8 SR

Saya suka komen kalian di dua part terakhir kemari. Lucu abis.... sampai saya  ketawa makasih ya liatamam. Bahasa kamu itu lho...😃😃😃😃

***

Berkali kali Semeru mengucapkan kata yes sambil mengepalkan kedua tangannya. Membuat seluruh orang yang ada dikantor bingung. Proyek apa lagi yang sedang digolkan oleh si boss? Semeru merasa sudah lebih maju selangkah. Menaklukan Andhara memang gampang gampang susah. Ibaratnya butuh strategi bisnis yang jitu, ada kebutuhan maka gencarkanlah penawaran. Dan ia paham apa kebutuhan perempuan itu.

Andhara bukan perempuan murahan. Yang tersenyum manis kalau diberi tas mahal. Atau bersedia dibawa ke ranjang setelah diberikan kartu kredit tanpa limit. Ia tidak akan silau oleh barang branded. Ia akan silau saat seseorang memberikan umpan, bukan ikan. Pekerja keras sejati.

Yang sekarang Eru pikirkan, bagaimana dulu cara Athalla menaklukannya. Sepengetahuan Eru, pria yang masih menjadi saingannya itu dulu sangat mudah mendapatkan Andhara. Bahkan mampu membawa gadis yang baru lulus kuliah duduk di pelaminan. Andhara menyelesaikan S2nya saat sudah menjadi istri Athalla.

Persaingan berpiala Andhara ini sangat seru. Meski begitu ia tidaklah main main. Ia serius dengan Andhara. Si janda seksi cerdas dan memikat. Lirikannya mampu membuat Eru tidak bisa tidur semalaman. Lekuk tubuhnya tidak kalah dengan para angels victoria secret. Eru menggelengkan kepalanya menepis pikiran alamiah  ala laki laki.

***

Athalla menatap mentari sore dari jendela kamarnya. Besok pagi adalah hari yang sibuk. Kampanye  akan dimulai. Ia adalah tamu di daerah itu. Tapi kansnya cukup besar. Karena perusahaan sawit milik keluarganya hampir seluas dua ratus ribu hektar. Seluruh suara karyawan sudah berada dalam genggamannya. Itu juga yang dulu memuluskan langkahnya ke Senayan.

Tapi entah kenapa, hari ini ia merasa ada yang hilang. Bukan karena Maura tidak ada. Soal itu ia tidak terlalu peduli. Mereka memang jarang bersama. Maura juga bukan partner yang setimpal di tempat tidur. Setelah semua berlalu, ia baru ia menyadari, bahwa Andhara lebih galak di ranjang. Karena itu, ia menyewa dua perempuan lain. Meski semua terselubung. Ia sudah mengontrak mereka secara eksklusif. Menempatkan di dua rumah yang memang khusus untuk ditinggali. Athalla tidak suka berbagi, apapun itu.

Tapi ternyata yang hilang itu adalah sosok Andhara. Perempuan yang selalu menemani sembilan tahun terakhir  hidupnya. Andhara tidak akan pernah membiarkannya sendirian seperti sekarang. Meski seringkali ia mengabaikan kehadiran istrinya. Saat ini ia butuh ide ide cerdas Andhara. Bukan pertanyaan mengenai tas mana yang bagus, atau tentang  gaun  yang harus dipakai.

Andhara... Andhara... Andhara... berkali kali ia menyebut nama itu. Eru semakin mengikatnya dengan kontrak abal abal yang tak  jelas. Dan mantan istrinya itu masuk perangkap dengan bayaran satu juta lima ratus ribu sekali tampil. Hanya satu persen dari uang saku yang pernah diberikannya. Diluar biaya belanja untuk menunjang penampilan Andhara saat itu.

Apakah ia menyesal? Kadang! Karena perselingkuhan Andhara merusak kepercayaannya. Membangkitkan sisi liarnya. Ia tidak bisa lagi percaya pada Andhara. Ketukan pintu mengalihkan lamunan Athalla.

"Pak, semua sudah siap." ucap Raffa dengan sopan.

"Siapa saja yang berangkat?"

"Semua petinggi partai pendukung. Dan beberapa artis pendukung."

"Siapa?"

"Penyanyi dangdut papan atas  pak. Karena menurut konsultan politik bapak, itulah yang mudah untuk mengumpulkan masyarakat dari semua golongan."

"Bagaimana dengan The Arc?"

"Mereka mungkin akan tampil pada kampanye terakhir. Karena targetnya adalah kota besar. Maka akan banyak anak muda disana. Tapi pihak konsultan mengingatkan kalau kemungkinan itu masih harus kita pertimbangkan. Karena hubungan ibu Andhara dan Semeru yang akhir akhir ini menarik perhatian publik.

Dan maaf, karena pernikahan bapak dengan ibu Maura yang sedikit banyaknya memberi  efek negatif terhadap pemilih perempuan. Apalagi kubu sebelah sering menaikkan isu perselingkuhan untuk mempengaruhi swing voters perempuan. Beruntung ibu Andhara tidak pernah memberi tanggapan yang menjatuhkan bapak"

Athalla menarik nafas panjang.

"Saya ingin bertemu dengan ibu Andhara disebuah tempat yang sangat pribadi. Bisa kamu usahakan?"

"Untuk saat ini sebaiknya jangan dulu pak. Gerak gerik bapak sedang diawasi banyak orang. Sedikit saja kesalahan, fatal sekali akibatnya. Sudah banyak yang mengalami itu."

"Terima kasih Raffa, sudah mengingatkan saya"

"Sama sama pak, kita berangkat sekarang."

Athalla menutup jendela, dan meninggalkan ruangan itu. Kamar pribadinya bersama Andhara dulu.

***

Andhara baru selesai syuting saat Eru menghubunginya.

"Makan siang yuk" ajak Eru

"Males ah, entar diajak ke rumah mommy lagi."

Eru tertawa

"Aku janji, kali ini enggak. Kita akan makan ditempat yang menurutku makanannya benar benar enak."

"Jauh?"

"Kalau lewat tol enggak."

"Tapi aku yang traktir." ucap Andhara

"Nggak ada sejarahnya Semeru Zennobius  Razolli ditraktir perempuan"

"Kalau gitu nggak jadi"

"Kamu traktir bensinnya aja mau?" Eru sedikit mengalah

"Kamu nyindir aku yang nggak punya mobil." serang Andhara ketus

"Kamu lagi PMS ya."

"Aku malas ah, ketemu kamu selalu berantem ujungnya."

Eru tertawa lebar

"Aku tunggu kamu di depan. Aku sudah dimobil langsung masuk aja"

Andhara mematikan ponselnya kemudian meraih tas kecil yang biasa digunakannya. Membiarkan make up tebal yang masih menempel diwajahnya. Memasuki mobil Eru, cuaca panas diluar yang sempat terasa menghilang seketika.

"Sudah?" Tanya Eru sambil tersenyum.

Andhara mengangguk.

"Kamu lebih cantik kalau nggak make upan"

"Tuntutan pekerjaan pak" jawab Andhara ketus.

Semeru diam, enggan berurusan dengan perempuan sedang PMS. 

"Sini seratus ribu, buat bayar bensin"

"Cukup? Setahu aku mobil kamu ini boros bahan bakar"

"Kalau cuma mau ke resto tujuan kita cukup. Tapi kalau mau sekalian jalan di Bandung jelas enggak"

"Ini." jawab Andhara sembari meletakkan selembar uang seratus ribuan di dashboard.

Eru berhenti di sebuah pom bensin. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan.  Mobil memasuki sebuah hotel bintang lima. Kemudian turun bersama, Eru menyerahkan kunci mobil kepada seorang petugas valet. Andhara melangkah menunggu Eru dipintu. Barulah mereka memasuki hotel bersama menuju lantai tiga. The Terrace, sebuah restoran dengan menu western.

Memasuki restoran Eru mendatangi resepsionis untuk memastikan reservasinya. Seorang waitress segera menunjukkan meja mereka.

"Sudah reservasi ternyata, trus kalau tadi aku nggak mau?"

"Ya aku jalan sama yang lain?"

Andhara hanya memutar bola matanya.

"Tenang aja, laki laki kok." jawab Eru sambil meliriknya.

Andhara hanya mencebikkan bibirnya. Sambil duduk dimeja yang sudah ditentukan. Kemudian mereka memesan makan siang. Andhara memandang sekeliling. Matanya tertumbuk pada dua pria yang juga menatapnya. Bara dan Arga, sahabat Athalla.

"Siapa?" Tanya Eru ikut menoleh.

"Sahabat Athalla."

"Kamu kenal?"

"Kenal baik."

"Mau menyapa mereka?"

Andhara menggeleng.

"Aku tidak suka berhubungan dengan masa lalu. Termasuk Athalla dan teman temannya."

Eru menatap matanya lama.

"Setelah makan, aku mau bicara sesuatu."

"Penting?"

"Banget." jawab Eru.

Andhara hanya mengangguk. Kebetulan makanan pembuka mereka sudah datang.
Berusaha menikmati makan siang dibawah tatapan Bara dan Arga, juga Eru. Membuat Andhara merasa sesak. Tapi beruntung Eru terlihat sangat santai. Sehingga ia merasa lebih nyaman. Selesai makan Eru mulai mengatakan maksudnya.

"Aku memutuskan agar kamu berhenti menjadi guru musik Alea."

Andhara terkejut menatap Eru tak percaya.

"Kamu memecat aku?"

Eru menggeleng.

"Inggrid menjadi mata mata bagi Athalla untukmu."

Mata Andhara terbelalak tak percaya

"Atha? Ngapain?"

"Dia menstalker kamu dari hari pertama kalian bercerai juga dari hari pertama kamu mengajar Alea."

"Kamu bohongkan Ru."

"Sayangnya tidak. Athalla masih terobsesi sama kamu"

"Tapi dia sudah menikah dengan Maura!"

"Pernikahan mereka sepertinya sekedar pernikahan bisnis. Saling membutuhkan dan menguntungkan antar dua keluarga. Karena itu mertua Athalla habis habisan mendukung menantunya. Aku nggak tahu apa kompensasi yang akan dia dapat kalau Athalla menang."

"Kamu tahu darimana?"

"Awalnya Alea bilang. Dia menemukan video kalian sedang belajar piano. Aku memang mengkloning nomer maminya. Hanya untuk keamanan anakku yang berada dalam asuhannya. Karena aku kenal betul siapa Inggrid. Waktu aku cek, banyak sambungan telepon dan pesan menuju dan dari ponsel pribadi Athalla. Yang nomer akhirnya 6699."

"Itu nomer yang biasa dipegang Raffa. Asisten kepercayaannya."

"Aku sarankan kamu pindah ke rumah orang tuamu sebelum semua terlambat. Lawanmu kali ini tidak hanya keluarga Athalla tapi juga keluarga Maura. Dan kamu tidak akan bisa melawan mereka sendirian. Tidak juga aku."

Andhara terdiam.

"Apa ini alasan kamu memberikan pekerjaan untukku?"

"Salah satunya ya. Supaya kamu tidak berkeliaran kemana mana lagi. Dan Athalla dengan mudah menemuimu sesuka hatinya."

Seketika bahu Andhara melemah. Menatap Eru seolah tidak percaya.

"Aku tidak tahu akan ada masalah seperti ini."

"Ini tentang pertarungan politik. Lawan Athalla sedang mencari kekurangannya. Kalau nanti itu berhubungan dengan kamu. Maka bisa dipastikan kamulah yang akan menjadi korban. Bukti pertamanya  bagaimana cara mereka mendepak kamu dari sisi Athalla. Halus banget kan? Kenapa tiba tiba sosok Marvel bisa muncu dalam kehidupan kamu. Padahal Athalla sangat melindungi kamu. Juga masuknya Maura kedalam kehidupan Athalla. Apa kamu tahu sejak kapan?"

Andhara menggeleng.

"Berhati hatilah. Aku tidak mau kamu celaka."

"Makasih Ru. Aku akan coba mempertimbangkan."

"Sama sama Ara."

"Boleh aku nanya?"

"Silahkan"

"Kenapa kamu lakukan ini."

"Pertama karena aku mau menjauhkan kamu dari Athalla.  Dan yang terutama karena aku suka sama kamu. Aku nggak mau kamu menjadi korban untuk kedua kali dari permainan kotor mereka."

"Bagaimana aku bisa memastikan kamu bukan bagian dari mereka."

Semeru tertawa kecil

"Waktu yang akan menjawab."

"Terlalu banyak orang seperti kamu dalam kehidupanku dulu. Dihadapanku baik sekali. Tapi mereka menusukku dari belakangku."

"Jangan selalu berkaca pada masa lalu Andhara."

"Pengalaman adalah guru yang paling baik" Andhara tak mau kalah.

Eru tertawa kecil. Tidak mudah mempengaruhinya.

"Aku cuma nggak mau kamu kenapa kenapa."

"Cuma untuk itu kamu melakukan ini?"

"Aku sayang kamu. Suka sama kamu. Meski tahu kamu belum siap dengan sebuah hubungan baru!"

"Modus."

"Time will tell."

Andhara hanya diam. Tatapan Eru menghangat. Tapi Andhara memilih membuang jauh pandangannya.

***

Maaf untuk typo

Happy reading

240219

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top