KELUARGA
Hati siapa yang tak bahagia jika berhasil menikahi wanita yang dicintainya? Satu minggu setelah menikah, membuat Ali dan Prilly semakin merasakan kesempurnaan bahagia. Empat bulan masa pemulihan Prilly dari koma, satu bulan persiapan pernikahan, dan kini akhirnya keluarga ini menjadi utuh. Ada Ali sebagai tulang punggung keluarga, Prilly sebagai ibu rumah tangga yang siap menjaga harta benda dan menjaga martabat suami, serta Angel, sebagai pelengkap keluarga kecil mereka.
"Mommy, sini!" pekik Angel melambaikan tangannya meminta Prilly mendekatinya.
"Apa Sayang?" tanya Prilly ikut berjongkok, melihat Angel memperlihatkan buah stroberi yang baru saja dia petik.
"Boleh Angel makan Mom?" tanya Angel sebelum dia memakan stroberi yang baru saja dia petik langsung dari pohonnya.
Warnanya yang mencolok merah menggiyurkan baginya, sepertinya manis. Prilly mengangguk sambil tersenyum sangat manis. Saat Angel menggigit pucuk buah stroberi itu, matanya mengeriyip lucu karena ternyata stroberi itu masih kecut. Prilly mengernyitkan dahinya, melihat tingkah lucu Angel.
"Ecut Mom," ujar Angel memecahkan tawa Prilly.
Prilly memeluknya gemas sambil mencium pipinya. "Udah yuk, nyusulin Daddy," ajak Prilly menuntun Angel mendekati Ali yang sedari menunggu mereka di sebuah saung.
Kali ini, Ali dan Prilly mengajak Angel berwisata ke Puncak. Di tempat ini juga, mereka dapat menikmati keindahan alam yang masih asri dan alami.
"Daddyyyyyyy," pekik Angel sembari berlari kecil menghampiri Ali yang sudah menunggu mereka sedari tadi.
Dengan sigap Ali menangkapnya dan menaikkan Angel ke saung yang sudah lengkap tersaji makan siang mereka. Ada ikan bakar, lalapan dan berbagai macam sambal sebagai pelengkap.
"Dapat seberapa stroberinya?" tanya Ali melihat keranjang kecil yang Angel bawa.
"Ecut stroberinya Daddy," adu Angel menirukan wajahnya tadi, saat dia mencicipi stroberi. "Cuma dapat ini," imbuhnya memperlihatkan hasil yang dia dapat kepada Ali.
"Udah ... udah, ayuk kita makan dulu!" ajak Prilly yang sudah mengambilkan nasi untuk Ali dan Angel.
Dengan sabar dan telaten, Prilly memilihkan daging ikan untuk Angel, agar tidak tertelan duri saat nanti dia makan. Sambil bercerita kecil dan bersenda gurau makan siang pun menjadi hangat dan sejuk karena berada di tempat terbuka, di kelilingi hamparan kebun stroberi serta pemandangan bukit yang hijau menyejukkan mata.
"Daddy, habis ini kita main paralayang ya?" pinta Angel saat mencuci tangannya.
"Emangnya Angel berani?" tanya Ali memastikan keinginan putrinya itu.
"Berani dong," sahut Angel percaya diri.
Ali dan Prilly saling menatap dan seolah dari tatapan mereka kurang yakin jika Angel berani melakukan hal tersebut.
"Gimana Mom?" tanya Ali meminta persetujuan Prilly.
Bagaimana pun, sekarang Prilly adalah patner hidup Ali. Jadi segala apapun yang akan Ali putuskan, Prilly harus tahu dan dia juga harus ikut campur tangan untuk memutuskan segala sesuatu yang akan menyangkut hidup mereka.
"Mmm ... emang Angel nggak pusing lihat ketinggian?" tanya Prilly untuk meyakinkan dirinya sebelum mengiyakan permintaan gadis kecilnya itu.
"Berani Mommy ... boleh ya?" rajuk Angel menarik ujung baju Prilly dan memperlihatkan wajah mengiba.
Jika sudah mengeluarkan jurus jitu seperti itu, pasti Ali dan Prilly tak mampu lagi menolaknya. Dengan perasaan sedikit ragu Prilly akhirnya mengangguk.
"Yeaaaaaa," seru Angel girang langsung memeluk Prilly. "Makasih Mommy," ucapnya.
"Tapi, harus ada pendampingnya ya? Nanti biar Daddy yang carikan pendamping yang sudah profesional," ujar Ali yang tak ingin ambil risiko dengan keselamatan putrinya.
"Siap Daddy," sahut Angel dengan senyum kemenangan.
"Ya udah, ayo kita berangkat," ajak Prilly sebelum sore.
Meskipun siang hari ini panas, namun di Puncak masih terasa dingin dan berhawa sejuk. Saat kulit terkena sinar matahari, tubuh justru terasa hangat. Angel begitu girang saat sudah berada di area permainan paralayang. Melihat sekelilingnya, Prilly menjadi ngeri sendiri dan parno berpikir yang tidak-tidak.
"Angel, nggak usah aja ya?" kata Prilly yang takut terjadi sesuatu kepada Angel.
"Aaaaaah, Mommy ... tadi kan sudah dibolehin," desah Angel kecewa sambil mengerucutkan bibirnya.
Prilly yang melihat Angel seperti itu antara kasihan namun dia juga takut jika nanti terjadi sesuatu dengan Angel.
"Tapi Sayang, lihat itu, jurangnya curam dan tinggi banget. Mommy cuma khawatir Sayang. Bukannya apa-apa," bujuk Prilly sambil menunjukkan keadaan yang saat ini di sekitar mereka.
Angel melihatnya, bukannya takut, dirinya justru ingin segera mencobanya. Angel memang menyukai sesuatu yang menantang dan sedikit menegangkan. Itu membentuk mental Angel agar menjadi seseorang yang kuat dan tak takut dalam tantangan apapun yang akan menerpa di dalam kehidupannya nanti.
"Udah Mom, nggak papa. Daddy sudah sewa pembimbing profesional kok," sahut Ali yang tiba-tiba datang bersama seorang pria dewasa berwajah bule.
"Hallo," sapanya menyalami Prilly. "Nama saya Andre," ujarnya memakai bahasa Indonesia namun masih berlogat asing.
"Ya, saya Prilly. Anda yang akan menemani anak saya bermain?" tanya Prilly memastikan sebelum orang itu menyentuh Angel.
"Tenang saja Nyonya, saya sudah biasa melakukannya," jelas Andre.
"Oke, saya percaya Anda." Akhirnya Prilly pun mempercayakan Angel kepada Andre.
Andre segera memasangkan pengaman pada tubuh Angel. Lantas mereka berjalan ke ujung tebing. Prilly yang melihatnya merasa was-was, Ali merangkulnya agar Prilly tenang dan memberikan kepercayaan kepada Angel.
"Dadaaaaaaa Mommyyyyyyy," pekik Angel saat berjalan mendekati ujung tebing.
"Hati-hati Sayang," pekik Prilly yang justru merasa tegang.
Ali mengelus bahu Prilly, meskipun hatinya juga merasa was-was, namun Ali akan memberikan putrinya kesempatan untuk mencoba hal yang baru, meski itu menantang.
"Sudah, nggak papa, berikan dia kesempatan untuk mencoba hal baru," seru Ali melihat kebahagiaan Angel yang sudah meluncur bersama Andre.
"Daddyyyyyyyy ... Mommyyyyyyyyy, Angel terbang," teriaknya bahagia berada di udara hanya bertopang sebuah alat.
Angel tampak menikmatinya dan dia juga sangat tenang, tak ada ketakutan di dirinya. Dia tetap tenang dan santai meskipun posisinya sekarang berada di atas ketinggian. Terlihat kecil pemukiman warga dari tempatnya kini duduk bersama Andre.
Prilly dan Ali hanya melambaikan tangannya, melihat Angel seperti itu, sedikit melegakan perasaan mereka.
***
Sepulangnya mereka dari puncak, malam harinya Prilly menghampiri Angel ke kamarnya. Ketika pintu terbuka, Prilly melihat gadis kecilnya masih belajar di bawah lampu temaram.
Dia sangat serius dan beberapa alat gambarnya berserakan di atas meja. Prilly tersenyum dan mendekat.
"Angel, bobo Sayang, sudah jam 9," perintah Prilly mengelus kepalanya lembut.
"Sebentar lagi Mom, masih nanggung," tolaknya dan justru meneruskan mewarnai gambarnya.
Prilly hanya tersenyum, beginilah Angel, tak jauh seperti daddynya. Jika sedang mengerjakan sesuatu, sebelum selesai pantang menyudahi.
"Ya sudah, tapi nanti kalau sudah selesai langsung bobo ya?" pesan Prilly sebelum keluar dari kamar Angel.
"Iya Mommy," jawab Angel sangat manis.
Prilly mengecup pucuk kepalanya. "Mommy tinggal ya?" ujar Prilly.
"Oke, Mom."
Prilly pun meninggalkan Angel, membiarkan dia menyelesaikan pekerjaannya. Sudah biasa bagi Angel, jika kini dia tak lagi meminta Prilly untuk menemaninya tidur. Angel tahu, jika seorang ayah dan ibu harus tidur satu kamar, itulah yang selalu diajarkan Ali padanya, maka semenjak itu, Angel selalu menolak jika Prilly akan menemaninya tidur. Angel akan meminta Prilly untuk menemani Ali saja.
"Dari mana Mom?" tanya Ali yang duduk bersandar di kepala ranjang dengan kedua kaki menjuntai lurus dan tangan kanannya memegangi remot TV.
"Dari kamar Angel," jawab Prilly merangkak naik ke atas ranjang.
Prilly bersandar di dada Ali, ikut menonton siaran berita bisnis yang sedang Ali simak.
"Mom," panggil Ali pelan.
"Hemmm, apa?" sahut Prilly tanpa mendongak, dia masih asyik menonton grafik ekonomi dunia yang disiarkan di televisi.
"Ada yang bangun," kata Ali memberi kode Prilly.
Prilly tahu maksud Ali, namun dia pura-pura tak mendengar ucapan Ali tadi. Dia memilih untuk diam dan menghiraukannya, Prilly ingin tahu, apa yang akan Ali lakukan jika tak ada respon darinya. 5 menit Ali tak melakukan apapun, namun Prilly sudah dapat melihat di balik boxer-nya, benda itu sudah mengacung dan keras. Perlahan Prilly mengarahkan tangannya untuk memegang benda yang sudah berdiri tegak itu.
"Aaaaah sssssh ... Mom, enak," ucap Ali diiringi desahan.
Prilly terkekeh sambil menggelengkan kepala. Perlahan dia menaik turunkan tangannya di luar boxer Ali, masih tetap memegang alat vital itu.
"Mom, jangan begitu. Moncrot nanti," cegah Ali menghentikan gerakan tangan Prilly yang semakin kencang.
Prilly tertawa lepas, jika melihat Ali kelimpungan seperti itu, rasanya ingin sekali menggoda Ali. Setelah menikah, mereka selalu melakukan ini saat keinginan itu ada. Malam hari pun tak pernah absen untuk mereka melakukannya. Prilly melucuti pakaiannya di depan Ali hingga telanjang bulat tanpa sehelai benang pun. Ali tersenyum manis, jika sudah mendapat kode seperti ini, dia harus siap mengimbangi darah muda Prilly. Meski usia tak lagi muda, namun Ali masih kuat mengimbangi permainan Prilly.
"Kamu nantangin aku ya? Hm?" tanya Ali mengerling mesum, yang langsung ikut melucuti pakaiannya.
"Berani? Nanti kalah lagi?" cerca Prilly mencolek puting Ali yang sudah mengeras. Colekan jari telunjuk Prilly membuat nafsu Ali semakin meningkat.
"Nggak akan, kan kemarin aku kecapekan habis pulang luar kota, kamu malamnya langsung ngajakin."
Dengan gerakan cepat Ali menindih tubuh istrinya itu. Mata Ali semakin sayu, saat kedua alat kelamin berbeda jenis itu bergesekan, tangan Prilly menahan alat vitalnya, agar tak langsung memasuki miliknya.
"Foreplay dulu, biar nggak lecet," bisik Prilly seksi menggoda Ali.
Ali mengangguk, lalu dia menjamah setiap inci tubuh Prilly. Bibir mereka menyatu, Ali melumat bibir Prilly sangat lembut, kenyal, dan penuh. Prilly mendesah saat tangan Ali meremas buah dadanya. Pelan namun terasa sangat nikmat. Prilly membalas ciuman Ali, dia menghisap bibir Ali dan sedikit menggigitnya, hingga Ali merasa bibirnya semakin tebal. Tangan Ali terus menggerliya, meraba semua lekuk tubuh istrinya yang mulus dan putih tanpa ada cacat sedikitpun.
Di bawah lampu temaram dangan nada air hujan yang mulai turun di luar, semakin mendukung suasana. AC menyala tak mempengaruhi gelora asmara yang sudah tersulut. Kobaran api cinta menyelimuti pergulatan dua insan yang sedang memadu asmara di bawah pelita remang.
"Dad, apa kita akan membuatkan Angel adik?" tanya Prilly setengah mendesah karena Ali sedang mencumbui seluruh tubuhnya.
"Ya," jawab Ali saat bibirnya mengulum puting istrinya.
Desahan demi desahan tercipta malam itu, rintihan dan napas memburu menguasai kamar yang cukup luas. Jika sudah seperti itu, tak ada lagi setan yang akan masuk mengusik mereka, hanya ibadah yang terjadi karena mereka melakukan itu atas nikmat yang halal.
"Sudah siap Mom?" tanya Ali sebelum menyatukan tubuh mereka.
Ali sudah berlutut di sela-sela paha Prilly, siap menyempurnakan ibadah mereka malam ini.
"Siap Dad." Ali tersenyum dan perlahan menyatukan tubuh mereka.
Lenguhan nikmat keluar dari bibir Prilly ketika benda asing memasuki bagian sensitifnya. Perlahan Ali menggerakkan tubuhnya sembari bibirnya terus mencumbu tubuh istrinya. Entah berapa bekas yang Ali tinggalkan di sana, tak terhitung lagi. Belum juga bekas yang kemarin hilang, namun Ali sudah menambahinya lagi.
"Daddy, percepat lagi," pinta Prilly yang sudah hampir mencapai orgasme.
Tak ingin menuruti permintaan Prilly, Ali justru memperlambat gerakannya.
"Kenapa? Sudah mau keluar?" tanya Ali menggoda Prilly, sambil memperlambat keluar masuk alat vitalnya.
"Please, Daddy. Iya, aku sudah mau keluar," jawabnya dengan napas tertahan dan nafsu yang sudah di ubun-ubun.
Dengan cepat Ali memindahkan posisi mereka tanpa melepaskan penyatuan. Kini Prilly berada di atas Ali.
"Capailah sendiri Mom, Daddy belum puas kalau hanya sebentar," perintah Ali tersenyum sangat manis, membuat hati Prilly kesal karena merasa dipermainkan Ali.
Ali tahu, jika sudah seperti itu, Prilly akan berubah menjadi wanita liar dan penuh nafsu. Ali akan membiarkan Prilly mencapai orgasmenya terlebih dulu. Prilly menggerakkan tubuhnya sambil tangannya menggerayangi semua tubuh Ali. Tak hanya itu saja, Prilly juga memberikan beberapa kissmark di sana.
"Sayang, tolong jangan di leher, besok pagi ada pertemuan dewan kantor," pinta Ali yang merasakan bibir Prilly menghisap kuat lehernya.
Prilly tak mendengarkan permintaan Ali, dia tetap terus melakukan itu hingga dibeberapa tempat tertinggal tanda cinta. Ali? Hanya dapat pasrah tanpa mampu menolak apa lagi menghentikan. Dia sudah terlalu dibuat nikmat oleh Prilly. Prilly terus menggerakkan pinggulnya, terus dia gerakkan sehingga Ali mengeluarkan desahan nikmat yang membuat hati Prilly merasa puas dan bahagia karena dia dapat memuaskan suaminya di atas ranjang. Saat bagian sensitif Ali sudah berkedut kencang dan sesuatu ingin dia keluarkan, tangannya menyambar bantal dan dia letakkan di sampingnya. Ali dengan cepat menjatuhkan Prilly dan berganti menindihnya, bokong Prilly diganjal dengan bantal yang tadi Ali ambil. Ali dengan cepat memacu gerakannya, sehingga Prilly melenguh nikmat bersamaan dengan keluarnya benih cinta yang membasahi rahimnya. Ali sengaja mengganjal bokong Prilly dengan bantal, sesuai saran dokter kandungan yang sudah beberapa kali Ali dan Prilly temui sebelum dan sesudah mereka menikah. Salah satu tips yang dikatakan dokter tersebut agar cepat hamil, yaitu mengganjal bokong Prilly saat berhubungan seks.
Tubuh keduanya sudah mandi keringat, AC di dalam kamar menjadi tak terasa, hawa dingin karena malam dan hujan deras di luar yang juga mengguyur, tak mampu untuk menyejukkan tubuh mereka. Ali menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Prilly. Sesaat dia membiarkan miliknya berada di dalam Prilly, hingga miliknya mengerut barulah dia mencabut perlahan.
"Makasih ya, untuk ibadahnya malam ini," ucap Ali mengecup kening Prilly yang basah penuh peluh.
Napas mereka sama-sama memburu, Prilly tersenyum dan mengangguk. "Semoga benih yang kamu tebar malam ini, bisa bertemu dengan jodohnya di dalam ya? Biar mereka dapat berbuah di dalam rahim aku," doa tulus Prilly dengan penuh harapan.
"Aamiin, Insya Allah, kali ini berhasil," ucap Ali meyakinkan Prilly. "Kamu naikkan dulu kedua kaki di tembok, biar bokongnya terangkat," titah Ali yang teringat saran dokter.
Jika setelah berhubungan agar sperma dapat masuk sempurna, disarankan agar Prilly meluruskan kakinya di tembok dan mengangkat bokongnya sedikit, sekitar 15 menit. Tanpa menunggu Ali memerintah dua kali, Prilly pun melakukannya. Ali dengan sabar dan setia menemani Prilly yang sedang melakukan hal tersebut.
"Dad," panggil Prilly menoleh kepada Ali yang tidur di sebelahnya.
"Ya," jawab Ali menoleh, hingga kini keduanya saling bertatapan.
"I love you," ucap Prilly mencium bibir Ali singkat.
Ali tersenyum sangat manis dan membalas, "I love you to."
Setelah 15 menit, Prilly menurunkan kedua kakinya dan mensejajarkan tubuhnya berbaring di sisi Ali. Keringat di tubuh mereka sudah kering, suhu tubuh pun juga sudah kembali normal. Prilly menarik bed cover untuk menutupi tubuh naked mereka. Dia menyandarkan kepalanya di dada bidang Ali dan memeluk perut sixpack-nya. Ali tersenyum dan mengecup pucuk kepala Prilly penuh cinta, tak hanya itu, Ali juga mengelus rambut dan mendekap tubuh Prilly memberikan kenyamanan yang orang lain tak akan mampu memberikannya.
"Makasih untuk semua pengorbanan dan kesabaranmu menghadapi tingkahku selama ini ya Dad," ucap Prilly yang kembali mengingat, awal pertemuan mereka dulu hingga perjalanan kisah mereka yang pada akhirnya, kini mereka dapat bersatu.
Ali tersenyum, mengingat semua hal konyol yang dulu pernah Prilly perbuat, sampai akhirnya dia dapat jatuh cinta dengan gadis yang dapat membuat hidupnya tak tenang. Hanya gadis yang kini menjadi wanitanya, yang mampu menggeser nama Lovia dari hatinya. Prilly mampu menduduki tempat tertinggi di hati Ali, selain ibundanya.
"Sama-sama Sayang, makasih juga sudah sabar merawat dan menjaga Angel sepenuh hati kamu. Menerima kami dalam hidupmu dan terima kasih juga, karena kamu sudah membuatku jatuh cinta setelah perasaan itu lama mati. Kini hanya nama kamu yang ada di hati aku. Untuk nanti dan selamanya, sampai Tuhan memisahkan kita dengan kematianNya."
Hati Prilly terenyuh, dia bersyukur, karena sudah mendapatkan pria yang baik dan tulus mencintainya, menerimanya apa adanya dan mampu mengajarkan, bahwa cinta datang tak melihat usia dan situasi. Tak pernah terbayangkan olehnya, jika dia akan menikah dengan pria yang usianya jauh di atasnya. Namun karena kuasa Tuhan, semua itu dapat terjadi.
"I love you Daddy," ucap Prilly mendongak menatap Ali dengan senyuman terbaiknya.
"I love you to Mommy." Ali membalas dan menarik dagu Prilly agar bibir mereka dapat kembali bertemu.
Ali melumat bibir Prilly lembut, perlahan dan pasti, malam ini mereka akan menghabiskan waktu bersama, bergulat untuk mencapai kenikmatan seksual yang sudah halal.
👏👏👏👏👏👏👏👏🙌🙌🙌🙌🙌🙌
Siapa yang di sini sudah membaca KAWIN GANTUNG??? Bagaimana menurut kalian cerita itu? Walaupun lebih gesrek dan bahasanya vulgar, namun itu hanya sebagai hiburan semata ya? Tolong ambil positifnya, buang negatifnya. See you next time 😘😘😘
Love you all 💞💞💞💋💋💋💋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top