20 • Enigma
…
Kala itu, Taehyun benar-benar panik. Tak ada yang bisa ia lakukan selain berusaha membangunkan YoonA dan berakhir memanggil ambulans. Anehnya, jika gadis itu seperti apa yang dikatakan keluarganya bahwa ia baik-baik saja, mengapa harus dibawa dan ditangani ke UGD? Bukankah dengan begitu ia tak baik-baik saja? Lantas, apa yang mereka sembunyikan darinya? Taehyun tahu jika ia tak begitu berhak mengetahuinya. Namun, setidaknya ia tahu meski hanya sebagai seorang teman.
Sampai ia tak tahan untuk bungkam, akhirnya meloloskan kuriositasnya. Namun, nihil. Mereka selalu saja bilang, "Tak apa, Nak Taehyun. YoonA baik-baik saja."
Selalu saja begitu. Jawabannya sama. Senyuman paksa yang terukir pada paras Nyonya Min kala itu kentara di mata Taehyun. Begitu pun sama halnya dengan Kak Yoongi, ia tak bisa membuat kontak mata secara langsung saat menjawab pertanyaan Taehyun.
Lantas yang bisa ia asumsikan saat ini; jika YoonA tidak baik-baik saja.
Semenjak kejadian itu, ia tak begitu sering menjengukya. Bahkan, tak ada waktu untuknya meski ia ingin. Sebab, ia sudah debut dan jadwal padat menariknya paksa untuk membunuh waktu sepanjang hari. Toh, ini risiko yang ia pilih demi menggapai mimpinya. Katakanlah mimpinya terwujud, tetapi senyuman yang ia ukir kala di atas panggung dan di hadapan kamera tak begitu memancarkan harsa. Sejujurnya, ada lara yang mendera.
Setiap waktu luang, pasti inti jemalanya menuju pada gadis yang terbaring hasai di bangsal rumah sakit. Sesekali Taehyun mengunjungi, meski tak sempat sebab jam besuk telah usai. Dia hanya menatapnya lewat kaca pintu.
Kecurigaan serta kekhawatiran Taehyun semakin menjadi. Pikirannya membuncah kala menyadari jika YoonA tak masuk hampir satu bulan. Bukankah ini tak wajar?
Bahkan, di mana para siswa antusias mempersiapkan diri sebaik mungkin di hari yang mereka tunggu—pemotretan buku tahunan—pun tak nampak batang hidungnya. Ada berbagai konsep unik di setiap kelas dan grupnya. Namun, Taehyun tak begitu tertarik dan hanya ikut-ikut saja.
"Wah, aura artis baru memang beda!"
"Kang Taehyun!!!"
"Gila, sebelum dia jadi artis yang tampil di media saja sudah terkenal karena dia bintang sekolah, apalagi sekarang."
Begitulah kira-kira celotehan para siswa di sana saat pemotretan individu Taehyun berlangsung. Jangan lupakan pekikan histeris dari para gadis. Awalnya memang risi, tapi kini ia sudah terbiasa. Kado beserta surat pun semakin bertambah dari sebelumnya ia debut. Dia tak menyangka reaksinya di luar ekspektasi.
"Yo, bro~ Kau semakin terkenal saja."
Soobin tiba-tiba merangkul pundak Taehyun usai pemotretan individu. Mereka sudah membuat janji untuk berkumpul di gudang belakang sekolah. Yah, perlu ditekankan berkali-kali memang bahwa katakanlah tempat itu markas mereka.
"Biasa saja, Bin."
"Ey~ kebiasaan kau, merendah."
"Kak Taehyun~"
Sekonyong-konyong seorang gadis berambut panjang dengan ikal buatan di bawahnya menghampiri mereka. Dengan semburat merah jambu memoles pipinya, ia menyodorkan bingkisan yang entah apa isinya.
"Ini untuk Kakak. Sampai jumpa~" pamitnya lalu berlalu pergi cepat-cepat, sepertinya ia malu.
Pandangan Soobin tak lepas mengikuti ke mana perginya gadis tadi. Kemudian, kembali melanjutkan langkah. "Mau menyangkal apa lagi kalau tadi saja sudah jadi bukti?"
"Yah, memang. Toh, tanpa penggemar, aku pun memang bukan siapa-siapa," jawab Taehyun kini mengakui.
"Memang itu juga benar. Namun, jika bukan karena usahamu juga, kau takkan seperti sekarang ini. Berhentilah merendah."
Memang, salah satu yang paling dekat adalah Soobin di antara keempat pemuda yang kini menjadi kawannya. Mungkin bisa dikatakan kalau Soobin yang paling normal. Yah, tak menampik kalau tingkah gilanya sudah keluar, benar-benar lebih liar daripada mereka berempat.
"Kudengar kalian sudah jenguk YoonA kemarin?"
Soobin mengangguk. "Uhm, dia kelihatan baik-baik saja, kok."
Bohong.
Taehyun tahu jelas kalau YoonA semakin kurus saja dan wajahnya pucat. Lantas, apa yang mereka sembunyikan darinya? Apakah benar Taehyun ini teman mereka? Mengapa seolah-olah dia saja yang dibiarkan dungu—tak berhak tahu apapun menyoal YoonA?
"Kau tahu dia sakit apa?"
"Aku pun tak tahu. Aku hanya menunggu dia mengatakannya sendiri. Jangan bilang kau juga tak tahu penyakit apa yang dideritanya?"
Taehyun terdiam sejemang, lalu menggeleng lemah. Kemudian, dibalas helaan napas yang mengudara dari bilah bibir Soobin.
"Mungkin ia butuh waktu. Mari kita hargai privasinya. Kuharap dia baik-baik saja," ujar Soobin pada akhirnya. "Kukira karena kau yang paling dekat akhir-akhir ini, kau juga tahu. Habisnya kalian sudah seperti sepasang kekasih saja."
"Orang yang kemungkinan tahu hanya Beomgyu. Karena dia sudah jadi teman dari masa kecilnya, sudah pasti ia tahu, 'kan?" imbuh Soobin.
Benar juga. Sepertinya lelaki itu yang paling tahu. Taehyun masih ingat bagaimana marahnya Beomgyu, baik saat kejadian YoonA dilarikan ke rumah sakit usai gadis itu pulang dari studio, maupun saat kejadian itu terulang lagi—kini Taehyun yang ada di sampingnya. Apa boleh ia bertanya padanya? Dia ragu akan mengantongi jawaban.
***
Netra kembar Taehyun fokus pada layar radas pipih di tangannya, begitu pun jemarinya ikut aktif menggulir. Dari layarnya, ia tengah mengakses situs web pencarian dan menampilkan deretan tulisan dari artikel.
Kata yang paling dominan pada layar ialah: mimisan, mudah lelah, demam berdarah, anemia, dan lain sebagainya. Ya, benar, ia diselimuti rasa penasaran. Beberapa hal ini tak jauh dari beberapa gejala yang ia tahu saat melihat kondisi YoonA berdasarkan sepengetahuannya. Namun, begitu menemukan jawaban atas kemungkinan-kemungkinan yang tertera dari berbagai artikel yang dibacanya, malah membuatnya terus menampik.
"Tak mungkin," gumamnya.
Dia mengusap wajahnya kasar lalu membuang muka ke luar jendela mobil. Kini ia tengah berada dalam perjalanan menuju studio usai jam sekolah yang lebih cepat dari biasanya.
"Kau kenapa, Taehyun?" tanya sang pria di balik kursi kemudi.
"Tak apa, Kak."
Pria yang dipanggilnya 'Kak' itu ialah manajernya. Sesekali manajernya itu memperhatikan dari kaca spion depan.
"Kau tampak gusar, bukankah kau akan bertemu YoonA-mu itu? Masa mau bertemu pujaan hati, bermuka kusut begitu?" Kak Manajer memang suka sekali menggodanya. Dia tahu siapa YoonA bagi Taehyun sebab sudah sering ia mengantarkannya ke rumah sakit di mana YoonA dirawat. Seperti kali ini saja, Taehyun meminta untuk mampir terlebih dulu ke rumah sakit. Selain demi melangiskan kuriositasnya, tak menyangkal jika ia merindukan sosok ceria YoonA. Ya, ia rindu, sangat.
"Kakak tunggu di kursi lorong saja, ya?"
Taehyun mengangguk. Dia mengambil napas dalam-dalam sebelum akhirnya membuka daun pintu dan menampilkan senyuman terbaik menyambut gadis di dalam sana. Dia takkan mungkin menyuguhkan raut kusut seperti tadi, tak ingin membuat YoonA khawatir. Cukup dirinya saja yang khawatir pada gadis Min.
"Oh, Taehyun?!" sambut YoonA antusias hampir melompat dari ranjang. Meski tengah sakit dengan wajah semakin tirus dan pucat, binaran matanya masih terpancar kala menyambut presensi Taehyun.
"Ayo, kemari! Aku bosan, aku merindukanmu—tidak, rindu kalian semua maksud aku," imbuhnya. Matanya beralih pada jinjingan yang dibawa Taehyun di kanan dan kiri tangannya. Matanya memicing lalu bercerak, "Jangan bilang kaubawa buah-buahan untukku?"
Taehyun ikut melirik sekilas pada bingkisan buah-buahan. Dia menggedikan bahunya seraya menaruhnya di meja. "Memangnya apa lagi yang harus kubawa selain ini?"
"Aku bosan. Setidaknya kau bawakan aku tteokbokki."
"Masa orang sakit makan tak sehat begitu?"
"Aku itu tidak sakit, makanya boleh."
"Kalau kau tak sakit, kenapa ada di sini?"
"Aku sedang berlibur di hotel."
Cengiran tanpa dosa dilemparnya. Sementara Taehyun merotasikan matanya jengah. Namun, justru inilah yang dirindukannya; adu mulut dengan gadis Min.
"Tak apa, kumaafkan karena kaubawa selusin susu stoberi," lanjut YoonA.
"Aku tak minta maaf, YoonA."
"Aku dengar kata hatimu tadi kau minta maaf padaku."
Mereka saling bertukar pandang, kemudian melempar tawa. Kamar inap YoonA kini dipenuhi gelak tawa dari keduanya. Mereka benar-benar saling membunuh rindu.
"Ibumu ke mana?"
"Oh, dia pulang dulu sebentar, tak lama lagi juga kembali."
Hening. Tak ada yang ingin mereka katakan lagi, termasuk Taehyun yang notabenenya orang yang belum langis rasa penasarannya. Dia ragu untuk bertanya langsung.
"Kaupotong rambut?"
Ya, Taehyun akhirnya baru sadar kala memberi atensi pada rambut sebahu YoonA. Tentu saja, gadis itu mencebik sebab Taehyun itu ternyata tidak peka.
"Kukira kau sudah tahu sejak kau masuk tadi. Kau ini benar-benar, ya?"
I swear to God. Dia benar-benar tak tahu. Cukup pusing harus meladeni perempuan jika sudah merajuk begini. Sikon ini jadi serba salah, kebetulan Taehyun hendak pergi beberapa menit ke depan.
"Yoon ...."
Tak ada jawaban. Dia benar-benar merajuk, bahkan sampai membuang muka.
"Aku minta maaf."
Baiklah, tak apa. Dia tak punya waktu lagi.
"Aku harus pamit. Aku masih punya jadwal yang lain. Tak apa, 'kan? Nanti aku akan menjengukmu lagi," tutur Taehyun lembut. Lengannya kini mengelus surai pendek YoonA. Sekonyong-konyong ia begitu terkejut karena sebuntal rambut yang diyakini rambut gadis itu berada di tangannya. Rambutnya sangat rontok, tapi mengapa? Jangan bilang apa yang diasumsikannya benar?
"Y-yoon—"
Tiba-tiba seorang perawat datang, ia meminta pada Taehyun keluar sebentar. Mau tak mau harus menurut. Toh, memang dia sudah berniat pamit pulang.
"Kalau begitu aku pamit, ya?" Dia menepuk pelan puncak kepalanya lagi dengan perlahan. Lekas lengannya dimasukkan ke dalam saku jaket yang ia pakai, takut YoonA tahu bahwa rambutnya rontok yang tak wajar.
YoonA hanya mengangguk. Sebelum ia benar-benar pamit, perawat itu sempat menggoda mereka—berasumsi jika keduanya sepasang kekasih. Benar-benar anak muda yang menggemaskan. Begitulah kira-kira.
Saat Taehyun belum benar-benar raib dari daun pintu, lamat-lamat indera pendengarnya menangkap perawat itu berujar,"YoonA, pukul tujuh malam nanti kita lakukan kemoterapi selanjutnya, ya? Kau siap, 'kan?"
Dari situlah ia semakin yakin akan asumsinya sesuai apa yang tertera pada tajuk artikel jika YoonA menderita …
Leukemia.[]
…
[040721]
—luv, raa
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top