5 SR
Andhara tengah bersiap hendak berangkat ke rumah sakit. Sekaligus mengantar makan siang untuk papi. Terdengar bel berbunyi. Dengan tergesa tanpa melihat lagi ia membuka pintu. Seorang pria menutup wajahnya dengan buket bunga besar. Dari postur tubuhnya Andhara segera tahu
"Nggak usah ditutupin gitu mukanya mas."
"Ketahuan ya." jawab Eru sambil menurunkan bunga dari wajahnya dengan sedikit kecewa.
"Mau ngapain?" Tanya Andhara sambil tersenyum. Semeru terlalu banyak akal.
"Ngasih bunga ini aja."
"Untuk aku?"
"Dari tadi rencananya iya. Di rumah ini nggak ada orang lain kan?" Jawab Eru dengan wajah tak bersalah.
"Kok bisa langsung naik, biasanya kalau ada tamu security telfon dulu."
"Aku sogok pakai wefie bareng"
Andhara tertawa
"Aku nggak diajak masuk?"
"Maaf peraturannya masih sama. Lagian aku mau ke rumah sakit." tolaknya.
"Siapa yang sakit?" Tanya Eru penasaran.
"Mamiku, tapi udah baikan sih sebenarnya."
"Aku antar sekalian?"
"Nanti mas repot."
"Aku free hari ini "
Andhara memutar bola matanya. Sulit sekali mengalahkan pria ini
"Ok, tapi maaf aku nggak bisa ajak mas masuk. Nggak enak sama papi."
"Nggak apa apa, hari ini aku jadi supir aja juga boleh."
Andhara kembali tertawa untuk kesekian kalinya. Kemudian pamit masuk sebentar sambil meletakkan bunga dari Eru. Lalu meraih kotak makanan dan membawa beberapa potong kue untuk Pria itu.
Mereka melangkah beriringan menuju lift. Sesampai di area parkir segera memasuki mobil Eru. Diiringi senyum petugas satpam yang sudah disogok Eru tadi. Setelah sampai di jalan raya, Andhara menyodorkan sebuah kotak makanan yang sudah dibuka.
"Dimakan mas."
"Apa ini?"
"Tadi aku buat banana cake untuk papi. Sekalian aku potongin buat mas. Maaf kalau nggak enak."
"Enak kok" jawab Eru setelah mencicipi sepotong.
"Kamu suka masak ya." lanjutnya
"Dulu, waktu belum menikah."
"Sekarang?"
"Kepaksa, karena harus berhemat."
"Oh iya, kapan anakku bisa mulai les?"
"Awal bulan aja gimana? Udah ngomong sama anak dan maminya?"
"Sama Alea udah, maminya juga udah tahu. Karena ada piano yang tiba tiba muncul di rumah. Nanti kamu kenalan dulu sama anakku. Kemarin dia bilang mau. Karena lihat penampilan kamu waktu konser."
"Ok." jawab Andhara singkat.
Sepanjang jalan akhirnya mereka mengobrol. Beruntung karena hari libur suasana jalan cukup lengang. Sesampai di rumah sakit Andhara turun di 5 setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih pada Eru.
Dengan hati hati Andhara.membuka pintu. Mami ternyata sudah sadar dan menatapnya penuh rindu. Andhara tersenyum dan segera memeluk mami. Mami menangis!
"Jangan nangis lagi mi."
"Maafin mami, sudah menuduh kamu."
"Udah lewat juga. Jadi jangan dipikirin lagi." jawab Andhara sambil melepas pelukannya.
"Kamu sama siapa kesini?"
"Sendiri mi, mau sama siapa lagi?"
Mami tersenyum.
"Bawa apa aja Ra?" Tanya papi
"Makan siang untuk papi."
"Kamu masak lagi?"
"Iya pi." Jawab Andhara sambil tersenyum.
"Tinggal sama siapa sekarang Ra?" tanya mami
"Sendiri mi."
"Pulang ke rumah aja yuk."
"Lagian nggak baik kalau kamu sendiri dalam status seperti sekarang ini. Rawan banget lho Ra. Apalagi kamu masih muda." papi menimpali.
Andhara menarik nafas dalam.
"Ara pengen mandiri pi. Lagi pula kejadian kemarin memberi banyak pelajaran untuk Ara. Cukup papi sama mami percaya saja. Bahwa Ara nggak akan mempermalukan orang tua sendiri"
Papi memeluknya. Andhara tersenyum rumah yang paling indah adalah keluarga. Tanpa tinggal bersama pun Andhara percaya bahwa ia sudah menemukan rumahnya.
Menyesal juga dulu ia mengira kalau keluarganya sangat kecewa karena tidak bermenantukan Athalla lagi, berkat bantuan keuangan rutin dari mantan suaminya itu. Ternyata bagi mereka, ia tetap lebih berharga daripada kekayaan Athalla.
"Kalau weekend pulang ya Ra?" Pinta mami.
Andhara hanya mengangguk.
***
Langkah Andhara lebih ringan setelah keluar dari rumah sakit. Cukup lama ia disana. Sampai jam besuk siang dinyatakan selesai. Mencoba memesan ojek online di tempat parkir ia dikejutkan oleh sebuah mobil yang berhenti disisinya.
"Masuk!" perintah sang supir.
Andhara menggelengkan kepalanya tanda tak percaya sambil tersenyum. Melihat sang supir yang ternyata menanti selama berjam jam. Ia segera masuk ke mobil karena tidak ingin menjadi tontonan.
"Dari tadi nungguin aku?"
Eru mengangguk
"Kan aku dah bilang. Hari ini aku siap jadi supir kamu."
"Nggak nyerah juga ya." ujarnya sambil tertawa.
"Nggak akan ada kata nyerah buat kamu."
"Sudah berapa perempuan yang kamu omongin gitu?"
"Kayaknya aku selalu ngomong gitu sama orang yang kusukai"
"Lalu apa yang terjadi saat orang itu nggak lagi kamu sukai?"
"Banyak hal yang bisa membuat sebuah hubungan gagal. Kamu tahu itu kan?"
"Ya sih." jawab Andhara datar.
"Mau makan siang dulu?"
"Aku udah makan di rumah sakit. Sama papi tadi"
"Kamu ngajar hari ini?"
"Ini minggu, aku free."
"Kalau gitu temenin aku makan aja mau?"
"Jangan ditempat rame ya. Aku nggak mau dikeroyok fans kamu."
"Sip." ujar Eru.
Memang bukan tempat ramai yang dituju. Melainkan sebuah rumah dengan pagar tinggi dan tampak asri karena pucuk dari pepohonan tampak dari luar.
"Kita kemana?" Tanya Andhara curiga.
Sambil menekan tombol remote pagar Eru memasukkan mobilnya
"Ini rumah orang tuaku. Aku diundang makan siang tadi. Dan aku bawa kamu."
"Mas, ini salah." Andhara menolak.
"Ini tidak salah. Kita tidak makan ditempat ramai. Di dalam ada mommyku yang akan menjadi polisi jika aku melakukan hal buruk terhadap kamu."
Andhara berniat membantah saat pintu besar itu terbuka. Seorang perempuan setengah baya yang sangat cantik serta berpenampilan sederhana keluar dari balik pintu. Meski kesal, Andhara terpaksa turun atas nama sopan santun.
"Hallo, saya mommy Eru." jawab perempuan itu dengan senyum teduh. Berbahasa Indonesia dengan logat jepang yang kental.
"Saya Andhara tante." jawab Andhara sambil menerima uluran tangan mommy Eru. Ia kemudian harus sedikit membungkuk untuk menerima ciuman pipi perempuan setengah baya itu.
Andhara bertinggi seratus tujuh puluh sentimeter. Sementara mommy Eru paling seratus enam puluh. Mereka memasuki ruang tamu yang sangat besar. Ada foto keluarga disana. Ia hanya berani melirik sekilas. Dalam hati ia memaki Eru karena sudah membawanya kesuasana canggung seperti ini.
Eru sendiri berbahasa jepang dengan mommynya. Yang Andhara sama sekali tidak tahu apa artinya. Di ruang makan tidak ada siapa siapa selain mereka.
"Kita makan siang bertiga. Padre sedang ada acara sosial dengan beberapa rekannya."
Andhara hanya mengangguk. Di ruang makan juga ada foto keluarga dalam pose santai. Sepertinya diambil saat liburan.
"Padre kamu bule?" Tanya Andhara. Kalimat yang akhirnya ia sesali. Karena memang terdengar sangat konyol.
Semeru tertawa lebar
"Jelasin Mom."
"Saya Jepang Jawa. Tapi besar di Kanagawa. Padrenya Italy, Jawa, Manado dan Portugis. Darah Semeru gado gado." jawab mommynya sambil tersenyum
Andhara hanya mengangguk.
"Hanya aku yang berwajah Indonesia. Sampai sampai seluruh keluarga bilang aku tertukar di rumah sakit. Pernah sih tes DNA dan hasilnya ternyata aku seratus persen anak mereka" jelas Eru diakhiri tawa
"Karena itu, aku paling tidak suka kalau ditanya orang mana? Suku apa? Karena aku sendiri nggak tahu harus menjawa apa" lanjutnya.
"Kamu itu." sindir mommy.
"Jangan pedulikan dia Andhara. Ayo kita makan. Meski sudah terlalu siang"
Andhara hanya mengangguk. Diam diam ia kagum pada hubungan mommy dan Eru. Mereka terbuka dan terlihat saling melengkapi. Makan siang itu diisi dengan banyak obrolan. Tentang kesepian mommy karena anaknya semua memilih tinggal di rumah masing masing. Tentang Semeru yang dari dulu menjadi badboy dikeluarga. Dan masih banyak lagi.
Ia juga disuguhi buah buahan yang berasal dari kebun mereka sendiri. Rasa lengkeng dan mangganya sangat manis. Mommy cerita bahwa ia suka bercocok tanam. Terlihat jelas dari rimbunnya halaman rumah mereka.
Tak terasa hampir jam empat sore. Eru pamit mengantar Andhara pulang. Dan perempuan itu mendapat oleh oleh berupa mangga dan rambutan hasil berkebun mommy Eru.
***
Kembali memasuki apartemen, kembali pula Andhara merasa kesepian. Aktifitas hari ini membekas dihatinya. Setelah sekian lama selalu menghabiskan waktu sendiri. Selesai meletakkan buah di meja makan. Ia menghampiri bunga pemberian Eru yang tadi tak sempat ditatapnya lama.
Bukan buket yang sangat besar. Tapi juga tidak kecil. Campuran mawar, tulip dan juga Lily. Pasti mahal! Pikirnya. Tak sengaja ia melihat sebuah kartu kecil yang terselip di dalam buket. Tampaknya terjatuh dari tempatnya semula.
Alunan itu tak bernada
Tapi selalu menentramkan jiwa
Ia bernama Andhara
Yang berarti cahaya kecantikan dan kesempurnaan
Ps. Namamu ternyata berasal dari bahasa Indian.
Andhara tertawa kecil. Jiwa romantis sang playboy boleh juga. Tapi sayang, bukan pria tipe itu yang dia cari. Kalaupun jodoh itu datang lagi, maka Andhara akan memilih yang seperti papi, pria biasa dengan pekerjaan tetap. Ia akan membantu dengan mengajar piano. Sebuah pekerjaan yang tidak membutuhkan banyak waktu.diluar rumah.
Semeru terlalu jauh buatnya. Ia sama sekali tidak tahu siapa dan bagaimana pria itu sebelumnya. Mencari imformasi di google pun dia enggan. Untuk apa? Toh ia tidak tertarik. Ia hanya mendengar, dulu dari beberapa temannya. Kalau Eru selalu memiliki hubungan lain meski ia sudah menikah. Salah satunya dengan teman arisan Andhara. Gilanya, teman tersebut pun sudah menikah. Dan setiap hubungannya, selalu berakhir ditempat tidur.
Lalu untuk apa memikirkan pria seperti itu. Kalau merasa berterima kasih, jawabannya iya. Eru sudah mengangkatnya dari kesulitan keuangan yang melilit. Setelah konser itu, banyak tawaran mengajar. Juga menjadi pemain piano tetap dibeberapa restoran besar. Hanya yang terakhir ia menolak. Masih belum terlalu siap bila setiap hari berada diluar. Ia tidak bisa menjaga lidah orang untuk tidak menyakitinya.
Ia tahu, suatu hari nanti pasti terlepas dari mimpi buruk tentang Athalla. Rasa sakit akibat dituduh dan diselingkuhi itu akan menghilang. Tapi semua butuh proses dan ia menikmati proses itu. Toh, semua sudah berlalu. Kabar terakhir yang di dengarnya tak sengaja adalah, mantannya akan menikah secara besar besaran. Tapi ia sudah tidak ambil pusing.
Akhirnya Andhara memilih membersihkan tubuh. Kembali diletakannya bunga itu kedalam vas keramik. Menyimpan buah buahan pemberian mommy Eru di wadah. Dan akhirnya mematikan lampu dapur sekaligus ruang makan. Setelah mandi ia berniat langsung tidur.
Happy reading
Maaf untuk typo
20 feb 2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top