RAJA MY FRIEND

"Dad, aku mau belanja bulanan. Bareng sekalian ya?" kata Prilly setelah mereka menyelesaikan sarapan.

Dia beranjak dari duduknya, membereskan piring-piring yang kotor dan membawanya ke dapur.

"Oke," jawab Ali masih terdengar oleh Prilly, karena antara dapur dan ruang makan tak ada sekat, hanya terpisah oleh meja bar.

Ali meminum segelas air mineralnya, lantas berdiri menghampiri Cinta yang duduk di kursi makannya, bibirnya sudah belepotan dengan biskuit. Ali melirik Angel, dia masih sibuk memasukkan beberapa potong sandwich ke dalam tempat bekalnya.

"Tumben, bawa banyak?" tegur Ali sambil mengelap bibir Cinta dengan tisu basah khusus anak. Ali juga mengelap tangan Cinta yang kotor karena memegang biskuitnya sendiri.

"Angel juga membawakan bekal buat Raja, Dad. Kasihan, dia tidak pernah membawa bekal," jawab Angel polos menutup tempat bekalnya.

Ali tersenyum penuh arti, "Jadi, sekarang kalian sudah berteman?" tanyanya mengerling penasaran.

Angel masih sibuk memasukkan bekalnya ke dalam tas. "Seperti yang Daddy bilang ke Angel, kebencian tidak boleh dibalas dengan kebencian. Angel berusaha berteman dengan Raja. Awalnya dia menolak, tapi karena Angel selalu mendekati, akhirnya dia mau bermain dan bicara sama Angel, Dad." Angel sangat antusias menceritakan teman barunya kepada Ali.

Prilly yang mendengar dari dapur, tersenyum bahagia. Mungkin dengan berteman dengan Raja, Angel dapat membagi pengalamannya dulu, saat tak mendapat kasih sayang seorang ibu.

"Bagus jika seperti itu, jadi kamu semakin banyak teman, Sayang," sahut Prilly berjalan menghampiri meraka.

"Iya Mom. Apalagi Raja itu asalnya juga dari Indonesia. Jadi Angel bisa bermain dan berkomunikasi dengannya menggunakan bahasa kita di sini," jawab Angel memancarkan kebahagiaan di raut wajahnya, dia juga menyangklong tas sekolahnya.

"Jaga pertemanan kalian, jangan sampai jahil-jahilan lagi ya?" petuah Ali mengingatkan.

"Siap Daddyyyyy," sahut Angel menekan katanya lembut.

Ali membopong Cinta yang sudah bersih. Wajah imutnya sangat menggemaskan, apalagi pipinya chubby, bola matanya bulat seperti manik-manik mata di boneka. Rambut tipisnya di kucir dua, namun masih menyisakan beberapa helai, sengaja Prilly memberikan poni sebatas atas mata untuk menutupi dahi nong-nongnya. Sungguh balita yang sangat menggemaskan. Ditambah tingkahnya yang super aktif dan kecerdasannya, menjadi poin plus pada dirinya.

"Sudah siap kan?" tanya Ali memerhatikan Prilly sudah memakai jaketnya dan menjinjing tas.

"Iya, Ayo!" Prilly membawakan tas kerja Ali serta jasnya, kerena Ali memilih menggendong Cinta.

Angel berjalan di depan mereka, dia segera masuk ke dalam mobil. Diikuti Prilly yang lebih dulu duduk dan Ali menurunkan Cinta di pangkuannya. Ali mengitari mobilnya, lantas masuk di jok kemudi dan langsung menjalankan mobilnya setelah semua siap.

"Nggak ada yang ketinggalan kan, Sayang?" tanya Prilly menoleh ke belakang, karena Angel duduk di belakang.

"Nggak ada kok, Mom. Semua sudah Angel masukkan ke dalam tas," jawabnya tersenyum manis.

Keluarga ini membelah pagi di kota London. Jalanan yang lengah karena tak banyak yang berkendara, memuluskan perjalanan mereka. Gedung-gedung menjulang tinggi dan keramaian pejalan kaki, menghiasi kota. Angel sangat menikmati lingkungannya.

"Nanti kamu pulangnya bagaimana, Mom?" tanya Ali sebelum membelokkan mobilnya di pusat pembelanjaan.

"Aku nanti naik taksi, kalau nggak, bisa kan naik bus?" jawab Prilly sudah terbiasa menjalani kehidupan di negara ini, malah jauh sebelum mengenal Ali, Prilly sudah pernah mengenyam pendidikan di sini dan tinggal lama di negara ini.

"Oke deh, tapi hati-hati ya?" Ali membelokkan mobilnya di tempat pembelanjaan untuk menurunkan Prilly.

Angel turun dari duduknya, mencium pipi Prilly dan sebentar menggoda adik kecilnya, sebelum Prilly turun dari mobil.

"Dedek Cinta kalau jajan, belikan juga buat Kakak ya?" goda Angel mencolek pipi Cinta yang seperti bakpao itu, menggunakan jari telunjuknya.

Cinta hanya memekik seolah menjawab Angel, dia juga berceloteh seolah berbicara sesuatu kepada kakaknya, namun semua tak memahami apa yang Cinta bicarakan, yang ada malah mereka tertawa dibuatnya. Tingkah lakunya yang super aktif, terkadang membuat Prilly kualahan. Cinta tak betah lama berada di gendongan, dia lebih suka bermain di lantai, karena seusianya seperti saat ini, Cinta masih suka memukul-mukul sesuatu, membanting dan mendorong. Butuh ruang yang luas untuknya bergerak.

"Kakak Angel, belajar yang rajin ya? Jangan nakal di sekolah," pesan Prilly penuh perhatian membalas mencium di pipinya.

"Siap, Mom!" sahutnya patuh dan kembali duduk.

"Dad, hati-hati di jalan ya?" pesan Prilly mencium singkat pipinya.

"Iya, langsung pulang loh, nanti," wanti-wanti Ali mengiringi keluarnya Prilly dari mobil.

"Iya," sahutnya tersenyum, menutup pintu dan melambaikan tangannya.

Angel membalas lambaian tangan Prilly seraya tersenyum lebar. Dia menatap kepergian mobil suaminya, setelah tak terlihat, Prilly barulah masuk ke dalam pusat pembelanjaan untuk membeli kebutuhan rumah tangganya.

***

Seorang anak lelaki duduk sendiri di bawah pohon, sedangkan yang lain sudah bermain di tengah lapangan yang tak begitu luas, namun cukup untuk mereka berlari-lari menikmati masa kanak-kanaknya. Angel melihat seseorang yang sedari tadi dia cari, dia menghampirinya dan duduk di samping anak lelaki itu.

"Raja, apa kamu mau ini?" tawar Angel mengulurkan bekalnya agar Raja mengambil.

Jika mereka hanya berdua saja, bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi keduanya. Karena memang Raja berasal dari Indonesia. Dengan ragu dia mengambil satu sandwhich dari tempat bekal Angel.

"Itu sandwhich buatan Mommy. Ayo, dimakan!" bujuk Angel.

Angel juga mengambil satu potong sandwhich dan memakannya. Raja menggigit ujung sandwich-nya, satu kali gigitan terasa enak dan sudah lama dia tak memakan sandwich seperti ini. Biasanya, dia hanya memakan, masakan cepat saji.

"Kamu menyukainya?" tanya Angel merasa bahagia karena Raja sangat lahap memakan bekal yang dia bawakan.

Mulut Raja penuh dengan sandwich, hingga dia susah berbicara. Setelah dia menelannya, barulah Raja menyahuti pertanyaan Angel tadi.

"Angel, ini sangat enak. Kamu beruntung punya mommy, tak seperti aku. Mommyku jahat, dia tega meninggalkanku," adu Raja mengeluarkan keluh kesahnya, yang selama ini dia tahan sendiri di dalam hatinya.

Angel merasa kasihan kepada Raja, dia mendengarkan semua cerita Raja. Apalah daya, Angel hanya seorang anak kecil yang dapat menjadi pendengar setia, tanpa dapat memberikan nasihat.

"Raja, kamu boleh kok, menganggap mommyku juga mommy kamu. Dia itu mommy terbaik yang aku punya. Mommy juga bukan yang melahirkan aku, tapi aku sangat mencintai Mommy. Mommy yang melahirkanku, sudah meninggal," cerita Angel lugu mencengangkan Raja.

Raja menatap Angel tak percaya. Raja pikir, mommy yang dulu menasehatinya itu, adalah orang yang melahirkan Angel. Namun ternyata, perkiraannya itu keliru.

"Oh iya? Kenapa dia sangat menyayangimu? Kata teman-teman, mommy tiri itu jahat. Aku tidak mau punya mommy tiri!" sungut Raja, hatinya sudah tertutup oleh dinginnya kehidupan. Wajar saja, mungkin Raja merasa hatinya kosong dan hampa, tanpa seorang ibu, apalagi ayahnya terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga mereka jarang bertemu.

Angel berpikir, mungkin kalau Raja mau bicara dengan Prilly, dia tidak akan berpikir seperti itu lagi. Angel tidak pernah menganggap Prilly itu mommy tirinya, seperti yang diceritakan orang-orang, jika ibu tiri itu pasti jahat. Namun kenyataannya, Angel tak merasakan hal itu. Malah Prilly memperlakukannya sangat baik, bahkan Angel sampai tak menyadari jika dia dilahirkan oleh wanita lain.

"Raja, apakah pulang sekolah nanti, kamu mau main ke rumahku? Aku akan ajak kamu bermain sama adik kecilku. Dia sangat lucu, tapi kadang nakal. Soalnya, kata Mommy, Dedek Cinta belum mengerti apa yang dia lakukan. Jadi masih perlu bimbingan. Kamu mau kan?" tawar Angel berharap Raja akan mau bermain ke rumahnya.

Raja tampak berpikir, "Bagaimana nanti aku pulangnya?"

"Nanti, biar Daddy yang mengantarmu," jawab Angel polos, belum dapat memikirkan akibat dari ajakannya itu.

"Oke." Akhirnya Raja pun menyetujui ajakannya.

***

Bus sekolah menurunkan Angel dan Raja di depan rumah minimalis yang di kelilingi oleh tanaman lebat, namun terdapat dua pintu gerbang tertutup rapat yang menjulang tinggi terbuat dari kayu. Sudah rutinitas jika bus sekolah menjemput dan mengantar anak-anak. Namun, karena kebetulan sekolahan Angel dan kantor Ali satu arah, setiap pagi, Angel tak ikut dengan bus sekolah, dia berangkat diantar oleh Ali.

"Ayo! Kita masuk!" ajak Angel membuka satu pintu kecil di samping gerbang utama yang terbuat dari kayu juga.

Itu adalah akses keluar masuk bagi pejalan kaki atau bersepeda. Raja melihat sekelilingnya, taman kecil yang tertata rapi, kolam ikan yang dibuat seperti aliran sungai dan terdapat seperti air terjun mini dari bebatuan yang sengaja dibuat. Sepanjang jalan yang mereka lewati adalah tatanan kerikil sungai yang halus dan tertata rapi, jadi tak mungkin melukai kaki yang menginjaknya. Raja merasa sangat damai, berada di lingkungan ini.

"Mommyyyyyyyy," teriak panjang Angel setelah membuka pintu rumah dan berlari masuk mencari Prilly.

Prilly tersenyum bahagia, "Kebiasaan, Kak Angel itu ya Dek? Pulang sekolah sukanya teriak-teriak," gumamnya mengangkat Cinta dan mengajaknya menghampiri Angel.

"Mom-myyy!" teriak Angel lagi saat dia tak melihat Prilly di dapur dan di ruang tengah.

Biasanya, mommynya jam segini kalau tidak di dapur, pasti menemani Cinta bermain di ruang tengah, pikir Angel.

"Iya, Sayang." Prilly menyahutinya, keluar dari kamar.

"Mommyyyy ...." Angel berlari menghampiri dan memeluknya.

Prilly tertawa, inilah kebiasaan Angel ketika pulang dari sekolah. Hal yang paling utama saat dia masuk ke rumah adalah berteriak menyerukan nama 'Mommy' hingga memenuhi rumah.

"Cium Dedek!" Angel merengek menarik pelan kaki Cinta agar Prilly sedikit membungkuk dan Angel dapat menciumnya.

Benar saja, Prilly membungkukkan badannya, dengan cepat Angel menciumi pipi Cinta sangat gemas hingga adik kecilnya itu sulit bergerak. Dia juga sampai merengek-rengek tak suka Angel menguyel pipinya dengan bibir.

"Sudah ... sudah. Nanti Dedek nangis, Angel," tahan Prilly menghentikan ciuman gemasnya.

"Habis gemes sama Dedek, Mom. Pipinya empuk dan lembut, rasanya mau aku makan. Nyam ... nyam ... nyam ... enaaaaak." Angel memutar lidahnya, menjilat bibirnya seperti orang yang habis makan enak.

Prilly tertawa keras, melihat wajah Angel yang merem melek membayangkan sedang makanan enak.

"Emang pipi Dedek bakpao apa?" sungut Prilly menurunkan Cinta ke lantai.

Seperti dilepaskan dari kurungan, Cinta langsung merangkak dan mencari sesuatu untuk dia bertumpu dan merambat. Prilly harus pintar-pintar menjauhkan benda berbahaya dan tajam dari jangkauan Cinta.

"Oh iya, Angel ajak teman sekolah untuk main ke sini, Mom." Angel mengingat Raja yang sedang menunggunya di ruang tamu.

"Teman? Siapa?" tanya Prilly heran. Karena selama Angel di sini, dia tak pernah mengajak teman sekolahnya bermain ke rumah.

"Sebentar!" Angel berlari ke ruang tamu mengajak Raja masuk menemui Prilly.

Prilly sedang mengawasi Cinta berjalan, mendorong push baby walker-nya.

"Mom," panggil Angel.

Prilly menoleh terkejut, melihat siapa yang datang bersama Angel. Anak lelaki yang kemarin sempat dia tegur dan nasihati agar tak lagi menjahili putrinya. Raja menunduk, mungkin dia masih merasa takut menghapi Prilly.

"Raja?" panggil Prilly sangat lembut, "jangan sungkan, Nak. Sini!" Prilly melambai agar dia mendekatinya.

Raja menatap Angel ragu, setelah Angel tersenyum dan menganggukkan kepala, baru ia melangkahkan kakinya kecil mendekati Prilly. Prilly berlutut menyamakan tinggi badannya dengan Raja, dia memegang bahunya dan tersenyum sangat manis.

"Maafkan Auntie ya ... kalau ucapan Auntie kemarin membuatmu takut. Maaf, bukan maksud memarahi Raja, Auntie hanya tidak suka, jika anak sebaik Raja menjahili teman-teman," tutur Prilly sangat pelan sembari mengelus kepalanya lembut.

Sentuhan tangan Prilly bagaikan air penawar di hati Raja yang sudah beberapa tahun ini terasa gersang. Hati Raja ikut tersentuh, sejuk dan damai.

"Maaf," ucapnya menunduk menyesali perbuatannya.

"Iya, jangan ulangi lagi ya?" ujar Prilly mengangkat dagu Raja agar menatapnya, "sekarang kan Raja sudah menjadi temannya Angel, jadi, kalian harus saling menjaga. Raja mau kan?"

Raja tersenyum dan menganggukkan kepala, "Iya Auntie," jawabnya.

Selama Prilly mengobrol dengan Raja, Angel mengawasi Cinta yang asyik sendiri menyebar mainannya di lantai. Pekerjaan ekstra untuk Prilly, ketika Cinta sudah seperti ini.

"Angel, kamu ganti baju dulu ya? Habis itu, ajak Raja makan siang, baru nanti kalian boleh main," titah Prilly lembut.

"Siap Mom!" Angel segera mengambil tasnya yang tadi sempat dia letakkan di sofa ruang tengah, lantas dia naik ke kamarnya.

Ali sengaja memilih kamar di lantai bawah, mengingat usia Cinta yang sudah bisa merangkak dan sudah mulai dapat berjalan. Sedangkan Angel tetap menempati kamarnya yang ada di lantai dua. Angel tak sendiri di lantai dua, karena seorang ART juga kamarnya berada di lantai dua.

"Raja mau minum apa?" tawar Prilly sembari menemani Cinta menyusun balok-balok kecil agar dia bisa duduk anteng.

Raja masih saja berdiri, dia belum terbiasa, sehingga masih ada rasa sungkan. Raja tak menjawab, dia malah menggigit bibir bawahnya, dan memelintir ujung bajunya, bingung untuk bersikap. Prilly yang menyadari hal itu, menggapai tangannya agar ikut duduk di lantai.

"Jangan sungkan, Auntie nggak akan marah kalau kamu nggak nakal," goda Prilly diiringi senyumannya, "kalau di rumah, biasanya pulang sekolah ngapain?" Prilly berusaha mendekatkan diri kepada Raja, agar anak itu tak merasa takut padanya.

"Mmm ... main game, Auntie," jawab Raja terbata karena gugup dan kepalanya masih saja menunduk.

Prilly mengangkat dagunya lagi, dia melempar senyum padanya. "Jangan menunduk, memangnya di bawah ada apa? Koin ya?"

Raja terhibur dengan gurauan Prilly, dia dapat tertawa kecil. Prilly ikut senang melihat anak lelaki kecil di hadapannya kini tak lagi takut padanya.

"Biasanya kalau makan, siapa yang memasak?" tanya Prilly terus berusaha mengajak Raja mengobrol agar dapat terbiasa dengannya.

Raja mulai berani mengajak Cinta bermain. Dia ikut menyusun balok-balok kecil yang terdapat tulisan abjad dan gambar hewan mengajari Cinta, seperti yang dilakukan Prilly tadi.

"Ada pengurusku di rumah. Dia hanya memasak makanan instan." Raja sekarang mulai terbiasa dengan Prilly. Sambil mengajak Cinta bermain dia menjawab setiap pertanyaan Prilly, dia juga banyak bercerita kepadanya.

Angel sudah berganti dengan baju sehari-hari, Prilly mengikat rambut panjangnya agar tak menghalanginya saat nanti dia makan.

"Sudah sana, ajak Raja makan dulu. Mommy juga mau nyuapin Dedek Cinta," perintah Prilly setelah selesai mengikat rambut Angel seperti ekor kuda.

"Oke, Mommy!" sahutnya mengacungkan kedua ibu jarinya kepada Prilly, "Raja, yok kita makan!" ajak Angel menarik tangan Raja.

Mereka berjalan lebih dulu ke ruang makan, sedangkan Prilly membereskan mainan Cinta dulu, setelah memasukkannya ke dalam bok, Prilly pun mengangkat Cinta. Dia menyusul mereka ke ruang makan, Angel sangat perhatian kepada Raja, dia menawarkan semua makanan yang sudah tersaji di meja makan.

"Kamu mau makan sama apa, Raja? Kami suka masakan Indonesia, jadi Mommy cuma masak makanan Indonesia," seru Angel polos, mengambil ayam goreng dan soup ayam ke piringnya.

Raja terlihat kebingungan, berbagai masakan di hidangkan, ada ayam goreng, ikan filet krispi, sayur sop, bakwan sayur, sambal tomat dan kerupuk. Semua makanan ini sudah lama tak dikonsumsi Raja. Setiap bulan, Prilly sengaja meminta sahabat baiknya, yang masih setia di Indonesia untuk mengirimkannya bumbu kering khas Indonesia, serta kerupuk mentah dari sana. Siapa lagi kalau bukan Gladis? Hubungan mereka hingga sampai saat ini terjalin sangat baik.

"Aku bingung," jawab Raja yang sebenarnya ingin mengicip semua makanan yang ada di hadapannya sekarang. Tapi, dia masih ragu dengan rasanya.

Prilly membawa semangkuk nasi tim untuk Cinta, sembari digendong, Cinta menikmati makan siangnya.

"Mommy, Raja malah bingung mau makan," adu Angel tak jadi mengambilkan makanan untuk Raja.

Prilly berdiri di samping meja makan sembari menyuapi Cinta, terkekeh geli. Apa mungkin saking lamanya Raja tak pernah makan masakan Indonesia, dia jadi kebingungan? Entahlah, tapi bagi Prilly ini aneh.

"Raja, coba kamu icip dulu sayurnya," perintah Prilly. Raja mengambil sedikit kuah dan wortel di mangkuk kecil, khusus untuk memakan sayur. Dia mengicipnya, lidahnya sudah lama tak tersentuh masakan seperti ini, terasa aneh.

"Bagaimana rasanya?" tanya Angel yang sedari tadi menanti komentarnya.

"Aneh! Aku tidak suka sayur." Raja meletakkan sendoknya.

Prilly dapat memahaminya, memang anak-anak seusia mereka jarang yang menyukai sayuran. Untung saja, Prilly selalu mengajarkan Angel dan Cinta untuk selalu mengkonsumsi sayur dan buah, demi keseimbangan gizinya.

"Kalau begitu, Raja makan sama ayam gorengnya saja. Atau ... itu!" tunjuk Prilly pada ikan filet krispi, "ikan krispi. Itu sudah tidak ada durinya, jadi aman," terangnya.

Raja mengambil ikan krispinya satu dan menyicinya. "Aku makan sama ini saja!"

Angel dan Prilly tersenyum, akhirnya ada juga masakan yang Raja sukai. Mereka menyantap makan siangnya bersama, namun Prilly lebih dulu menyuapi Cinta.

"Assalamualaikum," suara salam yang sangat familiar di telinga mereka, mendekat ke ruang makan.

"Waalaikumsalam," balas Prilly karena mulut Angel masih penuh dengan nasi, jadi dia tak dapat menyahuti.

Ali datang ke ruang makan, meletakkan jasnya di sandaran kursi, dan tasnya ditaruh di kursinya. Dia mencium Cinta. "Hidiiiih ... maemnya sampai belepotan begini," tegur Ali mengelap bibir Cinta dengan tangannya.

Ali berpaling kepada Angel, dia masih sibuk menikmati makan siangnya. Dia pun juga mencium pucuk kepalanya.

"Tumben Daddy sudah pulang jam segini?" tanya Angel setelah menelan kunyahannya, dia menengadahkan wajahnya menatap Ali.

"Iya, tadi ada meeting di daerah sini. Daripada Daddy bolak-balik, jadi lebih baik langsung pulang saja. Soalnya di kantor sudah tidak ada pekerjaan," jelas Ali ikut duduk di meja makan bergabung bersama mereka.

Raja menghentikan makannya, dia menunduk tak berani menatap Ali. Ali yang memerhatikan Raja, dalam benaknya bertanya-tanya, siapa dia?

"Namanya Raja, Dad. Dia teman sekolahnya Angel," terang Prilly memahami maksud tatapan Ali kepada Raja.

Ali menoleh menatap istrinya, Prilly mengedipkan matanya, memberikan kode kepada Ali. Lantas dia langsung memahami kode istrinya itu.

"Oh Raja, lanjutkan makannya. Kita makan bersama," seru Ali bersikap ramah agar Raja tak takut padanya.

Raja mengangkat kepalanya menatap Ali, dia tersenyum sangat manis. Raja pun membalas senyuman Ali, akhirnya dia melanjutkan makannya. Prilly mengusap bahu Ali, dia tersenyum kepada suaminya, untung saja, Ali dapat memahami maksud hatinya. Ali membalas mengusap tangan Prilly yang berada di bahunya.

"Ayo Raja tambah lagi!" tawar Ali mengambil nasi untuk dirinya sendiri, "kok cuma sama ikan, ayamnya nggak ambil?" tanya Ali mencoba mendekatinya dan mengajaknya berkomunikasi.

"Ini saja, Om. Terima kasih," ucapnya masih malu-malu.

Ali hanya mengangguk dan mengambil lauk pauknya sendiri, karena Prilly masih sibuk menyuapi Cinta. Raja merasakan mendapat keluarga baru di sini. Sudah lama, dia tak makan bersama keluarga seperti saat ini. Hari ini akan menjadi momen terindah yang tak akan dia lupakan.

#####

Ini juga bagian yang belum pernah aku posting di WP. Cuma ada di versi bukunya dulu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top