7 SR

Merry Christmas buat kalian yang merayakan... Salam Dami buat kalian dan keluarga.


***

Athalla menyerahkan ponselnya pada sang asisten

"Kamu pegang dulu. Hold semua panggilan untuk saya. Jangan lupa upload  dua atau tiga foto pernikahan  saat pesta berlangsung nanti. Jangan beri jawaban apapun pada netizen. Paham?"

Sang asisten bernama Raffa mengangguk tanda mengerti.

"Pastikan pemberitaan ini tersebar."

Raffa kembali mengangguk.

Athalla meninggalkan kamarnya diiring n
orang tua dan keluaga inti. Menuju tempat pernikahan berlangsung.

***

Andhara sedang duduk di ruang tengah sambil memakan rujak serut buatan maminya. Saat bersama keluarga memang mereka menerapkan no gadget. Jadilah obrolan itu lebih seru karena mereka bisa intens saling mendengarkan.

"Kak kenapa nggak aktifkan lagi akun sosmednya?" Tanya Zara

"Males, banyak foto foto lama. Nanti kalau dihapus katanya baper. Gak dihapus dibilang belum move on."

"Buat akun baru aja kan bisa?"

"Untuk apa Za? Aku nggak kepengen orang tahu tentang kehidupan pribadiku. Nggak ada yang mau dibagikan juga."

"Iya sih, bikin orang makin kepo."

"Kamu sudah lama kenal Eru?" Tanya mami yang sedang menikmati buahnya. Mami memang nggak suka rujak serut. Tapi karena kami semua suka jadilah mami selalu membuatkan kalau kami berkumpul.

"Belum mi, mulai sejak diajak konser itu aja."

"Tapi kamu sudah kenal orang tuanya?"

"Kalau yang itu lain ceritanya. Pernah sekali diajak makan siang. Selama ini kan aku selalu nolak. Tapi ya nggak enak juga kalau keseringan. Cuma aku bilang, nggak mau ditempat ramai. Akhirnya malah dibawa makan siang ke rumah orang tuanya."

"Kemajuan tuh kak. Kodenya mas Eru keren banget."

"Kemajuan apaan Za, yang ada malah aku takut setengah mati. Apa coba maksudnya ngajak makan siang dirumah orang tuanya."

"Jarang jarang lho kak ada cowok yang lansung bawa perempuan ketemu mamanya., Tapi orangtuanya baik kan kak? Welcome gitu?"

"Iya sih, mommynya baik." jauh beda sama anaknya

"Kemarin ternyata mas Athalla menikah ya?" Tanya Zara sambil memandang Andhara.

Yang ditanya hanya menaikan bahunya tanda tak tahu apa apa.

"Aku lihat di beberapa portal berita."

"Hubungannya sama kita apa?" Tanya Andhara

"Ya nggak ada sih." jawab Zara sambil tertawa kecil.

"Nggak usah dibahas. Yang penting dia nggak ganggu Andhara lag.i" ucap papi mengakhiri pembicaraan menyangkut mantan menantunya itu.

Sampai kemudian ponsel papi yang terletak di meja makan berbunyi. Setengah berlari Zara mengambilnya.

"Dari satpam kompleks pi"

"Hallo"

"Maaf pak kusuma, ada beberapa wartawan datang mau wawancara."

"Tentang?"

"Mbak Andhara."

"Sampaikan saja pada mereka , tidak ada berita yang bisa kami berikan tentang Andhara. Tanya saja sama yang mengapload berita."

Papi kemudian menutup ponselnya.

"Coba buka sosmedmu Za." perintah papi.

Zara setengah berlari menuju kamar dan membuka ponselnya. Kemudian keluar kamar dengan tersenyum

"Tentang pernikahan mas Athalla yang bertepatan dengan makan malam kita bersama mas Eru."

Mereka semua terdiam. Namun akhirnya tertawa terbahak bahak.

"Pasti semua mengaitkan, padahal kita nggak tahu apa apa." jawab Andhara disela tawanya.

"Aku mau follow mas Eru ah." ujar Zara

"Memang selama ini belum?"

"Belum kak, cuma follow The Arc aja." jawab Zara sambil melangkah ke dapur

Tak lama Zara berteriak "kak Araaaa..., aku di follback sama mas Eru."

***

Mengabaikan Maura dan seluruh keluarganya yang tengah makan siang. Athalla malah memasuki kamar asistennya Raffa. Ia gusar dengan pemberitaan makan malam Eru dan keluarga Andhara yang tersebar kemarin.

Ia kalah cepat karena pernikahan ini. Eru bergerak mendahuluinya. Berkali kali Athalla menendang benda yang ada dihadapannya. Membuat sang asisten dan para bodyguard hanya bisa menunduk. Ia harus meluapkan emosinya sekarang. Tidak bisa menunggu nanti. Karena keluarga Maura tengah menantinya. Setelah puas ia bertanya

"Ada konfirmasi dari keduanya?"

"Sampai sekarang tidak ada pak. Tapi barusan ada kabar kalau Zara memfollow Eru. Dan langsung dapat follback."

Athalla membanting ponselnya ke kasur. Ia tahu, Zara adalah adik Andhara. Satu satunya keluarga Kusuma yang sampai saat ini masih aktif di dunia maya. Tapi juga tetap pelit memberikan berita.

"Ikuti terus mereka. Kejar kalau ada berita terbaru." setelah mengucapkan itu Athalla meninggalkan kamar,  menuju ruang makan. Dimana dua keluarga sedang makan siang.

Setelah memastikan kalau ia terlihat baik baik saja, Athalla memasuki ruangan. Ia segera suduk disamping Maura dan mengecup pipi istrinya. Sementara keluarga mertuanya duduk dihadapannya.

"Bagaimana persiapan kamu maju di Pilkada nanti?" Tanya ayah mertuanya.

"Sejauh ini baik pi. Baliho sudah siap, dan tim relawan sudah turun sampai ke desa.  Konsolidasi antara partai pendukung bagus."

"Kalau masih perlu dana jangan sungkan bilang ke papi. Itu pesawat yang di halim, bisa kamu gunakan kalau mau."

"Terima kasih pi" jawab Athalla sopan.

"Oh ya, hun, aku mau ke Milan lusa. Undangan untuk Milan Fashion week udah masuk tadi pagi."

"Berangkat sama siapa?"

"Kak Stella. Tenang aja nggak pakai pesawat komersil kok."

"Ya sudah, kabarin aja kalau mau berangkat. Besok aku harus kembali ke Jakarta. Ada rapat dengan jajaran pimpinan partai. Kamu mau ikut ke Jakarta dulu?"

"Nggak usahlah, aku stay disini saja. Lagian nanggung cuma sehari disana."

Athalla hanya mengangguk. Andhara tidak pernah seperti ini. Dimana ada aku disitu ada dia.

***

Andhara baru sampai di lobby apartemen, setelah menghabiskan weekend dengan orang tuanya.

"Mbak Andhara." panggil seorang satpam yang bernama Firdaus.

"Ya pak"

"Ini tadi ada titipan dari mas Eru."

Andhara mengerutkan keningnya. Coklat belgia favoritnya. Eru tidak mungkin tahu. Hanya ada beberapa yang tahu, yakni keluarganya dan Athalla sang mantan suami. Tanpa pikir panjang ia mengeluarkan ponsel dari tas dan menghubungi Eru

"Mas eru." sapanya tanpa basa basi

"Ya Ra."

"Ada kirim sesuatu?"

"Maksud kamu?"

"Coklat."

"Enggak tuh. Kenapa?"

"Ada yang kirim ke aku. Isinya coklat. Ngakunya dari mas Eru."

"Saya bukan tipe laki laki yang suka nitip nitip. Kalaupun saya mau ngasih, saya akan langsung ke kamu." jelas Eru.

Andhara terdiam. "Ok mas, kalau gitu thank you ya infonya." jawab Andhara sambil mematikan sambungan ponselnya

"Pak firdaus. Ambil aja buat bapak dan yang lain" ujar Andhara akhirnya.

Setelah mengatakan itu, Andhara pergi meninggalkan lobby. Ia sendiri tidak tahu dari siapa coklat favoritnya tersebut,  lebih tepatnya tidak mau tahu!

Memasuki apartemennya, Andhara merasa lega. Ia kembali menikmati hidupnya. Entah kenapa ia lebih suka sendirian sekarang. Apalagi semenjak berita makan malam bersama Eru. Itulah yang tidak dia suka. Banyak orang yang berpendapat tanpa bertanya.

Bertemu seleb, memotret lalu kemudian mengupload ke akun gosip. Eru mungkin sudah biasa. Tapi ia tidak.  Semoga semua lekas berlalu pikirnya. Ia belum sangup dikelilingi orang dengan banyak pertanyaan. Dulu ia bisa menghindar, karena selalu ada bodyguard yang melindungi. Sekarang? Ia harus melindungi diri sendiri.

Sambil membersihkan apartemen yang sudah tiga hari tidak ditempati, Andhara memasang musik dari ponselnya. Sampai akhirnya lagu yang muncul disana menghentikan aktifitasnya. Video call dari Eru

Hal pertama yang dilakukan pria itu adalah melotot. Andhara yang tidak mengerti malah mendelik.

"Mas kenapa?"

"Kamu lagi ngapain?"

"Ngepel." jawab Andhara polos.

"Pakai baju dulu gih." perintah Eru.

Andhara melotot memandangi penampilannya. Hanya mengenakan tanktop hitam yang sudah memiliki cup tanpa bra! Membuat payudara bagian atas yang ditetesi keringat terlihat menggoda. Damn! Segera matikannya tombol video dan mengalihkan ke tombol phone. Sementara Eru tertawa keras diseberang sana.

"Kenapa? Kok dimatiin videonya?"

"Mutusin pikiran kotor kamu." jawab Andhara sewot

"Lho mata dan pikiran aku salah apa? Ada pemandangan indah ya kutonton." jawabnya sok polos.

"Ya udah, ada apa mas?" Pura pura yak peduli dengan kalimat mesum Eru.

"Aku ada tawaran buat kamu."

"Tawaran apa?"

"Ada sebuah rumah produksi yang buat acara talk show gitu. Mereka butuh pianist untuk mengisi acara. Syutingnya lima kali seminggu. Dan acaranya live, tertarik?"

Andhara menarik nafas dalam.

"Aku malas, nanti salah satu tamunya si mantanku itu atau istrinya. Bikin heboh lagi."

"Kalau kebetulan dia yang jadi guestnya, aku jamin bukan kamu yang isi live musicnya."

"Kok bisa?"

"Aku salah satu pemilik rumah produksinya. Honornya lumayan lho."

"Murid muridku?"

"Kamu bisa  sambil ngajar juga kan?. Acaranya tayang dari jam sebelas ke dua belas siang. Gimana? Mikirnya jangan lama lama. Dua hari lagi syuting. Aku butuh cepat."

"Satu jam lagi aku telfon." jawab Andhara singkat.

"Ok, waktunya aku mulai dari saat aku mematikan telfon." balas Eru tak mau kalah. Kemudian segera mematikan sambungan.

Andhara terduduk lemas. Ia memang membutuhkan pekerjaan itu. Bagaimana  bisa membuktikan pada orang tuanya kalau ia bisa mandiri tapi hanya mengandalkan sepuluh murid privat? Sementara di biro milik mami ia masih dalam tahap belajar.

Tapi bekerja di depan televisi bukan tujuannya. Orang akan dengan mudah mengakses kehidupan pribadinya. Ia juga harus punya akun sosmed untuk mempromosikan acaranya.

Andhara pusing sendiri, tawaran Eru sangat menarik. Menggoda bahkan! Siapa yang tidak mau hanya duduk manis di depan piano selama satu jam dan bergaji tetap? Berapapun itu, Andhara yakin pasti cukup untuk membayar kebutuhannya.

Tidak mungkin setiap kali keluar makan dibayari oleh orang tua atau adiknya Zara. Sesekali ia harus juga mentraktir mereka. Belum lagi kalau mereka mengajak liburan nanti. Tidak mungkin ia menjadi parasit cantik ditengah kebahagiaan keluarganya.

Ingin ia menghubungi papi meminta saran. Tapi masak sih? Hei... dia sudah dua puluh sembilan tahun. Bukan masanya lagi bermanja manja. Ia sudah dikuliahkan sampai S2. Bahkan  sudah janda. Kenapa hal sekecil itupun harus dibicarakan dengan orangtua?

Ok lah, kalau ia takut bertemu Athalla setelah setahun perceraian mereka, arinya ia yang belum move on. Malah nanti orang berpikir ia masih mencintai si buaya darat. Andhara bergidik ngeri. Apa sih sebenarnya yang ia takutkan? Ketemu ya ketemu aja. Athalla juga nggak mungkin ngapa ngapain dia. Laki laki itu pasti akan menjaga imagenya di depan publik dan istrinya yang kaya raya tujuh turunan itu.

Lalu kenapa ia harus berhenti dan membatasi diri ? Oh... how pity you are Andhara. Bisiknya dalam hati menyadari kesalahannya selama ini. Ingat Andhara, waktu itu kamu bukan selingkuh. Tapi dituduh selingkuh. Dan kebetulan ketemu laki laki laknat bernama Marvel yang sedang butuh proyek.

Dengan mantap Andhara menghubungi Eru.

"Baru empat puluh dua menit lho non." goda pria itu.

"Oke, atas tawaran kamu." jawab Andhara singkat

Whatever lah... Tuhan tahu apa yang dibutuhkan umatnya.

**,*

Happy reading

Maaf untuk typo

230219

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top