BAB 12

Assalamualaikum,

Hai sebelumnya maaf karena jadwal post saya yang berantakan. Janjinya seminggu sekali eh jadi dua minggu sekali bahkan pernah sebulan sekali. Maafkan keberantakkan jadwal yang mengganggu ini:D

Kemarim hari Kartini ya? Happy Kartini's day yah pembaca yang budiman :D

Sebel baca biasakan vote dulu yaa... Biar berkah dan semangat ke aku nya. Hahaha
Udah ah pidatonya entar kaliannya pada kabur :D

Wassalamualaikum,

***

“Angel dimana?” tanya Denis pada Dave yang ternyata sudah menunggunya.

Dave tidak mengatakan apa-apa. Melainkan hanya mengarahkan pandangan matanya ke suatu arah. Dimana disana ada Angel yang sedang berbincang-bincang dengan seorang laki-laki berjas hitam. Tubuhnya yang tinggi besar hampir saja menghalangi Angel yang ada disampingnya.

Yap. Laki-laki itu adalah politikus yang mereka lihat ada di dalam video itu.

“Tunggu disini.” ujar Denis pada Dave.

Denis hendak melangkah menghampiri Angel. Akan tetapi, Dave sudah lebih dulu memegangi lengannya, menahannya untuk tidak ikut campur dengan apa yang sedang terjadi disana. “Jangan.”

Kening Denis berkerut dalam. “Kenapa? Angel bisa saja berada di dalam bahaya.”

“Justru dengan kamu atau aku kesana akan membuat laki-laki itu curiga bahwa kita mengetahui sesuatu tentangnya. Dan itu mungkin bisa membuat nyawa Angel—tidak bukan hanya Angel. Tapi nyawa kita semua berada dalam bahaya.” terang Dave. Namun, rupanya Denis yang ia kenal cukup buta jika sudah berurusan dengan Angel. Dave menyadari hal itu dan perlahan rasa sakit itu menelusup ke dalam hatinya. Namun, detik berikutnya ia mengabaikannya.

“Justru karena dia sudah curiga bahwa kita mengetahui sesuatu makanya dia datang kesini menemui Angel. Seseorang gak mungkin datang kesini tanpa ada alasan dan maksud yang jelas. Dan dia datang kesini hanya untuk berbincang-bincang dengan Angel, sudah pasti bahwa kedatangannya kesini karena dia mencurigai Angel.” bantah Denis. Berhasil membuat Dave yang berada disampingnya membungkam mulutnya.

Dave diam bukan karena perkataan Denis, tetapi ia pikir ada baiknya jika ia menghentikan perdebatan tak berguna ini. Lebih baik terus mengawasi Angel dari atas sini dan siap siaga setiap detiknya.

Denis hendak menghampiri Angel. Namun, lagi-lagi seseorang menahannya. Kali ini bukan Dave melainkan Ani. Yang entah datang dari mana.

“Bambang Ade.” gumam Ani dengan pandangan mengarah pada laki-laki setengah baya yang saat ini sedang bersama dengan Angel itu. “Biar aku yang kesana.” tegas Ani yang kemudian membuat perdebatan antara Dave dan Denis mereda.

Beberapa detik kemudian Dave dan Denis sudah melihat Ani ikut berbaur bersama dengan Angel dan politikus itu.

***

“Dia mengatakan apa saja?” tanya Denis menatap Angel yang duduk di hadapannya. Laki-laki ini jelas terlihat sangat khawatir. Walaupun begitu Angel berusaha untuk tidak tesentuh dengan kekhawatiran yang Denis tunjukkan padanya.

“Tidak banyak. Dia bilang dia ingin memberikan bantuan ke rumah sakit ini.” jawab Angel.

“Apa dia mengatakan sesuatu?” Denis menggigit bibir bawahnya tampak ragu. “Sesuatu yang mungkin berhubungan dengan video itu—mayat itu?”

“Tidak.” Angel menggeleng cepat. “Dia hanya menanyakan tentang rumah sakit. Selebihnya tidak ada.”
“Dengarkan aku.” Denis meraih tangan Angel, menggenggamnya.

Angel menjadi gugup seketika. Matanya mengarah pada tangan Denis yang saat ini menggenggam tangannya. Ada apa ini? Kenapa dirinya menjadi seperti ini? Kemudian yang dilakukan Angel selanjutnya adalah membiarkannya saja dan berusaha bersikap biasa saja. menyembunyikan kenyataan bahwa sebenarnya ia sangat gugup saat ini.

Ya. Angel harus melakukannya. Sebisa mungkin terlihat biasa saja. Menyembunyikan apa yang dirasakannya. Seperti seekor belalang daun yang menyamarkan keberadaannya diantara dedaunan supaya musuh tidak mengetahui dirinya. Dan Angel pun harus melakukannya.

“Lain kali kalau ada seseorang yang mencurigakan menemuimu kamu harus langsung menghubungiku. Mengerti?” perintah Denis.

Angel mendadak kehabisan kata-kata. Melihat kilatan kecemasan yang tergambar di wajah Denis saat ini. Tiba-tiba saja hatinya terasa hangat.

“Jangan sampai hal seperti barusan terulang lagi. Jangan sampai kamu menemuinya tanpa ada seorang pun yang tahu.”

“Iya tapi…” perkataan Angel menggantung kala Denis kembali memotong apa yang akan ia katakan.

“Jangan banyak tapi.” potong Denis. “Kamu tahu ‘kan seberapa bahayanya mereka. Mereka bisa saja menculikmu lalu membunuhmu di tempat yang tidak diketahui oleh seorang pun.”

“Iya.”Akhirnya itu yang bisa Angel katakan pada akhirnya. Ia tidak tahu apa yang harus dikatakannya pada Denis.

“Orang itu berbahaya. Sangat berbahaya, kamu harus selalu waspada kapanpun. Aku minta untuk saat ini jangan mempercayai siapapun jika kamu ragu. Kita belum tahu siapa-saiapa saja yang terlibat dalam hal ini. Aku harap kamu mengerti apa yang aku ucapkan ini.” ujar Denis mengingatkan.

Entah kenapa, mendengar Denis yang tampaknya sangat mengkhawatirkannya itu membuat hati Angel terasa sangat hangat. Seperti ada yang membangkitkan sesuatu yang tersembunyi dari dalam dirinya. Jantungnya juga berdebaran tak karuan. Ini wajar, wajar saat seorang perempuan berada di dekat laki-laki yang menurutnya sangat mengkhawatirkannya melebihi dari siapapun. Dan seiring dengan pergerakan bibir Denis, Angel merasakan debaran jantungnya itu seperti sebuah nyanyian yang merdu. Menenangkan jiwa.

“Angel, kamu denger ‘kan?” entah sejak kapan Denis sudah melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Angel.

Angel mengerjap beberapa kali, menyadari bahwa dirinya barusan malah melamun sambil menatap wajah Denis. Tanpa berkedip sama sekali. Ah, semoga Denis tidak menyadarinya.

“I..iya, apa?” tanya Angel sambil tersenyum malu.

“Ya ampun, apa dari tadi aku berbicara ini itu tentang orang asing yang bisa saja membahayakan nyawamu sampai rasanya buih-buih ingin keluar dari mulutku. Dan kamu… tidak mendengarkan satupun.”

“Maaf.” hanya itu yang keluar dari mulut Angel. Ia menunduk merasa bersalah atas kebodohan  yang ia lakukan barusan.

Tanpa diduga Denis malah tersenyum. Tangannya bergerak untuk menggenggam kedua tangan Angel. Menggenggamnya erat-erat.

Pandangan mata Angel mengarah pada tangan Denis seketika itu juga. Lagi-lagi membuat Angel seperti manekin yang tak berekspresi. Diam, bagai patung.

“Pokoknya…intinya… setiap kali kamu ngerasa ada sesuatu yang gak beres kamu harus langsung telpon aku dan jangan percaya siapapun. Ngerti?” ujar Denis sambil menatap jauh ke dalam mata Angel.

“Denis, berhenti merayunya.” tiba-tiba saja Dave muncul entah darimana sambil membawa secangkir kopi yang masing mengepulkan asap tipisnya ke udara. Wajahnya jelas sekali menyiratkan ketidaksukaan.

Denis yang menyadari kehadiran Dave langsung melepaskan genggaman tangannya. langsung merasa canggung dengan suasana yang terjadi, sama halnya dengan Angel.

“Angel.” Dave mendekati Angel dan duduk di sampingnya. “Ingat, ada aku disini. Calon suamimu ada disini. Disampingmu.” tegas Dave sambil menatap Angel dengan tatapan jahil dan senyuman yang… menyebalkan sekali bagi Angel setiap kali melihatnya. “Kamu gak malu selingkuh di depan calon suami kamu?” tanya Dave masih dengan ekspresi anehnya.

“Arghh…” Angel mendesah keras. Bangun dari duduknya sambil menatap Dave kesal. “Denger yah, aku gak bakalan selingkuh dari kamu.”

“Bagus.” Timpal Dave.

“Aku bakalan dua lingkuh bahkan berlingkuh-lingkuh dari kamu. Ngerti?” tegas Angel dengan penuh penekanan. Setelah itu Angel pun pergi meninggalkan Denis dan Dave disana.

“Ah… Angel…” rengek Dave matanya menatap kepergian Angel.

Denis yang sejak tadi hanya diam melihat tingkah Angel dan kakaknya berdeham keras. Membuat perhatian Dave tertuju padanya.

“Apa!”

“Kamu yakin dia mau jadi istrimu? Kamu yakin dia akan menerimamu saat kamu melamarnya?” tanya Denis dengan tatapan mengejek.

“Ya! Memangnya kenapa?”

“David…David…kamu masih sama yah dari dulu, menyedihkan.” Setelah mengatakan hal itu Denis langsung berlari meninggalkan Dave disana sebelum sempat Dave melemparkan cangkir kopinya kepadanya.

***

Hai hai...
Apa kabar? Makin gaje yah? Maafkan, saya masih belajar:D

Jangan lupa vomentnya yaa...
"Jadilah pembaca yg bijak" hahahaha

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top