- c h a p t e r f i f t e e n
“Enemy to be friends aliance overthrow the same enemy.”
.
.
.
KEADAAN kelab olahraga—lebih tepatnya markas—Grave Moon sudah porak poranda ketika gangster Jepang sekonyong-konyong menyerang. Padahal baru saja keadaan di sana sudah beres usai diporak-porandakan oleh kelompok gangster Rising Sun beberapa hari yang lalu. Mereka tidak main-main memporak-porandakan markas, lebih beringas dari Rising Sun. Bahkan, tak segan-segan mereka membawa berbagai macam pemukul begitu kedatangannya ke markas. Mulai dari pemukul golf, bisbol, dan alat pemukul berbahan besi dan kayu lainnya. Pertempuran kelompok lagi-lagi terjadi lagi di Gangbuk, mereka sealu bertanya-tanya mengapa pertarungan selalu saja berada di daerah Gangbuk? Lebih tepatnya, mengapa selalu Grave Moon yang diserang lebih dulu? Apakah mereka lemah ataukah justru paling kuat, sehingga yang lain ingin menghancurkan kokohnya pertahanan Grave Moon. Mereka tidak ada yang tahu pasti kebenaran alasan dari penyerangan tersebut disebabkan oleh ketuanya yang banyak berulah tanpa sepengetahuan mereka. Ketua berengsek memang, dikira tindak-tanduknya hanya akan membahyakan dirinya sendiri dan melindungi anggota, pada kenyataannya justru malah menyusahkan yang lain.
Suara baku hantam sudah terdengar tidak asing, bagai tengah memutar lagu favorit di setiap waktu ketika ingin. Bahkan, pihak kepolisian juga agaknya sudah bosan dengan pertikaian para perusuh anggota gangster seperti mereka. Entah mereka tidak mau terlibat ataukah mereka sudah disuap sebelumnya agar tidak boleh ikut campur. Bagi kelompok gangster elit seperti Grave Moon maupun Rising Sun, berurusan dengan kepolisian hanyalah sesuatu hal kecil. Para ketua hanya perlu menggelontorkan uang sepeser saja sudah mampu menutup mulut pekerja sipil penggila uang itu. Terlebih lagi, mendiang Park Taejoon sudah terkenal main di belakang dengan para petinggi kepolisian, bahkan para pejabat tinggi mampu beliau suap selama beliau masih hidup dulu. Alasan itulah mengapa klien Taehyung di bidang pekerjaan kelamnya kebanyakan para pejabat tinggi.
Kembali ke kekacauan di markas Grave Moon, beberapa anggota sudah kewalahan menghadapi kelompok gangster dari Jepang. Mereka hanya terus melawan agar bisa menang dan mempertahankan harga diri. Namun, tampaknya lawan lebih kuat dari mereka. Tato naga yang terukir di kulit mereka cukup terkenal dan akhirnya dapat diketahui mengapa mereka begitu kuat. Para anggota Grave Moon tahu kelompok gangster Jepang yang memiliki tato naga terkenal kuat, tidak bisa dieremehkan. Makanya tidak heran jauh-jauh dari Jepang mereka datang bergerombol dengan mata berapi-api bagai binatang buas ingin memangsa mangsanya.
Anggota Grave Moon sudah banyak menggelepar di lantai, hanya tersisa beberapa anggota tangguh lainnya yang bertahan, termasuk salah anggota Grave Moon yang baru saja dinobatkan menjadi petarung sejati akhir-akhir ini. Lee Taehyun, pemuda itu adalah satunya yang masih bertahan dan kini tengah kewalahan menghadapi lawan. Tidak jauh dari sana, Jungkook yang baru terbangun dari lelapnya tidur dan mendengar kebisingan, segera turun tangan membantu yang lain.
“Kak Jungkook!” teriak Taehyun seraya masih sibuk melawan.
“Kau baik-baik saja? Kenapa tidak beritahu aku?” Begitu pun Jungkook balas berteriak meski akhirnya sama-sama kewalahan.
“Tidak ada waktu. Kak, awas!”
Alasan itulah mengapa ketika bertarung harus tetap fokus jika tidak mau dengan mudahnya lawan mengambil celah untuk melawan. Namun, Jungkook pun adalah petarung sejati yang dengan mudahnya bisa menghindar. Mereka akhirnya sibuk kembali dan benar-benar fokus bertarung untuk melawan musuh melihat keadaan sudah semakin kacau. Anggota Grave Moon sudah banyak yang tumbang. Mustahil mereka akan menang, mereka sudah di ambang kekalahan, kecuali dengan keberuntungan.
Di tengah keributan yang semakin memanas, pintu masuk Grave Moon digebrak terbuka. Di ambang pintu tampak sosok menyebalkan berdiri angkuh di sana bersama beberapa anggota Rising Sun yang lain. Pertarungan terhenti sejenak dengan kedatangan Seonggeun yang tiba-tiba.
“Wah, pemandangan yang ... indah,” sindirnya dengan nada bahagia karena kelompok rivalnya sudah tampak di ambang kekalahan.
“Teman-temanku dari Jepang, ah—maksudku para tamuku yang terhormat, sudikah kalian berhenti untuk sejenak?” Kini Seonggeun berkata yang ditujukan kepada kelompok gangster Jepang lainnya yang tentu saja berbicara menggunakan dengan bahasa Jepang.
Salah satu anggota Jepang yang terlihat sebagai pemimpin penyerangan hari ini berdiri tegak menghadap Seonggeun dengan angkuh dan menatap remeh seperti Seonggeun adalah seonggok sampah masyarakat pecundang. “Sejak kapan kita berteman? Dasar pencuri!”
Seonggeun meski terasa tersindir disebut pencuri, ia hanya tertawa—sarkastik. Dia harus tetap menahan emosinya jika tidak mau nyawa melayang di tangan para anggota gangster Jepang yang bengis dan beringas. Dia harus berbaik hati menerima dirinya dihina. “Wah, santai, Bung! Kita adakan gencatan senjata sebentar. Bukankah kalian mencari Dante, orang yang membunuh Ketua Murasaki?”
“Jangan banyak basa-basi. Apa maumu?”
Manik jelaga Seonggeun kini melirik Jungkook yang tengah menatapnya dengan tatapan ingin membunuh, begitu pun Seonggeun. Kilatan amarah semakin menyorot dari manik jelaganya. Kobaran api yang membara pun tampak semakin membesar di belakang tubuhnya, kentara sekali jika ia sudah dilalap amarah. Sama halnya dengan para kelompok gangster dari Jepang, kini ia tampak seperti binatang buas yang ingin segera memangsa mangsanya.
“Dante, si keparat itu tidak ada di sini,” ucapnya lantang dengan nada marah. Ia melirik, menatap tajam Jungkook yang kini berada dalam kuncian lawannya, tidak bisa bergerak dan sulit untuk berontak, “tidak pula berada di Vladivostok.”
“Lalu, di mana? Bukankah kalian sama saja para bajingan. Jangan saling mencela hahaha ....” Dekah tawa menggelegar dari para anggota gangster Jepang lainnya, menganggap semua itu adalah lelucon di tengah panasnya pertikaian. Tentu saja Seonggeun marah karena ia merasa seperti badut di sebuah pesta ulang tahun tengah membuat lelucon. Namun, Seonggeun masih berusaha menahan amarah agar rencana dari tujuannya tercapai.
“Dia berada di Busan. Alih-alih bersembunyi, ia tengah berencana membunuh adikku yang tengah berada di sana. Tentu saja mana ada seorang kakak yang merelakan adiknya dibunuh seseorang, kan? Pasti sebelum ia merenggut nyawa adikku, maka aku harus lebih dulu merenggut nyawa pembunuhnya.”
Ketua dari kelompok gangster Jepang yang paling banyak bicara tadi tersenyum sinis. Ia pun paham ke mana arah pembicaraan Seonggeun. “Menarik. Jadi, maksudmu karena kita punya target yang sama untuk membunuhnya, kita bentuk aliansi, begitu?”
Seonggeun tersenyum puas. “Ya, kita punya satu tujuan yang sama. Tidak salahnya kita melakukan gencatan senjata dan membentuk aliansi untuk sementara demi memburu seekor bayi singa.”
“Menarik.”[]
—120122, ara
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top