- c h a p t e r f o u r t e e n

“A holder of the key to the first gate of truth.”

.
.
.

SUNYI mencekik suasana kini dirasakan ketika kepulangan ketiga muda-mudi itu kembali ke rumah. Terlebih lagi, di dalam mobil yang terkesan sempit semakin terasa sesak. Begitu sepi dan canggung. Tidak ada kata yang terlontar sepatah kata pun sebab toa berjalan kini tengah tertidur pulas di kursi belakang. Padahal usianya tepat dua puluh tahun, tetapi tampak menggemaskan bagai anak berumur dua tahun.

Perjalanan pulang dari pantai ke kediaman Paman Jung padahal tidak memakan waktu banyak, sekitar lima belas menit saja, tetapi rasanya tengah menempuh perjalanan panjang. Akibat tutur kata Dalmi saat di pantai tadi rasanya seperti sekonyong-konyong terpelanting jauh dari tempat berpijak.

Mobil SUV hitam metalik akhirnya mencapai pekarangan rumah Paman Jung. Itu artinya perjalanan mencekam Taehyung bersama Dalmi usai. Setidaknya lega meski tidak sepenuhnya, masih ada rasa pengap di dada sebab sosok Dalmi yang misterius membuatnya ketar-ketir.

Mereka belum lekas keluar dari mobil seolah-olah masih banyak yang perlu dibicarakan. Taehyung menoleh ke belakang memastikan jika Kai masih terlelap.

“Kau mengenaliku sejauh mana?” tanyanya dengan nada dingin menusuk, tak lupa sorot matanya pun menatap Dalmi tajam.

Hening. Dalmi masih belum membuka suara seolah-olah mencari jawaban yang tepat. Jika Taehyung boleh berasumsi, bisa saja Dalmi sudah lama mengenalnya sebab Grave Moon dan Rising Sun sudah jadi musuh bebuyutan sejak dulu. Taehyung lupa tak berpikir ke sana. Jadi, bisa saja Dalmi selama ini bertindak pura-pura bodoh di hadapannya untuk mengelabuinya, selama itu ia akan mencari tahu motif Taehyung dan tujuan kedatangannya ke Busan. Makanya, ia pun sudah mewanti-wanti.

Namun, yang jadi pertanyaannya, mengapa Dalmi ada di rumah Paman Jung? Dalmi mungkin sudah mengetahu jika beliau adalah seorang mantan tangan kanan ayahnya, ketua Grave Moon sebelumnya. Bukankah berarti Dalmi mengkhianati kakaknya? Atau mungkin Dalmi diberi misi oleh kakaknya untuk mendekati salah satu keluarga Taehyung dan membunuh mereka seperti apa yang akan dilakukan Taehyung saat ini? Atau bahkan, Paman Jung yang berkhianat?

Entahlah, jika berpikir positif, baik Paman Jung maupun Dalmi sudah jauh dari kelompok mereka masing-masing. Yang berarti, mereka sudah tidak peduli dengan tetek-bengek bisnis keluarga.

“Jawab aku, Annie!” bentak Taehyung dengan nama lain dari Dalmi yang biasa dipanggil oleh sosok terdekat saja. Kesabarannya sudah habis menunggu jawaban dari ceruk bibir Dalmi. Nada tingginya membangunkan Kai, gagal sudah Taehyung mendapatkan jawaban darinya. Dia tahu ini semua salah dirinya juga. Jika saja ia bersabar lebih lama dan tidak dilalap emosi, mungkin detik ini juga ia sudah mendapat jawaban dari Dalmi.

“Oh, kita sudah sampai?” tanya Kai dengan suara parau khas orang bangun tidur seraya mengucek mata. “Kalau begitu aku duluan masuk ke rumah, aku mengantuk. Terima kasih, Kak Taehyung.”

Kai lekas keluar dari mobil. Baru beberapa langkah menjauh, ia kembali lagi dan mengetuk kaca mobil di samping pengemudi. Taehyung mau tak mau membuka kaca mobil dan menyiratkan seolah-olah bertanya 'ada apa?' dengan memajukan dagu.

“Kalian belum turun dari mobil?”

“Kami sekarang juga a—”

Dalmi hendak membuka pintu, tetapi Taehyung menahan lengannya. Ia terlanjur dilalap amarah, bahkan cengkeramannya saja terasa kuat sekali. Meski Dalmi seorang perempuan kuat, tetap saja ia seorang perempuan yang tidak seharusnya diperlakukan kasar oleh lelaki.

“Kami masih ada yang perlu dibicarakan. Kau duluan saja, Kai,” kata Taehyung.

Air muka usil Kai yang menyebalkan, ia tunjukkan pada dua sejoli. Tatapannya yang seolah-olah tahu apa yang akan dibicarakan dengan senyuman jahil pun benar-bebar buat mereka kesal sebenarnya. Pasti Kai memikirkan yang tidak-tidak. “Kalian ada hubungan apa, hm? Ya sudah, have fun, aku masuk duluan kalau gitu.” Benar, 'kan? Kai berpikir yang tidak-tidak, jelas salah paham. Namun, Taehyung tidak peduli. Ia hanya perlu jawaban dari Dalmi.

Hendak mereka bicara, Kai kembali lagi. Taehyung sudah hampir kehabisan kesabarannya, tetapi berusaha menahan agar emosinya tidak meluap seperti tadi. “Ada apa lagi, adik sepupu?” tanyanya dengan penekanan di setiap suku kata.

Telunjuk Kai mengarah di tengah hadapan wajah Taehyung, seolah-olah mengancam. “Jangan lama-lama berduaan. Kak Taehyung itu pria normal, 'kan? Tidak ada yang tahu kapan setan akan menggoda kalian. Awas saja kalian berlaku tidak senonoh di dalam mobil. Bukan pria sejati namanya jika merusak seorang gadis.”

“Adik sepupu sialan, aku tidak akan melakukan apapun seperti yang kaupikirkan dengan otak mesummu itu. Kami hanya mau bicara sesuatu hal empat mata. Cepat masuk, bocah mesum!”

Kai akhirnya lekas berlari sebelum pukulan melayang ke kepalanya. Tawanya pun terdengar puas mengusili kakak-kakaknya.

Mereka menunggu beberapa saat memastikan memang punggung Kai sudah lenyap di balik daun pintu. Hening kembali menyelimuti, atmosfer kembali mencekam.

Helaan napas mengudara sebelum Dalmi akhirnya mau bicara. Pandangannya lurus, tidak mau menoleh pada pria di sampingnya, begitu pun Taehyung.

“Bohong dari awal aku tidak mengenalmu. Bohong juga kalau aku tidak tahu sosok Paman Jung sebelumnya. Aku mendekati Paman Jung awalnya memiliki tujuan yang sama sepertimu padaku, balas dendam.”

Taehyung mengerutkan dahi, penjelasannya masih samar, belum jelas apa yang dimaksud. Memang Paman Jung salah apa?

“Terbunuhnya Ahn Bok-Il, ketua Rising Sun sebelumnya yang merupakan ayahku. Rumornya pihak Grave Moon yang menjadi dalang di balik pembunuhan Ayah. Atas perintah Park Taejoon, Jung Taehoon membunuh Ahn Bok-Il, begitu rumor yang beredar. Aku berencana balas dendam pada keluarga Paman Jung sebab ia pelakunya, tetapi kenyataannya tidak begitu. Bukan pihak kalian yang membunuh Ayah. Awalnya kukira Paman Jung berbohong, beliau membantuku mengetahui siapa pelakunya,” jelasnya. Dalmi mengambil napas sebelum melanjutkan cerita panjang. “Aku melihat kejujuran dari mata Paman Jung. Beliau memang tidak bersalah. Namun, Kak Seonggeun tetap saja tidak mau mendengar kebenaran itu.”

Sementara itu, Taehyung yang mendengar penjelasan Dalmi masih tampak mencerna semuanya. Pikirannya kalut. Padahal yang ia tahu jika ayahnya telah membunuh ketua Rising Sun sebelumnya dan semua kekacauan ini berawal dari ulahnya yang serakah. Lantas, siapa semua dalang dari kekacauan selama ini?

“Aku turut berdukacita dengan kematian adikmu. Aku tidak tahu apakah memang benar kakakku pelakunya karena ia pun masih mempercayai jika pihak Grave Moon yang membunuh ayah kami. Bahkan, informanku yang ada di Seoul juga belum tahu kebenarannya. Namun, ia tahu jika cepat atau lambat aku adalah target sebagai balas dendam Grave Moon karena kematian adikmu.”

Setiap tutur kata Dalmi memang terdengar tidak ada unsur kebohongan di dalamnya. Taehyung sangat tahu bagaimana orang yang berbohong dan tidak. Namun, entah mengapa ia sulit mendeteksi kebohongan dari Seonggeun, makanya ia mempercayai jika dalang di balik kematian Yeonjun adalah Ahn Seonggeun.

“Saat pertama kali kau kemari, aku tahu tujuanmu sebenarnya dari matamu yang berkilat penuh amarah ketika menatapku di depan pintu. Kau terlalu mudah untuk kubaca, Dante.”

Lucu sekali, belum setengah jalan dari rencana saja ia sudah gagal. Target sudah mengetahui siapa sosok di balik kedok yang ia pakai. Jujur saja, ia mengakui kehebatan Dalmi. Apa mungkin sebelumnya ia berada di ranah yang sama dengannya?

“Lalu, siapa dalang di balik pembunuhan Tuan Ahn?”

“Black Shadow. Kau perlu tahu, mereka adalah pihak yang selalu mengadu domba Grave Moon dan Rising Sun. Eksistensinya tidak diketahui orang banyak, mereka itu beraksi diam-diam, tidak jauh berbeda dengan mafia. Bisa saja di antara anggota Grave Moon atau Rising Sun ada anggota Black Shadow.”

Taehyung tertawa sarkastik, lalu menatap dalam netra Dalmi yang juga menatapnya seolah-olah memberi keyakinan. “Jadi, sosok dalang pembunuhan adikku juga adalah Black Shadow itu?”

“Entahlah. Aku pun belum tahu. Jika memang dalangnya adalah kakakku, aku juga tidak akan membelanya. Aku pun akan dengan senang hati menjadi targetmu, maka lakukanlah seperti rencana awalmu, Dante. Namun, jangan sampai ketahuan Kai atau Paman Jung. Toh, aku memang berencana mengakhiri hidupku jika bukan karena Kai. Waktuku sudah tidak lama di sini, aku hanya akan menyusahkan orang di sekitarku. Makanya aku lebih senang mengetahui jika Kai dan Paman Jung akan segera pindah ke Amerika. Dengan begitu, aku bisa dengan mudah merelakan kepergianku dari dunia ini.”

Gila, baru pertama kali ada targetnya yang memasrahkan nyawanya untuk diambil. Bukannya Taehyung senang, justru hasrat membunuhnya malah langis begitu saja. Memang benar dugaannya jika Dalmi adalah sosok misterius yang menarik pada awalnya. Bahkan, ternyata sosok gadis Ahn tampak tahu semuanya.

“Tolong, jika aku benar-benar mati di tanganmu, jagalah Kai,” sambungnya seraya mengulas senyum jelita. Untuk pertama kalinya, ia tujukan pada Taehyung.

Tidak, Taehyung harus memikirkan keputusan akan kelanjutan rencananya. Namun, Dalmi adalah sosok pemegang kunci gerbang pertama menuju kebenaran yang akhirnya terkuak.[]

120122, ara

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top