PERJANJIAN
Setelah menjelaskan semuanya, apa yang terjadi. Kini Prilly mau tak mau harus menyetujui perjanjian kerja dengan Ali. Konsekuensi yang harus diterima Prilly adalah, menjadi baby sister Angel selama 6 bulan.
"Baiklah, Anda mulai malam ini bisa tinggal di sini. Kamar Anda bersebelahan dengan kamar saya dan Angel. Jadi, jika terjadi sesuatu dengan Angel, saya tahu. Dan, saya akan selalu mengawasi Anda," ujar Ali menatap Prilly tajam sambil menandatangani surat perjanjian yang lebih dulu Prilly tanda tangani.
"Emang harus tinggal di sini ya Om?" protes Prilly yang tak mungkin dapat leluasa melakukan hal sesuka hatinya lagi.
"Iya, kalau Anda tidak tinggal di sini, terus bagaimana bisa Anda mengawasi dan membantu keperluan Angel. Dan ingat, selama Anda tinggal di sini, tolong hentikan kebiasaan Anda yang suka mengkonsumsi minuman beralkohol," peringatan Ali keras.
"Yang penting nggak minum di depan Angel, nggak papa kan? Kalau udah kebiasaan, susah dihilangkan Om," bantah Prilly yang memang keras kepala.
Ali hanya menghela napas dalam, sepertinya hidupnya akan selalu terusik oleh kehadiran Prilly. Tapi, jika Ali tak melakukan ini, bisa-bisa Angel akan jatuh sakit lagi. Ali tak akan membiarkan itu terulang kembali. Sudah cukup satu kali itu saja, Angel sakit karena merindukan Prilly.
"Terserah Anda," sahut Ali akhirnya mengalah.
"Yes! Okay, kesepakatan kita deal ya? Jadi disaat saya bebas jam tugas, saya bisa menikmati minuman mahal saya," seru Prilly tersenyum puas.
"Ya," jawab Ali datar.
"Baiklah, kalau begitu dari mana saya bekerja? Apa yang harus saya lakukan sekarang?" tanya Prilly bersiap untuk melakukan pekerjaan pertamanya.
"Anda kan wanita, jadi Anda yang harus lebih tahu, bagaimana mengatur jam kegiatan anak," tukas Ali kesal.
"Eitttts, meskipun saya wanita, tapi kan saya belum pernah punya anak. Dan Anda perlu tahu, setiap anak itu memiliki kebiasaannya sendiri-sendiri," bantah Prilly lagi, membuat Ali harus menyetok kesabarannya segudang.
Ali menghela napas dalam. "Baiklah, jam 5 pagi Angel harus sudah bangun, menjalankan ibadah salat subuh, setelah itu mandi, bersiap untuk berangkat sekolah, sarapan wajib, harus dilakukan Angel sebelum berangkat sekolah dan Anda juga yang akan mengantarnya sampai di sekolahannya," jelas Ali memberikan pandangan tugas yang harus Prilly lakukan.
"Jadi saya harus bangun sebelum jam lima dong?" seru Prilly yang tak terbiasa bangun sepagi itu.
"Iya, harus dan wajib! Anda juga harus mengajarkan dia pendidikan agama, selain pendidikan di sekolahannya," imbuh Ali membuat beban tugas Prilly semakin berat.
"Terus, tugas Anda apa, kalau semuanya saya yang melakukan?" protes Prilly yang merasa jika Ali melimpahkan semua kewajibannya sebagai orangtua Angel kepadanya.
"Tugas saya mencari uang dan mengawasi Anda bekerja, Nona," ujar Ali tersenyum miring.
"Enak banget, situ yang punya anak, kenapa jadi gue yang ribet," gerutu Prilly yang masih dapat terdengar oleh Ali.
Ali tertawa puas di dalam hatinya, meski wajahnya tetap stay cool. "Dan satu lagi yang paling penting, jangan lagi panggil saya 'Om'. Saya berasa sudah tua," ujar Ali berhasil membuat mata Prilly membulat sempurna dan menahan tawanya.
Prilly melihat penampilan Ali dari atas hingga ke bawah. "Terus? Saya panggil apa dong? Abang? Entar dikira, saya panggil abang tukang bakso. A'a? Entar orang kira, saya panggil A'a Gym. Mas? Dipikir orang, Anda mas berlian dan mas intan, terus apa dong?" pikir Prilly menatap wajah Ali lekat berpikir panggilan apa yang pantas dan cocok untuknya.
"Terserah Anda, yang penting jangan Om!" sergah Ali tetap saja menampilkan wajah datarnya.
"Baiklah, pangeran es," seru Prilly asal membuat Ali melotot kepadanya.
"Apa maksud Anda mengatai saya seperti itu?" protes Ali yang kurang nyaman dengan panggilan itu.
"Terus apa dong?" Prilly masih saja berpikir keras. "Okay, kali ini nggak boleh protes lagi. Terserah saya, ini kan mulut saya, jadi Anda jangan lagi memprotes. Big Bos! Bagus kan? Kayak di film korea yang tentara itu loh Om ... ups!" Prilly membekap mulutnya sendiri saat menyadari jika dia masih saja menyapa Ali dengan panggilan 'Om'. "Maaf, maksud saya Big Bos," timpal Prilly melempar senyum simpulnya kepada Ali.
"Terserah, kalau Anda nyamannya begitu. Saya mau istirahat, Anda bisa membersihkan diri dulu di kamar sana," tunjuk Ali ke pintu kamar yang bersebelahan dengan kamar Angel, tepat berada di depan kamarnya.
"Okay, siap Big Bos." Prilly sudah mulai terbiasa dengan Ali.
Ali berdiri dan berjalan terlebih dulu, sedangkan Prilly membuntutinya dari belakang. "Big Bos, kan pakaian saya belum dibawa ke sini. Terus saya ganti pakai baju siapa?" tanya Prilly saat menguntit Ali dari belakang.
Ali tak menjawab, ia justru masuk ke sebuah ruang di bawah tangga. Prilly menunggunya di depan tangga. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Ali keluar membawa pakaian dalam dan sebuah daster modern.
"Mungkin ini cukup dengan tubuh Anda." Ali memberikannya kepada Prilly.
Prilly melihat pakaian dalam itu masih terdapat bandrolnya dan sepertinya belum pernah dipakai. Dia melirik Ali, berpikir yang bukan-bukan.
Menyadari lirikan Prilly, Ali menyahut, "jangan mikir macam-macam, itu milik almarhum istri saya yang belum sempat dia pakai."
Ali melanjutkan jalannya menaiki tangga, diikuti Prilly. Sesampainya di depan kamar Angel, tak sengaja keduanya memiliki niat bersama untuk membuka pintu kamar tersebut. Hingga sentuhan tangan tuk pertama kalinya diantara merekapun terjadi. Desiran darah yang menjalar di tubuh Ali bagaikan sengatan listrik yang lama telah padam. Jantung Prilly pun menjadi berdegub kencang. Saat mereka masih sibuk dengan saling mengagumi, pintu itupun terbuka.
"Daddy? Mommy?" Angel keluar kamar, memergoki Ali dan Prilly yang spichles saling bertatapan.
"Eh, maaf," ucap Prilly menyadarkan dirinya lebih dulu.
Ali hanya bersikap dingin dan mengusap tengkuknya menutupi rasa geroginya. Angel terlihat bingung menatap Prilly dan Ali bergantian karena sikap mereka aneh dan terasa kaku.
"Daddy, Angel ada pekerjaan rumah, mewarnai. Temani Angel mewarnai Daddy," rengek Angel menarik-narik tangan Ali agar ikut dirinya masuk.
Prilly berniat untuk masuk ke dalam kamarnya, namun Angel mencegahnya. "Mommy mau kemana?"
Prilly membalikkan tubuhnya dan tersenyum kaku kepada Angel. "Mau mandi dulu. Tubuh Mommy lengket dan bau asem. Nanti Mommy temani Angel belajar setelah selesai mandi ya," ujar Prilly melirik Ali yang sudah duduk di atas karpet, melihat tugas Angel.
"Okay Mommy," sahut Angel mengacungkan ibu jarinya kepada Prilly.
Saat Prilly membalikkan badannya, sekilas Ali melihat punggungnya. Entah mengapa hatinya bergetar saat mengingat sentuhan itu. Ali mengusap tangannya yang tadi sempat bergesekan dengan tangan Prilly, senyum simpul tertarik dari kedua sudut bibirnya.
"Daddy," panggil Angel mengagetkan Ali yang melamun.
"Iya," jawab Ali sangat lembut mengelus rambut Angel penuh kasih sayang.
"Mulai hari ini, Mommy akan tinggal di sini kan?" kata Angel berbahagia.
"Iya Sayang," ucap Ali tersenyum sambil mengelus pipi Angel yang menggemaskan itu.
Saat Ali sedang menemani Angel mewarnai, Prilly masuk ke kamar memakai daster dengan panjang selutut milik Lovia. Seperkian detik Ali melihat sosok Lovia pada Prilly, senyumannya, bibir tipisnya, tubuh sintalnya, ooooh ... damn!!! Ali menginginkannya!
"Mommyyyyyyyyy," rajuk Angel berhamburan ke dalam pelukan Prilly.
Seketika Prilly mengangkat tubuh Angel, sehingga dasternya tertarik ke atas. Ali sekilas melihat paha mulus Prilly.
"Shit!!! Kenapa harus begini!" gerutu Ali dalam hati.
Ali mengalihkan pandangannya ke arah lain, menyibukkan tangannya memegang pensil pewarna Angel. Prilly mendudukkan Angel di karpet tempat Ali duduk sekarang. Dia menyusul duduk bersila, sehingga roknya terangkat ke atas, semakin mengekspos paha putihnya.
"Angel, Daddy ke kamar ya? Masih ada pekerjaan kantor yang harus Daddy selesaikan," seru Ali yang ingin menghindari situasi tak aman seperti sekarang ini.
"Anda tidak jadi menemani Angel mewarnai?" tanya Prilly menundukkan tubuhnya untuk mengajari Angel cara mewarnai pada gambar.
Saat seperti itu, belahan dada Prilly mengintip sehingga Ali mau tak mau melihatnya.
"Anda saja yang menemaninya," kata Ali gugup yang langsung keluar dari kamar Angel.
Prilly mengedikan bahunya tak acuh, lantas dia melanjutkan mengajari Angel mewarnai. Sedangkan di dalam kamar pribadinya yang luas dan mewah, ali mondar-mandor tak jelas. Dia mengusap tengkuknya berulang kali, karena terasa berat.
"Ini nggak boleh terus-terusan dibiarkan. Lama-lama aku bisa gila karena setiap hari disuguhi tontonan tidak terdidik seperti tadi," gumam Ali yang sudah menahan sesuatu.
Ali mencoba menghilangkan bayang-bayang tadi dengan tidur, namun saat dia memejamkan mata, justru bayangan itu semakin jelas.
"Ooooh Tuhan, jangan siksa hamba seperti ini. Berpuasa selama dua tahun lebih, menyiksa batin saya. Mengapa harus seperti ini," seru Ali marah-marah sendiri di dalam kamar.
Sebuah ketukan mengusik Ali, dia segera turun dari tempat tidurnya dan membuka pintu. Ada Angel dan Prilly berdiri di depan kamarnya.
"Ada apa?" tanya Ali ketus kepada Prilly.
Prilly hanya memutar bola matanya jengah, karena Ali tak juga bisa bersikap manis kepadanya.
"Daddy, Angel pengen makan mi ramen yang dulu kita makan bersama itu. Ayo Daddy, kita berangkat sekarang," rengek manja Angel sambil menarik-narik ujung baju Ali.
Ali melirik Prilly. "Mewarnainya sudah selesai?" tanya Ali kepada Prilly.
"Sudah," jawab Prilly tak acuh.
"Ayooo Daddy," rajuk Angel yang terus merengek.
Ali menghela napas dalam, jika Angel sudah seperti ini, Ali tak dapat lagi menolak permintaannya.
"Baiklah, tunggu Daddy di bawah. Daddy ganti baju dulu," seru Ali akhirnya mengalah menuruti kemauan Angel. "Dan Anda." Ali menunjuk Prilly. "Sudahlah, ikuti Angel. Tunggu di bawah," ujar Ali yang tak jadi bicara dan meminta Prilly juga menunggunya di bawah.
Pintu kamar Ali tertutup, Prilly menggerutu tak jelas karena Ali sangat begitu aneh baginya. "Kita tunggu Daddy di bawah yuk!" ajak Prilly menggandeng tangan Angel menuruni tangga.
Kurang dari 10 menit Ali turun menghampiri Prilly dan Angel yang sedang bercanda sambil saling menggelitiki di ruang tengah. Ali membawa jaket jeans, lantas diberikan kepada Prilly.
"Pakai jaket itu, pulang dari kedai ramen, mampir ke apartemen Anda. Kita ambil pakaian Anda," seru Ali dingin tanpa ekspresi.
"Ya!" sahut Prilly jutek lalu memakai jaket yang Ali berikan tadi.
Jaket itu terlihat kedodoran di tubuh Prilly. Namun karena menghargai niat baik Ali, akhirnya dia rela memakainya hingga sampai di kedai ramen. Tempat ini begitu ramai, entah pagi, siang maupun jam makan malam. Mereka duduk di meja paling pojok di ruangan kedai tersebut.
"Anda mau makan ramen apa?" tanya Ali membaca menunya.
"Nggak, saya kalau sudah malam tidak makan yang berat," jawab Prilly yang memang memiliki program diet ketat.
Ali hanya mengangguk paham dengan maksud penolakan Prilly tadi. Ali hanya memesan satu mangkok mi, untuk Angel saja. Sedangkan dia dan Prilly memesan secangkir kopi untuk menemani mereka menunggu Angel menghabiskan minya.
Angel begitu menikmati mi ramennya. Sesekali Prilly memotret wajah konyol Angel yang sedang menyeruput minya. Prilly terkekeh gemas melihat hasil fotonya.
"Ya ampuuuun, Angel, pelan-pelan dong makannya," ujar Prilly mengelap pipi Angel yang terciprat kuah ramen dengan tisu.
Ali memperhatikan cara Prilly yang begitu tulus menjaga dan melindungi Angel. Tak ada beban dan tak terlihat sebuah paksaan yang Ali lihat dari wajah Prilly. Justru Prilly sepertinya menikmati pekerjaan barunya sebagai baby sister Angel.
"Anda masih akan bekerja di kantor?" tanya Ali disela mereka menunggu Angel menghabiskan minya.
"Kalau Anda membayar saya lebih per bulannya, mungkin saya tidak akan lagi bekerja di kantor. Memangnya Anda mau, membayar dan mencukupi kebutuhan saya setiap harinya? Kalau saya tidak kerja, bagaimana saya bisa membeli barang kesukaan saya?" jawab Prilly tak acuh.
"Mau gaji berapa Anda, diluar hutang Anda yang 50 juta itu?" Tanpa basa-basi Ali langsung menyanggupi permintaan Prilly.
Prilly yang niatnya tadi hanya bercanda, tercengang menatap Ali. Prilly tak habis pikir, begitu berharganya Angel, hingga Ali rela mengeluarkan uang banyak demi menahan Prilly tetap bersama buah hatinya.
"Gaji saya per bulan di kantor 50 juta, Anda berani berapa?" tantang Prilly mulai bernegoisasi.
"Tujuh puluh juta," sahut Ali enteng.
Prilly ingin menguji keseriusan Ali, apakah dia benar-benar atau hanya sekedar ingin menjebaknya? Atau bahkan, ini hanya omong kosong dia saja? Pikir Prilly.
"Kurang!!! 100 juta. Soalnya saya kan tidak terikat jam kerja. Jadi, tenaga yang saya keluarkan juga extra," sahut Prilly merasa was-was jika Ali tak menyanggupinya.
"Oke, diluar uang denda itu, per bulan Anda saya bayar 100 juta untuk menjaga dan mengawasi Angel. Jika sampai terjadi sesuatu dengan Angel, Anda yang bertanggung jawab. Mengerti?" ujar Ali menatap Prilly tajam, namun justru ada sesuatu dari dalam mata Ali yang dapat menenangkan perasaannya.
Kesepakatan Ali tersebut membuat Prilly pusing dibuatnya. Bagaimana tidak? 100 juta per bulan, hanya menjaga anak kecil. Wow, harga yang fantastis sebagai baby sister.
"Anda nggak main-main kan ini?" tanya Prilly memastikan.
"Kapan saya pernah bermain-main dengan perkataan saya?" ujar Ali meyakinkan Prilly.
"Okay, deal?" Prilly mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Ali.
"Deal." Ali membalas jabatan tangan Prilly.
Prilly tersenyum puas, kini tanpa dia berlari-lari mengejar waktu meeting dan menguras otaknya untuk mengembangkan produksi, ia dapat menerima gaji 100 juta per bulan.
"Mommy, kenyang," kata Angel lemas bersandar di tembok sambil menggeser mangkoknya ke depan Prilly.
Prilly yang melihat mangkok Angel, melongo karena minya tinggal sedikit. "Oh my god, Angel?" seru Prilly kaget karena Angel hampir menghabiskan minya yang porsinya lumayan banyak.
Ali hanya tersenyum menatap wajah Prilly yang shock tak percaya, jika Angel begitu kuat memakan mi ramennya. Prilly melongo melihat Angel menenggak air mineral dari botol sambil tersenyum dan menunjuk kepadanya.
#########
Wuiiiiih, aku juga mau, kalau jadi Prilly. 100 juta cuiy. Hahahahahah lol
Sampai di sini bagaimana?
Makasih untuk vote dan komennya ya. Love you all.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top