- c h a p t e r n i n e t e e n

“Do you wanna have a ramyeon?”

.
.
.

DIBAWANYA Kai ke Seoul oleh aliansi Seonggeun dan gangster dari Jepang, betapa malangnya ia menjadi tawanan mereka. Selalu saja orang tidak bersalah dilibatkan dalam kekacauan ini, ada yang hanya dijadikan ancaman menakut-nakuti saja atau bahkan lebih kejam benar-benar disiksa. Taehyung dan Dalmi tahu jika dulu Seonggeun tidak akan sampai menyiksa orang tidak bersalah, tetapi kini mereka skeptis jika ia tidak akan melakukan itu. Terlebih lagi, ia bersekutu dengan para keparat gangster Jepang yang terkenal tidak pandang bulu. Kematian Paman Jung bisa saja memiliki alasan karena Seonggeun masih mempercayai jika beliau adalah pelaku pembunuhan Ahn Bok-Il.

Secepat yang mereka bisa setelah mengurus pemakaman Paman Jung secara mandiri, mereka menyusul Kai ke Seoul. Entah ia berada di distrik mana, entah dibawa ke Gangseo, atau bisa saja ke wilayah lainnya. Kemungkinan besar pasti dibawa ke markas Rising Sun. Alih-alih melakukan penerbangan—memiliki risiko jika mereka sudah dikepung di bandara oleh mata-mata—mereka memilih jalur darat meski memakan waktu yang cukup lama dibandingkan jalur udara.

Butuh waktu sekitar kurang lebih empat jam untuk mencapai Kota Seoul dengan kecepatan normal dan terkadang cepat, dan selama itu pun mereka tidak bicara. Sesampainya di sana, mereka disambut oleh Jungkook yang menunggunya di salah satu apartemen milik Taehyung yang biasa ia jadikan tempat persembunyian. Tidak ada yang tahu tempat itu selain Jungkook dan Yeonjun. Meski tampak seperti apartemen biasa, tetapi justru tempat seperti itu lah tempat teraman untuk persembunyian alih-alih apartemen mewah.

Begitu masuk ke dalam apartemen, terbilang bersih dan rapi untuk seukuran tempat tinggal yang sering ditinggalkan dan hanya dijadikan sebagai tempat singgah untuk bersembunyi sementara saja. Mungkin Taehyung menyuruh seseorang untuk merawat apartemen, misalnya bibi tetangganya yang menyapa mereka dengan ramah tadi. Tampak sosok Taehyung dikenal baik di lingkungan apartemen berlantai empat ini.

“Kak, apa perjalananmu menyenangkan?” kelakar Jungkook mencoba mencairkan suasana rikuh di antara ketiganya.

“Pantatmu menyenangkan. Rasanya tubuhku sudah patah-patah, sialan!” Taehyung lekas membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa kaleng soda dari dalam sana. Ia sodorkan pada Dalmi yang sudah duduk canggung di sofa ruang tengah. Tanpa sengaja Taehyung menangkap gelagat tidak nyaman dari Dalmi, ke mana sorot matanya ketika meminum sekaleng soda pun tanpa ragu. Bukan ragu ia diracuni, tetapi ia tampak diperhatikan intens oleh seseorang. Dan, itu adalah perbuatan Jungkook. Akhirnya, Taehyung menyadari itu. Jungkook tampak memandang tidak suka ke arahnya.

“Dalmi, kau bisa gunakan kamarku untuk tidur malam ini. Di dalam sana juga ada kamar mandi, pastikan saat tidur dan mau mandi pun jangan lupa kunci pintu. Kita tidak tahu apa yang akan kita perbuat padamu nanti.”

Tentu saja itu hanya kelakarnya juga, anggap saja begitu. Namun, lain halnya dengan Jungkook.

“Taehyung, apa Kai akan baik-baik saja?” tanyanya begitu cemas.

Helaan napas mengembus dari ceruk bibir Taehyung. Sebelum ia menjawab kekhawatiran Dalmi, ucapannya terinterupsi dengan sebuah pamitan. “Kalian beristirahatlah, aku akan tidur di rumah Taehyun.”

“Eh? Siapa dia?”

“Sebenarnya, ia penggemarmu, Kak.”

Taehyung hanya mengernyitkan dahi, lalu memiringkan kepalanya bingung. Ia berusaha mengingat-ingat siapa sosok Taehyun sampai ia akhirnya pun ingat jika pemuda itu adalah petarung sejati periode kali ini. Mungkin memang ia orang yang dapat dipercaya.

Begitu punggung tegap Jungkook raib dari balik daun pintu, mereka kembali fokus pada pembicaraan yang sempat terpotong. “Dengar, aku pun sudah tidak sabar menyelamatkan Kai karena aku tak ingin kejadian seperti yang menimpa Yeonjun terulang, tetapi kita butuh rencana untuk menyelamatkannya jika kita pun ingin selamat. Kita tidak boleh gegabah menyelamatkan Kai begitu saja. Anggotaku saja sebagian besar mereka masih belum pulih karena pertempuran kemarin. Aku tidak mau membahayakan nyawa mereka lagi, begitu pun tidak mau membahayakan nyawamu dan orang-orang di sekitar lainnya.” Tatapan lembut dari Taehyung baru pertama kali ia terima. Dalmi pandai menilai orang dari sekali tatapan saja, ia akhirnya semakin yakin jika Taehyung sebenarnya adalah sosok lembut jika ia tidak terjun ke dalam kekelaman. “Sekarang bersihkan dirimu, lalu istirahat. Jungkook dan aku sudah punya rencana, aku akan memberitahumu besok.”

Usapan lembut pada bahu Dalmi membuatnya terhenyak. Kemudian, punggung Taehyung juga raib dari daun pintu kamar mandi. Dalmi pun hanya tersenyum.

***

Kelopak mata Taehyung sekonyong-konyong menyingkap. Setelah membersihkan diri, ia langsung tertidur di sofa ruang tengah karena rasa pegal mendera akibat menyetir di perjalanan panjang. Netranya menangkap sosok ramping di luar balkon apartemen pada malam hari yang dingin. Pintu kaca balkon pun terbuka, pantas saja ia terbangun karena angin malam yang masuk ke dalam apartemen.

Ia mendekat keluar balkon menemui sosok bersurai panjang yang diikat satu itu. Dalmi, gadis itu tampak menikmati angin dan langit malam sampai-sampai tidak menyadari kehadiran Taehyung. Entah ia memang terlalu larut menikmati ataukah larut dalam kalutnya pikiran.

Namun, perkiraannya salah jika Dalmi tidak menyadari eksistensinya ketika ia sekonyong-konyong berucap, “Sudah lama aku tidak melihat langit Seoul. Tampak sama saja. Aku lebih suka langit di Busan.”

Taehyung ikut menengadah seperti apa yang dilakukan Dalmi. Benar apa katanya, ia pun mengangguk dan berdeham menyetujui. Ia tahu jika itu hanyalah basa-basi saja untuk mengalihkan kalutnya pikiran akan kecemasan pada Kai. Banyak hal yang terjadi hari ini, terutama begitu berat meyakini orang tersayang meninggalkan kita tanpa pamit. Namun, tampaknya bukan itu saja yang membuat air muka gadis itu tampak gusar, tetapi ada hal lain.

Tak perlu bertanya, Dalmi lebih dulu mengutarakan apa jawaban dari pertanyaan yang belum terlontar dari ceruk bibir Taehyung seolah-olah mereka ada kaitan batin.

“Taehyung, apakah Jungkook bisa dipercaya?”

Pertanyaannya sedikit membuatnya tersindir, tetapi dengan tenangnya ia hanya terkekeh. Ia paham mengapa Dalmi begitu curiga padanya melihat bagaimana tatapan intens Jungkook padanya sore hari tadi.

“Tentu saja, dia adalah sahabatku. Tinggal dia saja yang kumiliki saat ini di kehidupanku saat ini. Ditambah Kai dan kau.” Semburat rona merah sekonyong-konyong memoles kedua pipi putih Dalmi. Harap-harap Taehyung tidak menyadarinya di bawah langit malam tanpa penerang selain lampu dari dalam apartemen. “Aku ingin balik bertanya, kenapa kau juga begitu percaya padaku sampai mengikutiku kemari? Padahal bisa saja aku berniat membunuhmu di sini.”

“Kita punya tujuan yang sama untuk menyelamatkan Kai. Lagi pula jika itu benar, aku tidak keberatan mati di tanganmu. Itu lebih baik.”

Lagi-lagi Dalmi berkata demikian, membuat Taehyung tidak bisa berkata apa pun lagi. Padahal entah bagaimana dan sejak kapan ia punya pikiran untuk benar-benar berhenti dari pekerjaan kelamnya dan mengubah Grave Moon bukan menjadi kelompok gangster lagi setelah semua ini usai. Mereka kembali terdiam, saling tengadah menikmati angin dan langit malam.

Taehyung melirik sekilas profil samping Dalmi. Beberapa helai rambutnya yang tidak terikat sempurna menghalangi wajahnya dari samping, tetapi ia masih cantik dengan tatanan ikatan rambutnya yang sedikit berantakan. “Apa kau mau makan ramyeon?”

Dalmi menoleh terkejut atas tawarannya. Sementara itu, Taehyung cepat-cepat mengoreksi dengan nada panik, “Maksudku makan ramyeon sungguhan. Aku lapar dan mau masak ramyeon. Jika kau mau, aku akan memasakkannya untukmu juga.”

“Ah? Oh, sepertinya lezat.”

Entah bagaimana suasana yang sudah canggung sejak tadi semakin canggung saja atas ajakan ambigu Taehyung. Sebab, tawaran ajakan makan ramyeon di Korea Selatan bisa berarti lain. Namun, mereka segera mengentaskan pikiran ambigu itu dengan sibuk memasak dan menyantap ramyeon di tengah malam sembari menikmati angin dan langit malam sebelum mereka beraksi besok.[]

130122, ara

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top