BAB 1
***
Klik klik klik.
Dikeheningan malam ini, yang terdengar hanyalah suara itu. Suara yang hampir setiap malam terdengar dan cukup mengganggu. Apartemen ini cukup luas dengan perabotan-perabotan mewah di dalamnya. Sofa berwarna merah darah tampak bertengger tunggal di ruang tengah, di depan sebuah televisi lengkung berukuran cukup besar. Di depan sofa itu terdapat sebuah meja kaca yang lumayam berantakkan.
Melihat jauh ke dalam lagi, sebuah pintu berderit pelan. Membuat bagian dalam ruangan yang gelap itu terlihat sedikit dari celah-celahnya. Gordyn berwarna merah itu berkibar-kibar tertiup angin malam karena si pemilik lupa menutup jendela apatementnya.
Klik klik klik.
Suara itu masih terdengar. Pada jam yang menunjukkan pukul satu pagi itu.
Terdengar suara anak kunci di putar, di susul dengan terbukanya pintu yang langsung memunculkan seorang gadis berpenampilan cukup acak-acakkan dengan jubah putih tersampir di bahu kanannya. Wajahnya tampak sangat lelah.
Tadi jam sepuluh baru saja ia pulang dan membaringkan tubuhnya pada kasur empuk di kamarnya sampai tiba-tiba ponselnya berdering membuatnya mau tidak mau harus mengangkat panggilan tersebut. Segera setelah mendapatkan panggilan itu ia melesat menuju tempat yang di sebutkan oleh si penelefon.
Dan sekarang, ia sudah menginjakkan kakinya di apartementnya lagi. Langsung saja ia membanting tubuhnya ke sofa merah itu. Merasa bahwa rasa kantuknya sudah tidak bisa lagi di kompromi.
Klik klik klik.
Baru saja matanya terpejam dan hampir terlelap, telinganya menangkap suara itu. Kemudian dengan malas ia bangkit dari tidurnya. Berjalan menuju dapur. Tanpa menyalakan terlebih dahulu lampu dapurnya ia langsung berjalan menuju tempat mencuci piring, tahu bahwa asal suara mengganggu itu berasal dari sana.
"Jangan mengeluarkan suara apa-apa lagi mengerti?" bentaknya pada keran air yang baru saja di tutupnya rapat itu. Setelah itu ia pun berbalik hendak kembali ke ruang tamu.
Srrtt...
Ia bukan orang bodoh yang tidak menyadari bahwa barusan ada sesuatu lewat di belakangnya. Meskipun cepat, tapi ia menyadarinya. Secara perlahan tangannya bergerak mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk memukul. Dan...
Dengan sekali hentakkan ia menekan saklar lampu dan berbalik bersiap untuk memukul dengan tongkat baseball di tangannya.
"Ini aku. Dave." Ucap seorang pria yang sekarang berada di hadapannya. Kedua tangan Dave terangkat bersiap untuk menangkis pukulan yang hampir mengenai wajahnya.
"Dave." Pekiknya, melihat Dave berdiri di hadapannya.
Di hadapannya sekarang berdiri Dave sahabatnya yang menampakkan wajah menyebalkan seperti biasanya. Namun, yang menjadi pertanyaannya, dari mana dan bagaimana Dave masuk ke apartementnya.
"Angel kamu gak tahu kalau ini adalah spesialisasiku. Aku cukup pintar dalam urusan yang seperti ini." ujar Dave dengan bangganya.
"Selain menipu orang lain?" sindir Angel sambil membalik badannya keluar dari dapur.
"Hei hei... aku bukannya menipu tapi membodohi. Mereka saja yang terlalu bodoh sehingga bisa aku manfaatkan."
"Iya bagus. Memanfaatkan kelemahan orang lain untuk kepentingan dirimu sendiri." Tiba-tiba saja Angel memutar tubuhnya. "Malam ini berapa juta yang kamu dapatkan dari membodohi orang-orang itu?"
"Tidak banyak. Cuma 20 juta." Jawab Dave sambil lalu. Menjatuhkan tubuhnya pada sofa lalu menyalakan terlevisi tanpa memperdulikan Angel yang gondok mendadak mendengar apa yang baru saja Dave katakan padanya.
"Cuma? Kamu bilang 20 juta, cuma?" kata Angel penuh penekanan. Namun, Dave tampak mengabaikannya dengan menutup kedua telinganya.
Sungguh, Angel tidak habis fikir dengan sahabatnya yang satu ini karena sejak SMA ia mengenal Dave, dia adalah seorang anak lugu yang baik hati juga pintar, tak jarang dia mendapatkan berbagai penghargaan dari kepintarannya itu. Tapi, setelah kematian orangtuanya beberapa tahun yang lalu entah kenapa Dave berubah 180 derajat dari pria baik hati menjadi penipu ulung seperti itu.
Dan bukan sekali dua kali polisi datang mencarinya bahkan memenjarakannya. Akan tetapi, dengan kepintarannya Dave selalu bisa memutar balikkan fakta sehingga hukum dan orang yang menuntutnya tidak berkutik. Dan bukan hal biasa lagi jika ia harus mengeluarkan jutaan rupiah untuk membebaskan Dave dari polisi. Yah, bisa dibilang Dave selalu menyusahkannya.
Meskipun begitu, Angel tetap menyayangi Dave. Tak peduli seberapa busuk dan buruknya Dave yang sekarang. Angel masih percaya bahwa jauh di dalam hatinya Dave, dia masih Dave yang dulu.
"Mau sampai kapan kamu melakukan penipuan itu Dave? Sampai kapan? Jujur saja aku sudah lelah untuk berhadapan dengan polisi karena perbuatanmu itu."
Tanpa disangka-sangka Dave menarik lengannya dan menjatuhkan tubuhnya pada pangkuan Dave. Jarak wajahnya dan wajah Dave saat ini hanya berjarak beberapa centi saja. Membuat Angel bisa merasakan hembusan nafas Dave di wajahnya. Angel masih normal karena ia merasa bahwa jantungnya berdebar tak karuan saat ini.
Tangan Dave bergerak di sisi wajah Angel lalu berhenti di pipinya. Nafas Angel terengah-engah. Ia juga merasakan bahwa sebelah tangan Dave yang berada di pinggangnya menarik tubuhnya lebih mendekat, merapatkannya dengan Dave.
"Bukannya aku sudah bilang bahwa aku akan berhenti jika kamu mau jadi istriku."
"Dan bukannya aku juga sudah bilang bahwa aku tidak akan mau menjadi istrimu."
"Kenapa? Apa karena kita sahabat sejak dulu makanya kamu tidak mau jadi istriku?"
Nafas Angel semakin terengah-engah saat tangan Dave bergerak naik turun di punggungnya. "Yah... itu salah satu alasannya. Aku takut hubungan yang lebih dari sahabat bisa membuat kita menjauh dan itu adalah hal yang paling tidak ingin terjadi dalam hidupku."
"Apa jika kita bukan sahabat sejak dulu aku bisa menjadi suamimu?" tanya Dave parau.
Dalam jarak yang sedekat ini Angel bisa dengan leluasa menatap bola mata kecoklatan milik Dave. Mata yang lembut namun tajam itu. Angel yakin, perempuan manapun akan terhipnotis saat menatap mata Dave seperti ini. Dan sepertinya hal itu juga berlaku baginya.
"Tergantung. Jujur saja aku merasa ragu apakah aku bisa menjadi istrimu yang baik mengingat kesibukkanku ini. Aku takut jika aku menjadi istrimu aku akan mengabaikanmu dan lebih mementingkan pekerjaanku."
"Ya. Aku mengerti. Tapi, kita bisa berkerja sama. Aku bisa saja melamar di rumah sakit yang sama denganmu dan melakukan pekerjaan yang sama. Dengan begitu kita bisa terus bersama kapan pun. Toh aku cukup pintar, bahkan lebih pintar darimu jadi kita bisa memecahkan misteri-misteri itu bersama-sama."
"Tidak semudah itu, Dave. Banyak orang yang ingin memiliki pekerjaan yang sama denganku tapi tak sedikit dari mereka yang gagal. Pekerjaan ini butuh ketelitian yang ekstra, Dave."
"Lalu maksudmu aku kurang teliti begitu?" tanya Dave tidak terima dengan Angel yang secara tidak langsung mengatakan bahwa dirinya kurang teliti.
"Bukan aku yang bilang seperti itu lho." Angel berdiri dari pangkuan Dave dan menjatuhkan tubuhnya di samping Dave. Mengambil remote televisi dan memindahkan channel.
"Oke, aku tidak akan membahasnya lagi." Kata Dave tidak mau berdebat lebih jauh lagi dengan Angel. Pria itu lebih memilik untuk mengalah saja. "Bagaimana kalau kita membahas kasus apa yang kamu selidiki hari ini?"
Telunjuk Angel mengarah pada televisi. Membuat Dave menatapnya dengan heran.
Di televisi itu sedang menayangkan kasus kematian terbaru yang cukup menggemparkan. Korban di temukan meninggal di pinggir pantai. Dugaan sementara tenggelam akan tetapi ada satu hal yang membuat bingung. Yaitu adanya sebuah tanda kemerahan yang melingkar di pergelangan tangannya. sesuatu yang mungkin menjadi penyebab kematian pria itu.
"Ada apa dengan televisinya?" tanya Dave tidak mengerti.
Hal tersebut membuat Angel menghembuskan nafasnya kesal. "Sebenarnya IQ-mu itu berapa sih? Orang lain juga akan mengerti dengan apa yang aku lakukan."
"IQ-ku 175. Tapi, aku benar-benar tidak mengerti."
"Aku sedang mengurus masalah itu." ujar Angel kemudian.
"Lalu masalahnya?" tanya Dave lagi.
"Mungkin kamu bisa ikut denganku besok ke rumah sakit."
***
haiii... ini cerita barukuuuu... hahaha
kali ini genre nya berbeda dari yang sebelumnya. Sebenernya sih gue spesialisnya obat batuk, hehe bercanda. Sebenernya gue spesialis cerita-cerita remaja yang mewek-mewek gitu, dulu, tapi gak tahu kenapa entah mungkin karena gue mau nyari pengalaman atau emang pengen tahu seberapa jauh potensi gue di bidang ini cieee... makanya gue nyoba buat cerita action romance ini.
Yasudah sekian, wasalam. Jangan lupa vote sama comentnya yaaa... ;)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top