- c h a p t e r t w e n t y o n e
“A human is terrible. Worse than the devil when the greed possessed him.”
.
.
.
“PARK TAEHYUNG!”
“Kak Taehyung!”
Suara-suara berbisik konstan memanggil namanya samar-samar terdengar. Perlahan sang empu menyingkapkan kelopak matanya dan mendapati dua wajah familier. Ia lekas terbangun mengumpulkan nyawanya. Tampak Dalmi dan Kai diikat pada pilar yang berhadapan dengannya. Begitu pun tubuhnya diikat kencang pada pilar penyangga.
Ia mengedarkan pandangannya, ruangan di mana mereka berada tampak kumuh dengan tembok beton yang tidak dicat. Senyuman kecut tercanang di wajahnya begitu menyadari lorong yang mereka masuki tadi justru memang satu lantai dengan ruangan ini. Dalam artian, mereka benar-benar langsung masuk ke kandang. Ingin menyalahkan Dalmi, tetapi tampaknya ia pun tidak tahu. Namun jika berasumsi bahwa memang ini rencana Dalmi jauh-jauh hari, di mana ia mengelabui Taehyung dengan karangan ceritanya dan akhirnya balas dendam atas kematian Ahn Bok-Il bisa saja masuk akal. Dan, ia di sini terikat pun adalah salah satu sandiwaranya. Bisa saja begitu jika Taehyung benar-benar curiga. Jika itu benar, maka selama ini ia sudah jatuh dalam tipu muslihatnya sampai ia percaya.
Namun, begitu terdengar tawa membahana dari arah belakang dan menemukan satu entitas paling menyebalkan berjalan beriringan dengan salah satu entitas yang membuatnya terkejut bukan main, asumsi kecurigaan akan Dalmi enyah. Ia menatap nyalang dan tidak percaya akan eksistensinya bersama Seonggeun.
“Kenapa, Dante? Kau terkejut? Berterimakasihlah pada sahabatmu ini karena telah mengantarkanmu padaku,” ucap Seonggeun seraya menepuk bahu Jungkook.
Ya, sahabatnya selama ini berdiri tepat di samping musuhnya sendiri, yang tak lain ia mengkhianatinya. Betapa lucunya skenario yang dibuat oleh Jungkook untuknya, rencana penyerangan diam-diam ini sebagian besar adalah ide keparat pengkhianat itu. Apa mungkin rencana balas dendam dengan membunuh Ahn Dalmi juga adalah jebakannya juga?
Manik jelaga Taehyung membelalak masih tidak percaya dengan kebenaran di hadapannya kini. Bukannya ia perhitungan, tetapi hubungan persahabatan yang dibangun selama ini apa artinya? Sia-sia. Sampah.
Jungkook melangkahkan tungkainya mendekati Taehyung yang terikat dan tengah menatapnya tajam, sedangkan ia sendiri tersenyum kemenangan atas rencana yang disusunnya selama ini. Sementara itu, Dalmi berdecih muak. Benar, ia tidak pernah salah menilai orang jika Jungkook tidak dapat dipercaya. Dalmi tidak habis pikir bagaimana bisa Taehyung tidak menyadari si pengkhianat itu semasa mereka bersama dulu. Apa ia begitu bodoh dan percaya begitu saja? Dikira seorang Dante itu cerdas, ternyata nol besar.
BUK!
Sebuah pukulan mengenai rahang Taehyung begitu keras. Kemudian, pukulan itu bertubi-tubi dilayangkan pada rahang, hidung, dan pelipis. Semua orang yang hanya diam menikmati sebuah pertunjukkan seru yang berjudul 'Pengkhianatan Seorang Sahabat'. Pengecualian untuk Kai yang berteriak histeris memanggil Taehyung sembari memberontak melepaskan diri, sedangkan Dalmi sibuk berusaha memotong tali yang mengikat lengannya ke belakang menggunakan serpihan kaca yang ia temukan secara kebetulan. Ia akui di tengah kemelut seperti ini, ia cukup beruntung.
“Apa maumu, Kim Jungkook?” tanya Taehyung pelan karena kondisinya sudah kacau. Wajahnya sudah babak belur tidak berupa.
Jungkook menyeringai. “Tidak ada. Hanya ingin.”
“Beritahu padaku apa alasanmu sebenarnya mengkhianatiku, bajingan!”
Si pengkhianat Kim itu berdiri dari jongkoknya, berjalan-jalan di sekitar Taehyung. Ia melihat ke bawah di mana Taehyung terduduk, sedangkan ia sendiri berdiri rasanya menyenangkan. Ia senang berada di atas Taehyung sekarang, bukan lagi dirinya yang selalu berada di bawah.
“Kau ingin kekuasaan? Kau ingin Grave Moon? Silakan, asal lepaskan Dalmi dan Kai.”
Jungkook menggeleng. “Tidak. Aku hanya ingin kau mati. Aku tidak ingin Grave Moon. Terlalu rendah. Aku lebih ingin berada di atas bersama Ketua.”
Ketua?
Semua orang di sana tampak kebingungan siapa yang disebut 'Ketua', termasuk Seonggeun, tetapi tetap menyaksikan pertunjukkan yang semakin menarik. Mereka menunggu pertunjukan apa lagi yang akan membuat mereka semua terpana. Jika panggilan Ketua yang disebutkan Jungkook, itu berarti si pengkhianat itu memang benar-benar seorang pengkhianat yang berada di bawah telunjuk seseorang juga.
Kini Jungkook mendekati Kai, sebilah pisau pun sudah mencumbu rahang tegasnya. Manik jelaga Taehyung menyalang dan bagai seekor anjing ia menyalak, “Keparat sialan, jauhkan itu dari adikku!”
“Adik? Bukankah kau hanya punya satu adik, yaitu Park Yeonjun? Yang sudah mati mengenaskan seperti ….” kalimat Jungkook menggantung. “… ini!” sambungnya bersamaan dengan secepat kilat ia menusuk dada kiri Kai, mengoyaknya di sana, dan mencabutnya.
Gila. Dia benar-benar gila. Bahkan, Seonggeun saja memalingkan wajahnya dari pemandangan mengerikan. Dia tidak ikut campur dalam urusan ini, ia hanya berurusan dengan Taehyung. Bahkan, ia tidak berniat membunuh Kai, tetapi dengan kejinya Jungkook membunuhnya.
Dalmi dan Taehyung berteriak histeris mereka berdua sama-sama berontak berusaha melepaskan diri melihat Kai sudah tak sadarkan diri akibat pendarahan hebat. “Dasar pembunuh!”
Jungkook terkekeh sinis. “Kau lupa jika kau juga seorang pembunuh bayaran, Dante?”
“Cepat selesaikan, jangan mengotori tempatku ini. Kau bilang akan membereskannya sebelum ketua gangster dari Jepang itu datang,” Seonggeun berteriak.
“Ah, aku lupa. Ada satu cerita menarik. Orang yang menyuruh untuk membunuh adikmu bukan Seonggeun,” jelas Jungkook dengan liciknya menatap Taehyung. Dalmi yang melihatnya sembari sibuk memotong tali pun mual dan ingin muntah di tempat melihat seorang pengkhianat yang lebih menjijikkan daripada kotoran. Jungkook pun kini menoleh pada Seonggeun yang menatapnya terkejut, bola mata putihnya pun sudah memerah menahan amarah mendengar kebenaran yang terlontar. Tentu saja marah, siapa pula yang mau dituduh membunuh padahal tidak melakukannya? “dan, orang yang membunuh Ketua Ahn Bok-Il bukan dari pihak Grave Moon, tapi kami, Black Shadow.”
Seonggeun hendak maju menyerang Jungkook, tetapi terhenti oleh moncong pistol yang diarahkan ke arahnya. Jujur, Seonggeun itu takut mati, makanya ia segera mundur. Simultan dengan kejadian itu, pintu terbuka mendatangkan entitas pria degan wajah oriental khas orang Asia Timur. Jungkook lekas membungkuk dan memberi salam hormat. Aura pria berpakaian necis yang baru saja datang sangatlah kelam, melihat sorot matanya saja membuat bulu kuduk merinding.
“Salam Ketua!”
Ternyata, ia adalah sosok ketua Black Shadow yang disebutkan Jungkook tadi. Dalmi tidak menyangka jika ia akhirnya mengetahui sosok ketua Black Shadow yang misterius, dan bahkan mendapatkan salah satu anggota yang ternyata bersembunyi di Grave Moon. Ironisnya, ia adalah tangan kanan Taehyung. Mengerikan. Manusia memang makhluk yang mengerikan.
“Bangun!” ucapnya lugas.
Begitu Jungkook mengangkat kepalanya, suara tembakan terdengar cadas memekakkan telinga. Begitu pelatuk pistol ditarik, peluru menembus tepat di tengah-tengah dahi Jungkook. Otomatis, pemuda Kim itu jatuh ke belakang dan berakhir mati di tempat.
Ternyata, sosok paling gila telah datang. Tidak, bahkan ia adalah seorang psikopat. Semakin terlihat seperti seorang psikopat saja ketika sudah membunuh, ia tertawa terbahak-bahak.
Seonggeun perlahan-lahan mundur, mendekati adiknya yang terikat. Sementara itu, Taehyung dengan susah payah menelan saliva, ketakutan juga. Jujur, ini pertama kalinya ia merasa takut mati. Apakah seperti ini yang dirasakan oleh para korban pembunuhannya dulu ketika nyawa terancam?
“Aku tidak perlu dia lagi,” ujarnya enteng. Ia menoleh ke setiap ketua gangster dari Gangbuk dan Gangseo. “Yang kubutuhkan adalah kalian. Ah, bukan, lebih tepatnya aku butuh Grave Moon dan Rising Sun.”
Baik Taehyung dan Seonggeun mengernyitkan dahi kebingungan dengan ucapan pria itu. Apa maksudnya setelah Black Shadow mengadu domba Grave Moon dan Rising Sun, kini ia membutuhkan mereka?
“Ah, kau merasa tidak nyaman, ya, Ketua Park? Baiklah, tolong bukakan ikatan talinya.”
“Apa maumu? Apa dengan mengadu domba kami sebenarnya kau ingin Grave Moon dan Rising Sun menjadi bawahanmu?” tanya Taehyung tanpa basa-basi begitu ikatan talinya dilepas.
Pria tanpa nama itu tersenyum puas dengan ucapan Taehyung. “Bingo! Kau cerdas, Ketua Park atau kupanggil Dante saja? Sepertinya akan mudah bekerja sama denganmu karena kita satu pikiran.”
Seonggeun mengenyahkan ketakutannya, ia menyerang pria tanpa nama itu, tetapi dengan cepat ditangkasnya.
“Aku tidak sudi Rising Sun menjadi bawahanmu, sialan! Itu sama saja menjual ayahku padamu.”
Namun, Seonggeun kembali bungkam ketika moncong pistol diarahkan tepat ke arahnya. “Jangan banyak bicara sebelum kau bisa bungkam untuk selamanya. Padahal aku sudah menyelamatkan nyawa kalian dengan menghabisi cecunguk gangster Jepang itu.”
Ahn Seonggeun masihlah kakak kandungnya, Dalmi yang berhasil memotong tali ikatannya, menyerang ketua Black Shadow. Semuanya terkejut dan berakhir menjadi pertarungan. Mau tak mau Seonggeun dan Taehyung pun membuat aliansi dadakan demi kelompok masing-masing.
Disangka anggota Black Shadow sebanyak yang mereka kira, ternyata anggotanya tidak sampai setengah anggota Grave Moon, apalagi Rising Sun. Namun, mereka adalah orang-orang yang beringas dan pandai berkelahi. Taehyung dengan kondisi kacaunya sudah kewalahan, bahkan ia terkena pukulan dan sayatan pisau di sana-sini.
Sementara Seonggeun yang menghadapi ketua Black Shadow, mereka bergulat untuk memperebutkan pistol yang terjatuh saat serangan tiba-tiba dari Dalmi. Memang serangan Seonggeun tadi bisa ditangkas, tetapi tampaknya ternyata kekuatan Seonggeun dan ketua Black Shadow setara. Agaknya memang pantas untuk mereka berduel. Tatkala ketua Black Shadow akhirnya mendapatkan pistolnya yang tergeletak di lantai, Seonggeun pun berhasil menginjak lengannya. Namun, ketua Black Shadow lebih cekatan dengan menarik pergelangan kaki Seonggeun sampai ia jatuh terjerembab. Pada saat yang bersamaan pula, moncong pistol di arahkan ke hadapan Seonggeun dan pelatuk pun ditarik.
DOR!
Suara tembakan untuk ketiga kalinya memekakkan telinga di ruang bawah tanah kasino Rising Sun. Namun, Seonggeun baik-baik saja karena peluru itu melesat ke kepala belakang Dalmi ketika ia hendak melindungi kakaknya. Gerakan spontan dari kasih sayang seorang adik pada sang kakak, membuatnya rela mengorbankan diri.
“ANNIE!”
Baik Taehyung dan Seonggeun berteriak memanggil Dalmi dengan nama kecilnya berbarengan. Tangisan Seonggeun meraung hebat seraya mendekap sang adik dan memegang bagian kepalanya yang bersimbah darah. Saat kejadian itu berlangsung pula, suara sirene polisi terdengar nyaring. Black Shadow mundur dan melarikan diri sebelum tertangkap polisi yang tidak biasanya mau ikut campur. Sedangkan Seonggeun dan Taehyung masih berada di sana bersama Dalmi yang tampaknya sudah tidak kuat menahan sakit. Kelopak matanya saja sudah hampir mengatup, tetapi ia susah payah ingin bicara.
“Kak, relakanlah aku. Ini adalah tebusan aku sebagai adik yang nakal.”
“Tidak, Annie! Tidak. Kau adik yang baik.”
Lalu, Dalmi melirik ke arah Taehyung yang tidak jauh berbeda wajahnya jelek seperti Seonggeun ketika menangis. Bisa-bisanya pula Dalmi mengulas senyum kecil dan tangannya masih mampu meraih rahang tegas Taehyung. “Dante, sudah kubilang bukan jika hidupku tidak lama lagi? Sampai jumpa, semuanya.”[]
—F I N—
—140122, ara
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top