I NEED YOU, MY LITTLE ANGEL
Sehabis mengajak Angel makan, Prilly tak langsung membawanya kembali pulang ke rumah Ali. Melainkan, ia justru membawanya pulang ke apartemen lebih dulu. Baru beberapa waktu bersama Prilly, Angel pun sudah semakin akrab dan dekat. Prilly tak pernah sedekat ini dengan seorang anak kecil, baru Angel yang dekat dengannya, namun ia dapat memperlakukan Angel dengan baik.
"Dis, ke apartemen gue aja ya?" kata Prilly duduk di sebelah Gladis yang sedang menyetir.
Sementara mobil Prilly di bengkel untuk perbaikan, Gladis lah teman yang selalu setia menemani dan memberikannya tumpangan secara suka rela dan ikhlas.
"Ya, gue tahu maksud lo," ujar Gladis datar dan jutek.
Prilly hanya menyengir kuda, memamerkan barisan giginya yang rapi kepada Gladis. Angel tetap anteng duduk di pangkuan Prilly, tak ada kesedihan dan kepikiran tentang bagaimana khawatirnya Ali saat ini di benak Angel. Yang dia rasakan saat ini, hanyalah dapat bahagia berada di sisi Prilly yang Angel anggap sebagai mommynya.
"Mommy, apa kita akan pulang ke rumah Mommy sekarang?" seru Angel menoleh ke belakang melihat wajah Prilly yang tersenyum sangat manis kepadanya.
"Iya, Mommy harus mandi dan ganti baju dulu. Habis itu, Mommy antar Angel pulang ya?" jelas Prilly yang merasa tak keberatan, jika Angel memanggilnya dengan sapaan 'Mommy'.
Gladis hanya tersenyum mendengar kedewasaan Prilly saat ini. "Gue seneng lihat sifat lo yang begini, Pril?" kata Gladis tulus.
"Lo muji gue atau kledek gue, Dis?" sahut Prilly yang menanggapi ucapan Gladis itu sebuah ledekan.
"Pujian cuiy! Gue serius," terang Gladis membuat perasaan Prilly menghangat.
"Jadi gue udah pantas dong jadi istri dan ibu?" tanya Prilly jahil dan bergurau kepada Gladis.
"Ya, udah pantes. Tapi gue nggak setuju kalau lo kawin sama yang itu. Gue lebih demen kalau lo cari cowok lain, jangan dia lah Pril. Duren nggak papa deh, asal dia bisa membimbing lo di jalan yang bener dan melindungi lo," kata Gladis tulus yang menginginkan sahabat baiknya itu mendapat pendamping yang baik.
"Lo kenapa sih Dis, nggak pernah mandang dia baik. Apa yang dia lakukan selalu salah di mata lo," bela Prilly kepada pria yang dimaksud Gladis.
Gladis menghela napasnya dalam, jika sudah menyangkut pria itu, pasti mereka akan berdebat dan Prilly tak akan pernah mendengarkan nasehat Gladis. Gladis memilih untuk diam dan mengalah. Sesampainya di apartemen Prilly, mereka segera membawa Angel masuk.
"Angel, apa kamu mau mandi juga?" tanya Prilly setelah membuka pintu apartemennya.
Angel berjalan perlahan dan memperhatikan setiap sudut isi apartemen Prilly. Bersih, rapi dan harum aroma lavender, itulah yang Angel lihat dan rasakan saat pertama kali berada di apartemen Prilly.
"Mommy, tinggal di sini sendiri, selama ini?" tanya Angel lugu menatap Prilly dan Gladis bergantian.
"Mmm ... mmm ...." Prilly merasa bingung untuk menjelaskan kebenarannya, bahwa dia bukanlah ibu kandung Angel, yang sudah lama meninggalkannya.
Gladis memahami gerak-gerik Prilly, lantas ia berlutut di depan Angel. "Iya Sayang, selama ini Mommy kamu tinggal di sini." Gladis membantu Angel melepas tas dan mengarahkan tubuh mungilnya untuk duduk di sofa ruang tamu. "Angel, tunggu sebentar di sini ya? Auntie ambilin minum buat Angel."
Gladis berdiri dan melenggang ke dapur mini melewati Prilly yang masih mematung di sambil sofa. Merasa tak ingin membohongi Angel lebih jauh lagi, Prilly pun mengejar Gladis ke dapur.
"Dis, lo gila ya? Lo tahu nggak, Angel itu ngira gue nyokapnya. Dan tadi lo jawab begitu, bikin dia semakin yakin kalau gue ini nyokap dia yang sudah beberapa tahun menghilang dari hadapan dia. Kenapa sih, kita nggak bilang aja kalau sebenarnya gue itu orang lain, dan nyokap dia udah meninggal? Gue nggak mau semakin jauh membohongi dia Dis. Kasihan kalau dia sampai tahu kalau kita membohongi dia," desah Prilly menggebu-gebu.
"Apa salahnya sih, bohong demi kebaikan? Apa lo tega lihat dia tersiksa dengan perasaannya sendiri? Lo enak, masih punya orangtua lengkap, gue ngerasain apa yang dia rasain, karena gue juga nggak punya nyokap," sergah Gladis tepat di depan wajah Prilly.
Mata Gladis berkaca-kaca, semakin lama, Prilly dapat melihat jika air mata Gladis menggantung di pelupuknya. Merasa tak tega dan bersalah karena sudah membuat sahabatnya menangis, Prilly pun menarik Gladis ke dalam pelukkannya. Prilly menumpahkan air mata penyesalannya.
"Maafin gue Dis, gue ... gue ... gue nggak bermaksud...." Prilly tak kuasa melanjutkan ucapannya, karena hatinya merasa bersalah kepada Gladis.
"Lo nggak salah Pril, tapi gue cuma nggak mau, jika Angel merasakan apa yang gue rasakan. Gue beruntung berteman sama lo, karena nyokap lo sangat baik sama gue, dan karena kebaikan nyokap lo, bikin hati gue tenang. Gue ngerasain kasih sayang nyokap yang udah lama hilang, dari nyokap lo. Hati gue sangat sakit jika merindukan nyokap." Gladis menangis histeris di dalam pelukan Prilly.
Karena mendengar keributan itu, Angel pun menyusul mereka ke dapur. Angel melihat Gladis menangis pilu di dalam pelukan Prilly. Dia hanya diam berdiri dan bersandar di ambang pintu.
"Gue minta maaf," ucap Prilly meregangkan pelukkannya dan menghapus air mata Gladis.
"Gue juga minta maaf karena udah bentak lo," balas Gladis menghapus air mata penyesalan Prilly.
"Mommy sama Auntie kenapa menangis?" tanya Angel polos karena merasa bingung melihat dua wanita yang sudah dewasa, tetapi menangis.
Gladis dan Prilly menoleh ke arah Angel dan mereka saling memandang lantas keduanya tertawa terbahak karena melihat wajah Angel yang sangat polos dan lucu.
Tersiksa karena merindukan seseorang yang tak dapat lagi kita sentuh dan pandang di depan mata, memang sangat menyesakkan dada. Namun, yakinlah dia selalu hidup dan ada di dalam sanubari. Kita masih dapat melihatnya di dalam hati.
***
Suara mobil terdengar berhenti di depan teras. Ali tetap sibuk dengan pikirannya, karena hingga malam ini, Angel tak kunjung ditemukan. Ali masih saja menghiraukannya, hingga sebuah suara kecil membuatnya terkejut.
"Daddyyyyyyyyyyy," teriakan gadis kecil menguasai seisi rumah, sambil berlari mencari Ali. Angel masuk begitu saja ke ruang tengah.
Ali terlonjak lantas bangkit dari duduknya dan menyambut kedatangan sang malaikat kecilnya. Rasa bahagia dapat melihat dan mendekap kembali putri kecilnya membuat hatinya tenang dan lega. Ali mengangkat tubuh mungil Angel dan memeluknya erat, sekan ia tak ingin lagi kehilangan Angel.
"Kamu dari mana saja Angel? Daddy sangat mengkhawatirkanmu," tanya Ali sembari menciumi seluruh permukaan wajahnya.
Angel bukannya menjawab, justru dia menunjuk ke arah pintu. Di sana ada Prilly dan Gladis berdiri di ambang pintu. Saat ini, marah menguasai tubuh Ali, apalagi melihat Prilly berpakaian celana jeans sobek-sobek dan t-shirt putih berlapis jaket jeans, jauh dengan penampilan yang biasa ia kenakan saat ke kantor, semakin jelas seperti wanita berandal, membuat pikiran negatif di benak Ali tentang Prilly semakin kuat.
"Malam Om," sapa Gladis basa-basi mengangguk kepada Ali.
Ali menurunkan Angel dari gendongannya, lantas ia mendekati mereka dengan mata memerah dan rahang yang mengeras.
"APA MAU KALIAN?!" teriak Ali saat dia semaki mendekati Prilly dan Gladis, sehingga kedua wanita tersebut terlonjak kaget. Gladis dan Prilly menelan ludahnya susah payah, apalagi melihat wajah garang Ali.
"Anda!" Ali menunjuk tepat di wajah Prilly dengan geregetan dan sorotan mata yang tajam. "Anda sudah merusak mobil saya, dan sekarang Anda ingin menculik anak saya? IYA!" Suara teriakan Ali semakin keras, sehingga menguasai seisi rumah itu.
Tak ingin dituduh yang tidak-tidak oleh Ali, Prilly pun membantahnya dengan sangat berani.
"Eh Om! Jaga mulut Anda! Justru saya yang menyelamatkan anak Anda. Punya anak tuh dijaga. Jangan ditelantarkan di jalanan sendiri. Anak Anda tuh hampir ke tabrak mobil ...." Prilly menghentikan ucapannya sejenak, jika ia jujur kalau mobilnya yang hampir menabrak Angel, pasti Ali akan semakin marah padanya. "Mobil treler!" sambung Prilly cepat membuat Gladis memelototkan matanya sempurna.
"Halah!" Ali mengibaskan tangannya di depan wajah Prilly dan dia melengoskan wajahnya ke arah lain. "Nggak usah beralasan. Ini adalah trik Anda kan? Biar saya membebaskan Anda dari ganti rugi itu. Walaupun Anda mengembalikan anak saya sekarang dengan keadaan selamat, tapi saya tidak akan dengan mudah melepaskan ganti rugi itu," gertak Ali tanpa menyiutkan nyali Prilly sedikit pun.
"Dasar om-om nggak tahu berterima kasih, nggak ada untungnya saya menculik anak Anda," sahut Prilly meremehkan Ali. "Dis, cabut yok! Males menghadapi dan berdebat sama om-om yang nggak tahu cara berterima kasih," sindir Prilly, lantas dia memutarkan tubuhnya tak acuh dan melenggang keluar.
"Mommyyyyyyyyy," pekik Angel mengejar Prilly yang sudah hampir membuka pintu mobil.
Angel memeluk kaki Prilly dari belakang. Membuat Ali terkejut setengah mati. "Angel mau ikut Mommy saja," rengek Angel lirih dengan suara parau.
Prilly memutar tubuhnya, lantas ia berjongkok dan memegang bahu Angel. "Sayang, sementara Angel tinggal sama Daddy dulu ya? Mommy masih banyak urusan yang harus diselesaikan."
Mata Ali membulat saat melihat keakraban Angel dan Prilly. Apalagi, dengan sangat jelas, Angel memanggilnya dengan sebutan 'Mommy'.
"Tapi, Angel pengen ikut kemanapun Mommy pergi. Angel takut, Mommy nggak akan pulang lagi," rengek Angel sedih hingga membuat hati Gladis dan Prilly tak tega.
"Angel ingat kan kata Mommy? Angel nggak boleh jadi anak nakal ya? Biar ada malaikat yang selalu menjaga Angel. Kenapa harus takut? Kan Angel punya malaikat, karena Angel anak yang baik. Malaikat Angel selalu ada di sini." Prilly mengarahkan tangannya dan tangan mungil Angel ke depan dadanya. "dan ... di sini," sambung Prilly bergantian mengarahkan tangan mereka di depan dada Angel.
"Tapi, Angel nggak mau sendiri lagi. Angel pengen Mommy baca cerita peri kecil buat Angel, sebelum kita bobo. Kata Daddy, dulu Mommy selalu membacakan cerita itu buat Angel," bujuk Angel sambil menangis terisak.
Karena tak sanggup lagi untuk menjawab dan menahan tangisannya, Prilly mendongak menatap Gladis. Gladis memahami maksud sahabatnya itu.
"Maaf ya Sayang, Mommy dan Auntie harus segera pergi. Kami masih banyak urusan. Angel sama Daddy dulu ya?" Gladis menggendong Angel dan memaksanya untuk melepaskan diri dari Prilly.
Prilly segera masuk ke dalam mobil dan tangisan histeris pun pecah dari Angel, seiring tubuh Prilly masuk ke dalam mobil. "Mommy ... Angel mau ikut Mommy." Tangan Angel terus menggapai ke arah mobil Gladis.
Gladis tetap memaksa menggendong Angel, walaupun Angel kecil memberontak dan tetap menangis histeris.
"Ini Om." Gladis memberikan Angel kepada Ali, lantas ia berlari masuk ke dalam mobil menyusul Prilly.
Prilly melihat dari balik kaca mobil, merasa tak tega melihat gadis kecil yang baru hari ini bersamanya namun banyak memberikan arti kehidupan untuknya. Air matanya luluh lantang saat melihat tubuh mungil malaikat kecilnya merosot dari gendongan Ali dan tersungkur di lantai. Tak ingin melihat Angel mengejar, Gladis pun segera menancap gasnya untuk keluar dari istana Ali. Prilly menangis lepas hingga menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Prilly menangis hingga terisak dan dadanya pun terasa sesak.
"Sudah Pril, lo jangan sedih begitu dong. Angel udah kembali di tempat yang aman dan nyaman kok. Om-om itu berhak atas anaknya." Gladis mengelus punggung Prilly, bukannya tangisan Prilly mereda, namun Prilly justru semakin menangis histeris.
"Nggak tahu kenapa hati gue sakit banget pas lihat tuh anak nangis sampe segitunya, Dis. Gue nggak tega," ujar Prilly sembari terisak.
"Iya, gue ngerti. Mungkin karena lo udah ngerasa cocok sama tuh anak. Jadi lo merasa belum rela jauh sama Angel." Gladis tetap melajukan mobilnya entah kemanapun rodanya berputar, asal Prilly dapat menangis sepuasnya agar hatinya merasa lega.
Hingga mereka berhenti di sebuah night club berbintang dengan DJ yang sudah profesional. Karena ingin menghilangkan penatnya, Prilly pun menenggak beberapa gelas heineken. Heineken adalah minuman jenis bir yang berasal dari Belanda. Kandungan alkohol dalam minuman tersebut pun cukup tinggi.
"Pril, cukup!" Gladis menghentikan tangan Prilly saat sahabatnya itu ingin menuangkan heineken ke dalam gelas.
Prilly menjatuhkan kepalanya di atas meja yang sudah penuh kulit kacang dan beberapa botol minuman. "Dis, gue merasa usah jatuh cinta sama anak itu. Gue membutuhkannya saat ini, gue menginginkannya agar selalu di sisi gue," rancau Prilly asal membuat kepala Gladis semakin pusing.
Meski Gladis selalu menemani Prilly minum, namun dia tak separah Prilly. Dia masih memiliki kesadaran untuk melindungi diri dan sahabatnya itu dari hal yang mengancam jiwa mereka.
"Gue tahu, lo udah jatuh cinta sama anak itu." Gladis tersenyum miring dan senyuman itu menyiratkan penuh arti.
Sedangkan di rumah yang mewah itu, Ali tak henti-hentinya membujuk Angel agar berhenti menangis. Sejak kepergian Prilly dan Gladis dari rumah beberapa waktu lalu, Angel tak kunjung menghentikan tangisannya. Dia masih saja menyebut 'Mommy' hingga kepala Ali terasa pusing. Meski kini Ali sudah bersiap mengajak Angel tidur, isakan Angel masih jelas terdengar.
"Okay, besok kita temui Mommy," ujar Ali yang sudah tak kuasa mendengar rengekan dan tangisan Angel yang selalu memanggil 'Mommy'.
Ali pun mendekap tubuh mungil Angel, agar putri kecilnya itu dapat tenang dan tidur nyaman di dalam pelukannya.
##########
Ooooh, terus bagaimana ya setelah ini? Hihihihi
Ditunggu saja ya?
makasih untuk vote dan komennya.😊😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top