Unggah-unggahi
Hampir setiap hari, rumah Mbok Randha Dhadhapan tidak pernah sepi. Para gadis-gadis datang ke sana untuk bertemu dengan Ande-ande Lumut dan berharap bisa menjadi istrinya.
Kini, Ande-ande Lumut bahkan tidak bisa kemana-mana dan membantu pekerjaan Mbok Randha untuk sekedar mencari kayu bakar atau membenarkan rumah, dia hanya bersembunyi di biliknya yang berada di atas.
Belum lagi keributan dari beberapa pemuda desa yang merasa cemburu dengan kedatangannya, dia tidak mau mencari huru-hara dengan menerima tantangan dari pemuda-pemuda itu, karena jika mau melawan bisa saja para pemuda itu akan tewas di tangannya. Dan lagi, warga desa sebenarnya adalah rakyatnya sendiri karena sejatinya dia adalah Raden Panji Asmarabangun--- calon raja mereka.
Hatinya pun semakin sedih saat memikirkan Dewi Sekartaji, kerinduan tak tertahan untuk bertemu, membuatnya gundah. Meski begitu dia tetap yakin akan bertemu dengan pujaan hatinya di sini. Tapi bagaimanapun, Ande-ande Lumut tetap menunggu takdir, manusia boleh berencana, tapi Yang Maha Kuasa yang menentukan.
Ketiga Klenting telah sampai di depan rumah Mbok Randha Dhadhapan. Mereka menemui wanita tua itu dan menceritakan maksud kedatangan mereka.
"Nduk, cah ayu-ayu. Sudah banyak wanita kesini dengan tujuan yang sama, tapi anakku menolak mereka semua. Apa kalian yakin mau meneruskan niat kalian?"
"Iya, mbok. Kami puteri dari orang kaya, jika putera anda menerima kami, maka kalian tidak usah lagi mencari kayu bakar."
Mbok Randha melirik dan tersemyum, sebenarnya dia tidak terlalu suka dengan kata-kata para Klenting itu namun dia tetap menjaga tata krama.
Mbok Randha lalu membawa Klenting Abang ke bawah bilik Ande-ande Lumut dan tanpa sopan santun, Klenting Abang berusaha menaiki tangga untuk menuju ke atas namun di cegah oleh Mbok Randha.
Mbok Randha lalu berbicara pada Ande-ande Lumut dari bawah, "Puteraku, Ande-ande Lumut. Ada puteri cantik yang ingin menemui dan memintamu mempersuntingnya. Wajahnya sangat cantik, Klenting Abang namanya."
Wajah Klenting Abang terlihat sumringah dengan kata-kata Mbok Randha, dia yakin Ande-ande Lumut akan menerimanya.
Tak lama, Ande-ande Lumut melongokkan kepalanya dari bilik, terlihatlah wajah tampannya oleh Kenting Abang yang membuatnya semakin terpesona.
"Duh, ibu. Aku tidak mau, aku tidak mau turun. Meski cantik dia sudah digagahi oleh Yuyu Kangkang." wajah Ande-ande Lumut kembali menghilang ke balik bilik.
Klenting Abang terkejut dan hanya melongo, dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh pria tadi. Sementara Mbok Randha tersenyum dan menuntun keluar Klenting Abang yang masih kebingungan.
...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top