5. The dark Axelia.
Pic : Axelia Acantha.
===================================
Setelah pulang dari hutan, kini Axelia meringkuk di dalam kamarnya. Kenyataan pahit yang baru saja ia terima membuatnya terguncang. Tangis Axelia tertahan saat jendela kamarnya tiba-tiba terbuka. Axelia menoleh dan mendapati Arven tengah duduk di atas jendela kamarnya.
"Yang Mulia, berhentilah menangis." Arven turun dari jendela dan mendekati Axelia. "Sudah saatnya Yang Mulia mengetahui segalanya,"
Axelia mundur saat langkah Arven semakin mendekat. Axelia menatap takut saat satu persatu ekor Arven muncul hingga seluruh pakaian Arven berubah. Rambut perak, mata merah dengan ekor sembilan buah yang memancarkan cahaya merah kebiruan.
"Maaf, Yang Mulia. Hamba harus melakukan ini untuk membangkitkan jiwa kegelapan Yang Mulia." tangan Arven terarah pada Axelia lalu detik berikutnya Axelia tak sadarkan diri.
"Aku harus melindungi, Yang Mulia. Karena para Pangeran iblis itu tak akan membiarkan Yang Mulia hidup setelah mengetahui jati diri mereka."
Arven mengangkat tubuh Axelia dan membaringkan di atas tempat tidur. Mengambil tangan Axelia dan menggores tangan Axelia dengan kukunya. Darah Axelia mulai keluar, lalu Arven menggoreskan tangannya. Menyatukan darahnya dengan darah Axelia lalu menumpahkan darah tersebut diatas bibir Axelia.
"Aku, Arven Larion, melaksanakan perintah sang Ratu Kegelapan. Membangkitkan jiwa kegelapan sang Ratu dalam kekuatan tanpa batas. Bangkitlah dan kuasai dunia iblis yang telah lama menantimu."
Suara gemuruh petir tiba-tiba datang. Bulan yang bersinar terang mulai tertutup awan hitam. Angin menderu dari segala arah hingga menyebabkan beberapa pohon tumbang. Sedangkan di dunia iblis, malapetaka kembali terjadi. Gempa hebat diiringi hujan angin serta petir yang saling bersahutan membuat beberapa iblis menatap cemas. Sebuah cahaya merah dan biru berpendar terang di langit gelap. Hal itu membuat para iblis tingkat tinggi menatap takut dan langsung bersujud berkali-kali.
Arven tersenyum puas saat tubuh Axelia terangkat sedikit dengan cahaya merah dan biru yang bersinar terang. Rambut panjang Axelia berubah perak lalu kembali coklat dengan sebuah mahkota hitam yang bersinar. Perlahan mahkota tersebut hilang, saat kedua mata Axelia terbuka pelan. Axelia menatap sekitarnya dengan tajam lalu duduk dengan anggun di atas tempat tidur.
"Hormat hamba, Yang Mulia. Hamba Arven Larion sebagai pelindung Yang Mulia, menghaturkan hormat atas kebangkitan jiwa kegelapan Yang Mulia." Arven bertekuk hormat dan menunduk dalam.
Axelia tersenyum dingin. "Kau yang membangkitkanku?"
"Benar, Yang Mulia."
Axelia tersenyum. "Bangunlah. Katakan hal apa yang harus kulakukan pertama kali,"
Arven tersenyum. "Kembali ke kerajaan Orthon dan menghancurkan kerajaan yang telah menghancurkan keluarga dan kerajaan Yang Mulia."
Axelia terkikik. "Menarik. Menghancurkan mereka yang telah lama hidup bersenang-senang setelah kehancuran kerajaanku? Apakah aku bisa bermain-main sesaat? Akan sangat membosankan jika aku langsung meratakan kerajaan mereka,"
Arven kembali tersenyum. "Tentu, Yang Mulia. Masing-masing kerajaan musuh memiliki satu Pangeran tampan."
"Pangeran? Ah, itu semakin menyenangkan. Apa yang paling fatal bagi kaum iblis seperti mereka, Arven?"
"Iblis tak diperbolehkan jatuh cinta terlebih pada Sang Ratu Kegelapan yaitu Yang Mulia. Jika mereka mencintai Ratu, maka mereka akan lemah dan bisa hancur kapan saja hanya dengan satu sentuhan, Yang Mulia. Tentu jika Yang Mulia menginginkan kehancuran mereka."
"Jika aku menginginkan?" tanya Axelia lagi.
Arven mengangguk. "Mereka akan hidup jika Yang Mulia tak menginginkan tubuh mereka hancur bagai debu meski mereka mencintai Yang Mulia. Karena Yang Mulia adalah penguasa jiwa dan seluruh kaum iblis yang ada."
"Hahahahaha," Axelia tertawa puas dengan kilatan mata penuh dendam. Ingatan saat ia kecil akan kehancuran keluarga dan kerajaannya begitu jelas terbayang. Hingga akhirnya ia terdampar di dunia manusia sampai saat ini. Axelia mengepalkan kedua tangannya. Lalu saat wajah Kay tiba-tiba muncul, perasaan Axelia kembali melunak. Axelia menekan dadanya yang terasa sesak dan berdesir pelan.
Arven yang tahu akan hal itu menatap Axelia lembut. "Dia tak akan tahu jika Yang Mulia bukanlah manusia."
Axelia menoleh. "Kau salah, Arven. Dia tahu namun dia diam." ingatan masa kecil Axelia kembali terbayang saat ia tengah bermain dengan Kay. Kay bukan tak tahu jika Axelia tak bisa terluka. Semua luka yang ada di tubuh Axelia sembuh dalam waktu cepat tanpa meninggalkan bekas luka sedikitpun. Saat itu Axelia menangis karena perbedaan itu, namun Kay kecil memeluk Axelia dan mengatakan bahwa Kay juga sama sepertinya.
Axelia tersenyum manis. "Aku tahu yang ia cintai bukan sisi gelapku. Namun sisi putih yang selalu menguasai tubuhku."
Arven tertegun. "Yang Mulia,"
"Tidak, Arven. Aku tak menginginkan apapun. Kebahagiaannya adalah mutlak bagiku." Axelia tersenyum menatap langit malam. "Bagiku, kebahagiaan Kay adalah bahagiaku."
Arven diam sesaat. "Lalu bagaimana dengan kerajaan Orthon, Yang Mulia?"
Axelia menoleh. "Aku akan menghancurkan mereka dan bersembunyi di balik sisi putihku. Hingga seluruh kekuatanku terkumpul dan tak terbatas."
Arven bernapas lega akan pilihan Ratunya. "Hamba akan selalu berada di samping, Yang Mulia." Arven memandang wajah Axelia sesaat. Perubahan Axelia saat sisi gelapnya terbangkitkan sangatlah luar biasa. Kecantikan Axelia terpancar jelas dengan kulit putih dan tubuh sexy yang tak dapat dipungkiri.
"Ada sesuatu yang ingin kau katakan?" tanya Axelia karena menyadari tatapan Arven.
Arven tergagap dan menunduk. "Tidak, Yang Mulia."
Axelia tersenyum. "Lalu apa yang akan terjadi setelah ini?"
"Kemungkinan lima Pangeran iblis akan datang dan berusaha membunuh, Yang Mulia. Karena Yang Mulia telah mengetahui jati diri mereka."
"Menarik. Aku akan lebih dulu menemui mereka."
Arven terkejut dengan rencana Axelia. "Maksud, Yang Mulia?"
"Sebuah permainan, Arven. Aku ingin bermain-main dengan mereka. Lalu menghancurkan mereka secara pelan." Axelia tersenyum puas dan menatap Arven sesaat "Kita pulang ke kerajaan Orthon sekarang."
Arven mengangguk dan mempersilahkan Axelia. Mereka menghilang di tengah gelapnya malam dan menembus dunia iblis dalam waktu cepat. Axelia dan Arven menatap lahan luas yang menyisakan kenangan akan kerajaan Orthon. Axelia berjalan ke depan dan mencoba mengingat semua kejadian yang pernah ia lihat saat masih bayi.
"Mereka meluluhlantakkan kerajaanku hingga ke dasar jurang," ucap Axelia lirih.
"Maafkan hamba karena tak dapat melindungi Orang-orang Yang Mulia sayangi." Arven mendekat dan bertekuk hormat pada Axelia.
Axelia menggeleng. "Aku sangat ingat bagaimana kau mencoba menyelamatkan nyawaku, Arven. Meski aku masih sangat kecil saat itu," Axelia terdiam sesaat dan menatap Arven. "... mundurlah."
Arven mundur saat Axelia melangkah dan mengulurkan tangannya. Mengengam udara lalu menggerakkan keatas. Melepaskan angin sepoi dari tangannya hingga asap gelap itu keluar dan berbaur dengan angin. Asap hitam itu semakin menyebar dan meluas. Membentuk dinding-dinding pekat yang kuat. Lalu meninggi hingga terbentuklah sebuah kerajaan megah nan mewah.
Arven terpaku dengan hal yang Axelia lakukan. Kerajaan Orthon kembali berdiri dalam waktu singkat. Semua terlihat sama dengan kemegahan yang Raja dahulu inginkan. Axelia tersenyum miris dan menitikkan air mata, membuat Arven mendekat pelan.
"Yang Mulia,"
"Aku baik, Arven. Ini sudah sangat lama. Tunjukkan saja padaku dimana kelima kerajaan tersebut. Lalu kembalilah untuk melindungi kerajaan kita dari siapapun."
Arven mengangguk. Arven berjalan lebih dulu untuk menunjukkan jalan pada Axelia. Axelia melangkah dengan menatap ekor Arven yang bersinar terang.
"Arven, kau-"
"Benar, Yang Mulia. Hamba seorang rubah berekor sembilan. Hamba salah satu iblis tingkat tinggi yang dapat menyamar merupai apapun. Termasuk binatang-binatang terkuat yang telah punah."
Axelia mengangguk mengerti dengan penjelasan Arven. Mereka melangkah bersama hingga Arven menunjukkan semua letak kerajaan musuh pada Axelia. Axelia tersenyum sinis dan menatap Arven sesaat.
"Pulanglah, jaga kerajaan kita. Biarkan aku yang memulai permainan."
Arven mengangguk dan mulai berlari cepat. Merubah bentuknya menjadi seekor rubah berekor sembilan dengan bulu-bulu yang memancarkan cahaya api. Terus berlari hingga sampai di kerajaan Orthon dan menjaga kerajaan tersebut dengan seluruh kekuatannya.
Axelia menghilang diiringi kabut hitam yang menyelimuti tubuhnya. Berjalan anggun saat dirinya telah tiba di kerajaan Belphegor. Axelia tersenyum manis dan memetik setangkai bunga mawar merah. Terus melangkah hingga memasuki lorong pribadi kerajaan tersebut. Seluruh penjaga iblis tak dapat melihat Axelia dan tak bisa merasakan kehadirannya. Axelia terus melangkah hingga melihat anak tangga menuju ruangan yang lebih tinggi. Axelia berhenti saat merasakan langkah seseorang yang ia cari telah dekat.
Dari arah berlawanan, Axenio tengah berjalan menuruni tangga dengan menunduk. Axelia tersenyum saat matanya menangkap sosok Axenio yang masih belum menyadari kehadirannya. Axelia menjatuhkan bunga mawar merah di tangannya dan hanya berdiri dengan senyum yang memikat. Menunggu Axenio menyadari kehadirannya.
Axenio yang melangkah pelan terhenti saat melihat setangkai mawar merah tergeletak di lantai. Axenio menunduk untuk mengambil bunga mawar merah tersebut. Namun matanya menangkap sepasang kaki putih yang berdiri tak jauh dari bunga yang telah berada ditangannya.
Dengan pelan mata Axenio mengikuti kaki putih tersebut sambil berdiri. Tatapan matanya jatuh pada wajah Axelia yang tengah tersenyum manis untuknya.
Membeku! Ya, Axenio seakan terbius dengan kecantikan Axelia. Axelia melangkah mendekati Axenio dan menyentuh wajah Axenio yang masih menatapnya tanpa berkedip. Perlahan jari tangan Axelia mulai turun ke dada Axenio. Hal tersebut membuat Axenio seakan tak bisa bernapas. Bahkan bibir Axenio seakan kelu untuk mengucapkan sesuatu. Axelia semakin tersenyum lalu berlalu dari hadapan Axenio. Ekor mata Axenio mengikuti langkah kaki Axelia yang semakin jauh lalu menghilang begitu saja.
Lima menit kemudian Axenio tersadar dan mencoba mengejar bayangan Axelia. Namun semua menghilang tanpa jejak dan hanya meninggalkan aroma wangi yang begitu khas di hidung Axenio. Axenio kembali menatap mawar merah di tangannya. Perlahan mawar merah tersebut ikut menghilang dan menyisakan debu.
"Siapa dia?" tanya Axenio pelan. Sekelebat wajah Axelia yang tersenyum telah mengisi seluruh mata Axenio hingga Axenio berpikir keras malam ini.
***
Di lain tempat, Axelia telah sampai di kerajaan Valafar dengan singkat. Axelia berjalan melewati tonggak" penyanggah ruangan kerajaan dan tersenyum saat melihat Evard tengah berjalan tak jauh darinya. Axelia melangkah cepat dan menghilang di antara tonggak-tonggak yang ada. Kepekaan Evard akan sekitarnya membuatnya menoleh dan mencari tahu akan hal tersebut. Namun semua hanya ruang kosong yang tak ada siapapun selain dirinya.
Evard kembali melangkah saat tak mendapati apa-apa di belakangnya. Namun langkah Evard terhenti saat sebuah tangan tiba-tiba memeluk pinggangnya dari belakang. Evard menatap dua tangan mungil yang ada di perutnya. Lalu menoleh ke samping dan terpaku akan sosok yang memeluknya. Perlahan tangan Evard tergerak untuk menyentuh wajah Axelia. Senyum Axelia merekah saat jemari Evard menyentuh pipinya pelan. Lalu Axelia melepaskan pelukannya begitu saja dan melangkah menjauhi Evard. Menghilang bagai debu hingga saat Evard membalikkan badannya dan terpaku karena tak menemui siapapun.
Evard terdiam dan melihat jemarinya. "Dia terasa nyata. Fransya La-" Evard terdiam kala menyadari bahwa tunangannya telah tiada. Tatapan matanya meredup saat mengingat senyum terkembang dari wajah wanita yang memeluknya sangat jauh berbeda dengan tunangannya.
"Tidak, dia bukan Fransya. Lalu siapa?" Evard bergegas mengelilingi ruangan istananya. Namun tak ada jejak sedikitpun yang dapat Evard temukan.
***
Axelia tersenyum puas karena telah berhasil menemui dua orang musuhnya. Kali ini Axelia berada di kerajaan Aguares. Axelia telah duduk di kursi meja rias milik Revander. Axelia memegang sebuah kaca oval dan tersenyum puas saat melihat Revander tengah berdiri menatap luar dari jendela balkon kamarnya. Axelia melangkah dan mendekati Revander. Menyentuh pundak Revander lembut hingga Revander menoleh pelan.
Revander terpaku saat Axelia tersenyum manis. Bahkan ia baru menyadari ada seseorang yang cantik di dalam kamarnya. Dalam keterpakuan Revander, Axelia menyentuh bibir tipis Revander sesaat hingga membuat Revander kian terpaku. Axelia tertawa kecil melihat ekspresi-ekspresi yang dikeluarkan oleh tiga pangeran tampan yang baru saja ia temui.
Axelia melangkah pelan dan memainkan satu matanya pada Revander. Melangkah masuk ke dalam kamar Revander dan menuju tempat tidur Revander. Revander mengikuti Axelia menuju ruangan utama kamarnya. Namun matanya tak lagi dapat menemukan sosok Axelia.
"Dia, kemana gadis cantik itu?" tanya Revander gusar. Revander terus mencari keberadaan Axelia hingga mengerahkan seluruh anak buahnya. Namun nyatanya Axelia tetap tak dapat ditemukan.
===================================
Thanks for your waiting my story.
Salam hangat.
=Ellina Exsli=
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top