Tepang ing Rasa

Klenting Kuning berdiri di bawah bilik Ande-ande Lumut, meski kali ini berwajah buruk namun Mbok Randha Dhadhapan tetap memperlakukannya seperti wanita yang lain. Klenting Kuning terus menunduk tanpa berani mendongak ke atas.

"Puteraku Ande-ande Lumut, turunlah ada puteri yang ingin menemui. Puterinya wajahnya tidak begitu cantik, buruk dan kotor, Klenting Kuning namanya."

Klenting Kuning terus menunduk, dia bersyukur dengan kata-kata Mbok Randha dan berharap Ande-ande Lumut menolaknya.

Ande-ande Lumut melongokkan kepalanya ke bawah, dilihatnya seorang wanita yang berpakaian lusuh dengan rambut acak-acakan namun wajahnya tidak terlihat, hanya terlihat keningnya yang kotor penuh lumpur.

Wajah Ande-ande Lumut sumringah, senyum terukir di wajahnya.

"Harum ini, aku tidak pernah bisa melupakan ganda arum ini."

"Bagaimana, Puteraku?"

"Ya, ibu. Aku mau, aku akan segera turun. Dialah yang aku mau."

Klenting Kuning terkejut, bukan dengan jawaban Ande-ande Lumut, namun suaranya yang tidak asing di telinganya. Klenting Kuning pun mendongakkan wajahnya, terlihat rupa bagus yang selama ini selalu terbayang di benaknya.

Mbok Randha Dhadhapan terlihat kebingungan saat sepasang muda-mudi itu saling mendatangi dan berpegangan tangan.

"Duh, puteraku. Kau menolak setiap wanita cantik yang datang menemuimu tetapi menyambut puteri yang berwajah ala ini."

"Inggih, ibu. Puteri cantik ini lah yang aku mau."

Ande-ande Lumut menyuruh Klenting Kuning membersihkan wajahnya dengan air kendi, dan terlihatlah wajah cantik Klenting Kuning membuat Mbok Randha Dhadhapan senang bukan main.

Mereka berdua pun bercerita siapa sejatinya mereka, Mbok Randha yang terkejut segera berlutut namun Raden Panji dan Sekartaji melarang dan membantunya berdiri.

"Duh, ibu. Tidaklah pantas seorang ibu bersujud di hadapan putera-puterinya." kata Raden Panji Asmarabangun.

Mbok Randha Dhadhapan menangis haru dan memeluk mereka berdua, lalu dia mengajak Sekartaji ke dalam untuk membersihkan diri.

"Berdandanlah yang cantik, Dewi. Lalu kita kembali ke istana."

"Tapi, Raden. Saya takut jika di istana nanti saya tidak selamat."

"Ucapan adalah doa, maka ucapkanlah hal yang baik. Tidak akan terjadi sesuatu di sana, wong ayu."

...

Ganda arum : aroma harum.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top