunya dan laki-laki ini akan melupakannya dengan mudahnya.
***
Dave masih bergelung di dalam selimut berwarna merahnya saat ponselnya yang berada di atas meja kecil di samping tempat tidurnya berdering dengan sangat kerasnya.
"Hallo." ucap Dave dengan mata yang masih terpejam dan masih bergelung dengan selimutnya.
"Ini aku Thomas." ucap seorang pria dari ujung sana.
Mendengar nama itu mau tidak mau Dave harus bangun. Thomas adalah kenalannya yang bekerja sebagai seorang polisi. Kenalannya yang ia suruh untuk mengawasi apa saja yang terjadi di kepolisian. Takutnya ada sesuatu yang mencurigakan terjadi. Dan sekarang tanpa disangka-sangka Thomas menelponnya sepagi ini.
"Iya Thomas, ada apa?" tanya Dave sambil melirik jam yang menggantung di dinding kamarnya. Menunjuk angka 5 lebih lima belas menit. Wah.. benar-benar pagi.
"Narapidana itu meninggal tadi malam."
"Apa!"
Saat itu juga mata Dave yang sebelumnya baru setengah terbuka itu membelalak sepenuhnya.
***
Hai...
Ngaret? Iya tahu :D
No dark readers! Vote & comentnya yaaa...
Wasalam,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top