4. SR

Andhara tersenyum lebar saat ponselnya berdenting. Honor manggung bersama The Arc sudah cair semua. Ia sangat bersyukur,  sudah lama  tidak melihat uang sebanyak itu masuk ke rekeningnya. Dan  berencana dari kemarin. Kalau uang itu masuk, maka ia akan mentraktir dirinya sendiri.

Kepala Andhara mulai berpikir apa yang murah dan enak. Ia tidak akan menghabiskan uangnya untuk fine dining. Itu terlalu mahal. Juga bukan untuk mewarnai rambutnya. Karena colouring  rambut panjang bisa berharga jutaan. Lagi pula sudah bukan kebutuhannya lagi. Ya! Akhirnya ide itu didapat. Ia akan makan sepuasnya di sebuah food court dekat apartemen. Itu tidak akan menghabiskan banyak uang.

Tapi, saat akan melangkah keluar ia kembali ragu. Bagaimana nanti kalau ada yang mengenalinya. Apa yang harus ia lakukan. Kembali langkah Andhara surut. Akhirnya membuka ponsel, ia menemukan solusi. Pesan via online saja.

Satu jam kemudian ada tiga macam makanan dihadapannya. Rujak, ikan kerapu bakar dan akhirnya nasi goreng kambing. Mencoba menikmati apa yang sekarang menjadi mewah untuknya. Tak sadar Andhara menangis disela makannya.

Ia rindu makan diantara keluarga besarnya. Rindu masakan nenek dan bibi. Rindu melihat mereka berkumpul seharian penuh dirumah salah seorang paman atau sepupu. Saat ini ia benar benar merasa sendirian. Terutama ketika isu perselingkuhannya merebak. Tanpa bersedia mendengarkan penjelasannya. Semua telunjuk mengarah padanya.

Andhara si pembuat malu keluarga.

Bagaimana dengan proyek yang sedang om incar.

Para sepupu mau jalan jalan ke lombok bulan depan. Kalau Andhara masih menjadi istri Athalla. Maka mereka semua bisa menginap di villa keluarga sang mertua.

Sebentar lagi bibi akan menikahkan anaknya. Bisa dipastikan tidak akan semeriah biasa. Karena tidak ada lagi Athalla yang biasa membantu.

Tangis Andhara semakin keras. Ia tidak ingin lagi menangis diam diam. Dulu ia tidak menyadari bahwa kelak ia mengalami hal ini. Bukan ia yang meminta. Tapi Athalla yang berinisiatif membantu  keluarganya. Sehingga mereka terbiasa mengandalkan mantan suaminya dalam banyak hal. Namun sekarang disaat seperti ini, ia sendirian. Tìdak ada lagi yang menghubunginya. Karena mereka semua hanya  baik saat membutuhkan  bantuan.

Pada akhirnya semua makanan tersebut dimasukkan ke kulkas. Tidak sanggup lagi mengingat semua. Ia ingin tidur sekarang. Dan semoga saat bangun sebagian masa lalu sudah dilupakan.

***

Andhara membetulkan posisi jemari muridnya sambil tersenyum lembut. Si anak menyadari keaalahan dan segera merubah posisi jarinya. Sesekali Andhara mengetuk dengan jemarinya. Meminta sang murid memperhatikan tempo lagu. Tak lama pertemuan empat puluh lima menit itu berakhir. Andhara segera membereskan tasnya. Kemudian pamit kepada pengasuh si anak. Turun ke lobby apartemen dan memesan ojek online untuk kembali pulang.

Dari siang tadi dia sudah mengajar tiga murid. Jumlah mereka lumayan sekarang. Semenjak komser kemarin, pintu rejeki seakan terbuka bagi Andhara. Beberapa kali   dihubungi untuk bermain piano secara solo pada acara pernikahan. Namun ia menolak. Merasa masih belum sanggup bertemu dengan keluarga Athalla. Rasa sakit itu masih ada. Meski tidak sebesar dulu.

Apalagi saat pengakuan mantan suami dan tunangannya di media. Yang jelas jelas mengisyaratkan kalau hubungan mereka sudah dimulai sejak lama. Inti dari semua pembicaraan mereka, ia sudah diselingkuhi. Dan keluarga Athalla harus mencari jalan untuk mendepaknya. Itulah kesimpulan Andhara.

Ia merasa tidak pernah punya kesalahan. Seorang menantu penurut. Dan Marvel adalah satu satunya senjata mereka untuk mengeluarkannya dari daftar anggota keluarga.. Menata hidup itu tidak mudah. Keluar dari kebencian juga tidak mudah. Dan kedua hal tersebut masih menghantui Andhara.

Lelah berdiri menunggu ojek, ia duduk di bangku taman apartemen. Bintang sudah menghiasi langit. Sekarang ia tidak peduli kalau harus pulang malam naik ojek. Juga kalau harus mampir di pedagang kaki lima belakang apartemen untuk mengantri sepiring nasi goreng atau semangkuk bakso sebagai pengganti makan malam.  Semua sudah mulai biasa untuknya.

Dulu ia memang bukan berasal dari keluarga miskin. Papanya bekerja di  bea cukai. Dan mamanya seorang dosen. Sejak kecil ia punya pembantu. Semasa kuliahpun ia selalu membawa mobil sendiri ke kampus. Tapi sekarang untuk naik taksi saja ia harus berhitung.

Tapi entah kenapa, disatu sisi ia merasa lega. Kini ia menjadi dirinya sendiri. Menikmati kebebasan yang dulu pernah ia rasakan. Meski kadang ia merasa sepi. Tak lama akhirnya ojek pesanan datang. Tanpa basa basi ia segera naik. Sudah lelah setelah enam jam berada diluar rumah.

Sayangnya, ketenangan hari ini berakhir saat ponselnya berbunyi. Berasal dari adiknya Zara.

Mami sedang di rumah sakit Puri Medika

Akhirnya ia mengubah tujuan diponselnya.

***

Memasuki IGD, langkahnya melambat. Papi dan adiknya Zara sudah menunggu di bagian luar.

"Pi." sapa Andhara

Papi menatapnya tidak percaya. Dan langsung memeluknya erat.

"Kamu sudah datang? Mamimu kangen."

"Gimana keadaan mami?"

"Masih tidur, lagi nunggu ruangan disiapkan."

"Apa kata dokter pi?"

"Biasa, serangan jantung. Tapi sudah membaik kok."

Papi kembali memeluknya erat.

"Kenapa nggak pulang?"

"Takut, kemarin papi marah sama aku."

"Tidak ada orang tua yang menyukai perceraian. Dan saat itu kami tidak tahu kebenarannya. Papi minta maaf."

"Mami kok bisa sakit?"

"Mikirin gimana selama ini keluarga bang Athalla si buaya darat udah bohongin kita semua." jawab Zara.

"Udah ah, nggak usah dibahas lagi." pinta Andhara.

"Keluarga ibu Anggraini?"

"Ya, saya suste." jawab papi.

"Kamar sudah siap pak. Ibu akan kami pindahkan."

Bertiga mereka masuk kedalam. Andhara menatap wajah cantik mami. Dari dulu ia selalu menganggumi wajah itu. Akhirnya mereka mengiringi para perawat dari belakang.

"Papi nginap di rumah sakit?" Tanya Zara adiknya.

"Iya, kamu pulang aja sama kakakmu. Dhara bawa mobil?" Tanya papi.

Andhara menggeleng. "Nggak punya lagi pi."

Papi menarik nafas dalam. Meski sebenarnya ia sudah tahu.

"Nanti papi belikan ya, mobil lama kamu dulu kan sudah dijual."

"Nggak usah lah pi, lagian susah nyari parkir. Tarifnya mahal pula. Nggak nutup nanti cost aku."

"Kalau gitu kenapa nggak tinggal sama papi aja. Kamu sudah sendiri sekarang. Diluar sana rawan lho kak."

"Kita tunggu tanggapan mami aja pi." jawab Andhara singkat

***

Malam itu, Andhara diantar Zara adiknya sampai apartemen. Ia duduk di ruang tengah. Mengenang masa lalu penuh bahagia.. Dulu ia pernah berharap kelak bisa punya rumah tangga seperti kedua orang tuanya. Saling mengisi, saling melengkapi. Mami cerewet sementara papi pendiam. Saat mami sibuk, papi yang menemani anak anaknya pulang kerja lebih awal. Tiap tahun mereka selalu berlibur. Suasana rumah selalu ramai saat seluruh anggota berkumpul.

Teringat bagaimana wajah bahagia papi saat melihatnya menikah. Meski awalnya mereka menentang karena Andhara memilih menikah muda. Tapi berkat kemampuan Athalla meyakinkan keluarganya, mereka mendapat restu juga.

Keluarga besarnya juga menikmati apa yang dimiliki Andhara. Sering mereka berlibur bersama, meski kadang hanya di Villa. Mantan suaminya akan dengan senang hati memfasilitasi kebersamaan mereka.

Sayang cinta itu tidak bertahan lama. Athalla kemudian bosan padanya dan selalu mengungkit kekurangan Andhara. Ditambah lagi dukungan dari keluarga besar mertuanya. Isu perselingkuhan itupun tersebar. Andhara memejamkan mata, sesak itu masih ada. Bodohnya dia yang tak pandai membaca tanda. Saat Athalla dulu mulai jarang pulang, tidak mengajaknya pada acara resmi. Dan membiarkan ranjang mereka dingin setiap malam.

Sudahlah! Pikirnya. Yang penting sekarang, orang tuanya tahu bahwa ia tidak bersalah. Ia bukan  sengaja menghancurkan rumah tangga dengan cara berselingkuh dengan pria lain. Waktu sudah menjawab, dan kebenaran sudah terungkap. Ia bahagia, karena hari ini mendapat pelukan dari papi. Pria yang paling mencintainya di dunia ini.

***

Disebuah sudut restoran mewah

Beberapa orang pria tengah makan siang di hari minggu itu. Salah satunya adalah Athalla. Dan kedua sahabatnya Bara dan Arga.

"Tha, gue kaget lihat Andhara di konser Eru kemarin. Nggak beda  ya sama waktu kalian belum cerai?"

"Jelas beda, dia nggak pakai diamond lagi. Apa lo nggak lihat."

"Tapi tampilannya bagus lho, apalagi baju dia."

"Baju boleh minjem dari Azaro aja. Selama ini malah gue beliin dia." jawab Athalla sinis. Ia benar benar membenci kemunculan mantan istrinya kedepan publik.

"By the way tha, lo ngerasa aneh nggak sih. Kenapa Eru milih mantan elu?" Tanya Bara

"Maksud lo?" Athalla  terlihat tertarik

"Selama ini Eru itu dekat dengan model atau artis gitu. Tiba tiba muncul bawa mantan lo. Lo nggak curiga kalau mereka ada hubungan gitu?"

"Apa kalian pernah dengar kalau Eru lagi dekat sama Andhara?" Tanya Athalla balik.

"Eru bukan orang yang suka mengumbar kehidupan pribadi.  Tahu tahu dia kawin, ceweknya udah hamdun. Gak tahu kenapa cerai lagi. Yang kedua juga gitu. Dan hubungannya dengan perempuan lain hanya sekedar kepergok kamera akun gosip." jelas Bara

"Oh iya, Andhara dimana sekarang?" Tanya Arga

"Di apartemen yang dia punya waktu belum married sama gue. Papinya dulu yang beliin."

"Lo masih cari kabar tentang dia?" Tanya Bara hati hati

"Kadang." kali ini Athalla mengalihkan pandangannya.

"Bulan depan lo dah mau ngawinin Maura Tha, jangan main api lagi"

"Gue sih bisa ngelupain dia semudah itu ternyata. Maura dan Andhara beda kelas. Gue cuma mau tahu apa dia udah menderita atau belum, dan ternyata udah."

"Kalau besok Andhara jadian sama Eru?"

"Itu urusan dia." Jawab Athalla acuh.

"Lo nggak ada rasa lagi sama dia?"

"Rasa itu nggak penting. Ada Maura yang lebih segala galanya dibanding Andhara"

"Lo yakin dengan perasaan elo?"

"Gue nggak pernah seyakin ini. Bisa bisanya dia ngeduain gue sama Marvel."

"Bukannya elo duluan sama Maura"

"Itu beda! Gue laki laki. Dan dia nggak layak berbuat gitu sama gue. Apa yang kurang gue kasih ke dia. Uang, fasilitas, kenyamanan. Bahkan seluruh keluarganya gue ajak liburan bareng."

"Lo lagi emosi man." sela Bara

"Gue nggak emosi. Sekarang gue tutup semua akses dia. Supaya dia tahu bagaimana rasanya hidup tanpa seorang Athalla."

Kedua sahabat Athalla hanya diam. Namun mereka percaya, ucapan pria itu jauh berbeda dengan hatinya. Karena setelah Andhara pergi dari sisi Athalla. Kehidupan pria itu tidak lagi seimbang.

***

Happy reading

Maaf untuk typo

18 feb 2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top