1. SR
ANDHARA #1
Andhara memeriksa kembali jumlah uang ditabungannya. Sudah bulan ketiga semenjak perceraian berlalu. Ia belum juga mendapat pekerjaan. Sudah puluhan bahkan ratusan surat lamaran kerja dikirim. Satupun tidak ada balasan. Seolah semua pintu tertutup.
Angka direkeningnya tinggal beberapa juta rupiah. Tentu tidak cukup untuk biaya hidup bulan depan. Besok harus membayar iuran bulanan apartemen. Berarti jumlah uangnya akan kembali berkurang. Ia mulai menangis, Athalla benar benar membuktikan ucapannya. Bahwa ia akan kelaparan setelah perceraian mereka.
Perempuan berkulit putih itu merasa putus asa sekarang. Jalan terakhir sudah dilakukan. Yakni memasang iklan di papan pengumuman apartemen. Bahwa ia menerima les privat piano dilingkungan mereka. Sayang sudah hampir seminggu, belum ada seorangpun yang menghubungi. Dia bingung, tidak tahu apalagi yang harus dilakukan sekarang.
***
The Arc Base Camp
Semeru membuka saluran musik youtube berulang ulang. Tadinya ia berniat mencari beberapa ide baru. Namun entah kenapa matanya terpaku menatap seorang pianist wanita yang tengah memainkan lagu Rayuan Pulau Kelapa bersama sebuah orkestra ternama. Pimpinan Teddy Marzuki.
Ia pernah mendengar nama perempuan itu wara wiri di akun instagramnya beberapa bulan yang lalu. Menyangkut perceraiannya dengan Athalla. Meski tidak dekat, Eru mengenal mantan suami Andhara. Beberapa kali bandnya ikut mengisi acara kampanye partai yang menaungi pejabat tersebut.
Hanya saja, dimana sekarang perempuan itu berada? Mantan istri Athalla tersebut hilang bak ditelan bumi semenjak kasus perceraian yang menghebohkan. dulu ia sempat mendengar kalau Andhara berselingkuh dengan seorang pengusaha muda. Namun semenjak perceraian mereka, kabar itu seolah menghilang.
"Ngapain lo, ngeliatin video Andhara terus?" Jonan sang manajer menghentikan lamunannya.
"Gue mau dia ikut pagelaran dua puluh lima tahun The Arc. Bisa kan? mumpung waktunya masih cukup."
"Bisa sih, tapi nama dia lagi jatuh banget di media."
"Apa The Arc masih butuh berita untuk menaikkan popularitas?" Tanya Eru
"Weiiissss... sombong lu. Ya enggak sih, sah sah aja kalau lo mau pakai dia. Apalagi sekarang ada berita mantan suaminya lagi deket sama seorang sosialita. Adiknya Marsha, model yang married sama konglomerat Singapura itu. Pendapat publik sudah terbelah. Lo bisa angkat nama dia kalau mau."
"Gue suka permainan piano dia. Juga sikapnya yang tenang banget. Gue yakin dia itu perempuan cerdas. Cuma butuh polesan sedikit aja."
"Kalau gak salah, lulusan dengan nilai tertinggi di fakultas hukum. Dan S2nya juga selesai cepet."
"Lo hubungin dia, kasih penawaran yang bagus. Usahakan dia nggak nolak." ucap Eru tegas.
***
Andhara kembali membaca email yang ditujukan padanya. Setelah enam bulan mengasingkan diri dari keramaian. Email pagi ini sangat mengusiknya. Awalnya ia tidak yakin bahwa email itu benar benar ditujukan padanya.
Sebuab grup Band papan atas The Arc, akan berulang tahun ke dua puluh lima. Sebuah grup musik yang awalnya dibangun saat para personilnya masih duduk di bangku SMU. Band yang diketuai oleh Semeru Razolli itu memiliki jutaan basis penggemar yang fanatik. Dan kali ini mereka ingin konsep yang berbeda.
Dijelaskan disana bahwa ia akan tampil dlm satu lagu. Membawakan single terbaru milik The Arc. Mengiringi sang vokalis yang akan bernyanyi sambil memetik gitar. Andhara menghela nafas dalam. Sebenarnya ia belum siap untuk keluar. Tapi uang yang mereka tawarkan sangat menggiurkan. Saat ini ia hanya punya lima orang murid privat. Jelas sangat pas pasan untuk melanjutkan hidupnya.
Tapi bagaimana kalau nanti penampilanya malah dicela? Beberapa bulan terakhir namanya sangat buruk. Kenapa malah The Arc memintanya mengiringi? Haruskah ia keluar dari persembunyian? Ia sama sekali tidak ingin kembali kedalam kehidupan lama. Saat semua kamera menyorot langkahnya.
Tiba tiba Andhara merasa sesak. Itu bukan dunianya. Tapi bagaimana dengan kebutuhan hidup yang tidak bisa diajak kompromi? Andhara bimbang.
Base camp The Arc
Semeru masih mondar mandir sambil membawa segelas jus lemon tanpa es dan gula. Ia akhirnya bertanya pada Jonan mengenai Andhara
"Jon, gimana email yang ke Andhara?"
"Udah beres, tinggal kita tunggu konfirmasinya."
"Moga aja cepet ya. Waktunya tinggal tiga minggu."
"Lo ragu sama kemampuan dia Ru?"
"Enggaklah, level dia udah tinggi banget. Cuma sayangnya selama ini belum diasah aja di pentas pertunjukan."
"Gimana mau diasah? lo kayak gak kenal Athalla. Mana bisa dia lihat bininya lebih tenar dari dia?"
"Iya juga sih. Tapi udahlah gak usah bahas itu. Yang penting lo kejar dia terus."
"Waktunya singkat banget bro"
"Kita kebutlah nanti. Lagian kan kita manggung tinggal dua kali sebelum hari H. Jadi masih bisa lah." jawab Eru sambil meminum jusnya.
***
Andhara melangkah memasuki rumah besar itu. Sudah sesuai dengan alamat yang tertera di email. Studio sekaligus kantor manajemen The Arc. Ini adalah latihan pertama mereka. Kedatangannya disambut oleh seluruh personel ditambah manajer mereka Jonan. Setelah menyapa dan berkenalan dengan mereka sebentar, Andhara menduduki kursi didepan piano elektrik yang, terletak ditengah ruangan.
Ia sudah menerima partitur lagu yang dikirmkan oleh Eru. Setelah menarik nafas dalam untuk mengurangi kegugupannya, maka mulailah Andhara memainkan piano di depan mereka. Sementara Eru mendengar sambil memetikan gitarnya. Mencoba menyamakan rangkaian nada yang mereka mainkan. Semua terpukau dan bertepuk tangan. Lagu itu terdengar lebih indah ditangan Andhara.
Setelah selesai perempuan bertinggi seratus enam puluh delapan sentimeter itu menoleh pada Eru.
"Bagaimana mas?"
"Ok sih, tapi coba perhatikan temponya. Ada seperempat ketuk dibeberapa bagian tadi kamu ketinggalan." Jawab Eru sambil memperbaiki letak kacamatanya.
Andhara mengangguk, ia juga merasakan hal yang sama. Bisa dilihat bahwa sang vokalis sangat perfeksionis dalam bermusik. Pria berusia empat puluhan itu kembali memberi aba aba. Dan Andhara berusaha mengumpulkan konsentrasinya yang sedari tadi terpecah.
Selesai latihan, mereka semua duduk di dalam ruangan. Mendengarkan briefing dari penata musik yang ditunjuk oleh The Arc. Andhara hanya mendengarkan. Ini hal baru untuknya.
Selesai semua, mereka bubar. Kecuali personil the Arc.
"Mbak Andhara pulang sama siapa?" Tanya Jonan.
"Saya naik ojek online mas."
"Nggak bawa mobil?" Tanya Eru
Andhara menggeleng "saya nggak punya."
Semua yang diruangan terdiam dan menarik nafas dalam. Sudah menjadi rahasia umum kalau Andhara tidak mendapat sepeserpun dari perceraiannya.
"Kalau gitu bareng saya aja. Sekalian nanti saya antar ke butik Azaro. Dia designer yang mendukung acara kita nanti. Mbak juga akan dibuatkan baju sesuai tema kita. Kebetulan tinggal saya yang belum fitting."
"Apa nggak merepotkan mas Eru? Takutnya sudah nggak sempat kalau buat untuk saya lagi."
"Saya sudah janji kok dari kemarin. Lagian dia bilang mbak Andhara sudah pernah buat baju di dia. Jadi mereka punya ukurannya." kali ini Jonan yang menjawab.
Andhara akhirnya mengangguk.
***
Semobil dengan artis dengan nama sebesar Eru mau tidak mau membuat Andhara sedikit tegang. Apalagi karena ia pernah mendengar sepak terjang pria itu dalam hal percintaan. Membuatnya sedikit takut.
Tapi tampilan Eru memang menarik. Ia terlihat matang. Tingginya mungkin mencapai seratus tujuh puluh lima. Dengan berat badan seimbang. Tubuhnya berisi akibat olahraga rutin. Meski tidak terlalu berotot. Ada tatto disepanjang lengannya. Membuat pria itu terlihat macho. Cara dia bicara dan memperlakukan orang disekitarnya jauh berbeda dengan Athalla. Mantan suaminya lebih terlihat bossy dan suka basa basi khas politikus.
Segera Andhara memejamkan matanya. Ia sudah terlalu jauh berpikir. Tidak layak rasanya membandingkan dua pria tersebut. Saat ini ia hanya bekerja. Untuk mencari nafkah. Titik! Masalah lain akan dipikirkannya besok saja.
Sementara Eru yang berada disampingnya ternyata juga tengah menilai Andhara. Menurutnya ia sangat bersahaja. Ramah dan bukan jenis perempuan kegenitan. Malah terlihat, bahwa sebenarnya Andhara cenderung pemalu.
Tak lama mereka sampai di butik perancang papan atas tersebut. Andhara sudah hendak turun saat dilihatnya mobil keluarga mantan suaminya juga parkir disitu. Ia meremas jemarinya. Eru memperhatikan itu.
"Ayo turun."
"Aku boleh disini dulu nggak mas?"
"Kenapa?"
Andhara menatap jejeran mobil di depannya. Semua bermerk dan berwarna dan bernomor polisi sama. Yang membedakan hanya tiga huruf dibelakang angka. Menunjukkan inisial masing masing pemilik. Azaro merupakan perancang langganan keluarga mereka.
"Keluarga mantan mertuaku. Aku takut nanti ada masalah didalam."
Melihat kekikukan Andhara, Eru merasa tidak bisa memaksa. Lagi pula ini adalah proyek rahasia. Ia juga takut kalau nantinya terjadi keributan atau apalah itu di dalam sana. Akan memicu perhatian orang. Akhirnya ia menghidupkan mesin dan berniat membiarkan Andhara sendirian di dalam.
Saat Eru turun dari mobil, benar saja, dari dalam keluarlah para anggota keluarga Athalla berikut pria yang menjadi mantan suami Andhara. Eru menyapa Athalla terlebih dahulu . Mereka bersalaman dan bertukar kabar. Dan dari situ ia mendapat berita mengejutkan. Bahwa Athalla akan menikah dengan Maura dalam waktu dekat. Pesta akan diselenggarakan di Bali. Dan secara pribadi pria itu mengundang Eru.
Eru menyalami Maura sesaat. Perempuan muda itu sangat cantik bak boneka barbie. Akhirnya ia pamit kedalam. Sementara Andhara hanya tersenyum kecut dimobil. Melihat Athalla sudah menemukan penggantinya. Sementara ia harus tertatih tatih dalam menjalani hidupnya yang terus berjalan. Tidak ada waktu memikirkan sakit hati terhadap masa lalu. Tapi melihat sendiri pemandangan di depan matanya itu. Rasa sakit kembali menerpa Andhara.
Selepas mobil keluarga Athalla pergi, barulah Eru kembali ke mobil dan mengajaknya masuk. Di dalam sana beberapa asisten Azaro yang mengenalnya memberikan salam hormat. Seperti biasa Andhara membalas dengan anggukan ramah. Ia pribadi tidak akan pernah menginjak butik ini lagi. Kalau bukan karena diajak Eru. Karena tidak akan mampu membeli pakaian termurah sekalipun disini.
Azaro memperlakukannya seperti biasa. Ramah dan hangat. Sehingga Andhara merasa nyaman. Ia hanya meminta diperbaiki dibeberapa bagian. Terutama bagian leher yang menurut Andhara terlalu turun. Ia tidak suka payudaranya terekspos. Eru memandangi dengan seksama dari sofa. Ia seperti menemukan perempuan yang berbeda. Cantik, cerdas dan berselera tinggi. Tidak mengumbar tubuh dan yang penting, berkelas!
Dulu ia hanya melihat Andhara sebagai bagian dari Athalla. Entah karena Andhara sudah terbiasa menjadi bayangan bagi Athalla dulu. Sehingga sinarnya tampak meredup. Andhara tidak pernah terlihat menjadi dirinya sendiri. Dan sekarang ini, barulah Eru menyadari bahwa ada sebongkah berlian yang belum diasah tengah berdiri dihadapannya.
***
Happy reading
Maaf untuk typo
14 feb 2019
❤❤❤happy valentine buat yang merayakan❤❤❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top