8. Dokter Kurang Waras
Astaga. Akmal tersenyum sendiri setelah kepergian Nayla. Pasti wanita itu sedang kesal karena merasa dipermainkan oleh dirinya. Namun, bukan salahnya saat mengatakan jika Nayla itu cantik. Memang, Nayla sudah cantik sejak jaman SMA dan sampai sekarang malah semakin bertambah cantik.
Jangan pula salahkan hatinya, jika semakin menganggumi sosok Nayla.
Perasaannya tidak bisa dibohongi. Memang, dia ingin sekali melihat Nayla. Pertemuannya beberapa hari yang lalu membuat Akmal sulit untuk melupakan sosok Nayla. Apalagi ditambah saat mengetahui status wanita itu, membuat Akmal semakin yakin jika hatinya tidak salah sasaran.
Empat belas tahun yang lalu, dirinya hanya bisa melihat sosok Nayla dari jauh. Mengaguminya secara diam-diam, tapi tidak dengan sekarang. Kesempatan itu terbuka lebar untuknya.
Akmal sudah bertekad. Perasaannya harus diungkapkan. Kalau dulu, dia tidak berani untuk memulai hubungan atau berkomitmen, maka sekarang berbeda.
Hubungan itu harus dimulai. Dia bukan anak ingusan lagi. Uang dan jabatan sudah dia miliki. Maka, dia juga harus mendapatkan cintanya. Cinta empat belas tahun yang lalu. Cinta pertamanya.
Nayla.
****
Nayla berjalan cepat menuju rumahnya. Cuaca sudah tidak mendukung lagi. Pagi tadi masih begitu panas, tapi sejak dia meninggalkan klinik. Mendung sudah bergelayut, nampaknya langit akan segera menumpahkan airnya ke bumi.
Segera, dia menuju dapur. Meraih gelas dan mengisinya dengan air dari dispenser. Meneguknya hingga tandas.
Menarik napas dalam-dalam. Dia ingin menetralkan emosinya. Sejak, dalam ruangan Dokter Akmal, dirinya seperti dipermainkan. Apalagi, saat mendengar ucapan terakhir dokter berkacamata itu membuat dada Nayla terasa panas.
Ingin rasanya, dia menumpahkan kekesalannya saat itu juga, tapi mengingat tempat itu adalah tempat umum, maka Nayla mengurungkan niatnya. Biar saja, dokter itu merasa senang karena sudah mempermainkannya.
Sebuah notifikasi pesan masuk sedikit mengalihkan pikirannya dari kejadian tadi. Tangannya segera meraih benda pipih tersebut dari dalam tas.
Sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal.
Terima kasih banyak sudah mengantarkan sendiri makan siang saya. Saya suka.
Mata Nayla melotot setelah membaca pesan tersebut.
Sampai di rumah pun, dirinya masih saja diteror. Nayla penasaran, apa sih sebenarnya maunya dokter ini?
Oh, ya sampai lupa dari mana dokter ini mendapatkan nomornya?
Nayla menepuk jidatnya. Astaga, Nayla pikun. Ya jelas saja, dokter itu tahu dengan mudah. Di setiap kotak makannya selalu ada stempel nomor teleponnya. Tentu saja dokter itu mengetahui dari sana.
Capcay-nya enak. Saya suka.
Kembali pesan masuk dari nomor yang sama.
Ya, ampun. Apa profesi dokter di jaman sekarang itu banyak nganggurnya, hingga sempat-sempatnya mengirim pesan untuk seorang tukang masak?
Nayla semakin dibuat heran dengan tingkah laku dokter tersebut. Memang, dulu mereka satu sekolah, tapi dia tidak mengenal Akmal, hingga pertemuan saat reuni itu. Kenapa, sekarang terkesan seperti, mereka adalah teman dekat yang sudah lama tidak bertemu.
Kok pesan saya tidak dibalas?
Lagi. Pesan dari Dokter Akmal.
Nayla mengembuskan napas lelah. Haruskah dia membalas pesan dokter yang SKSD itu? Mereka memang pernah satu sekolah, tapi Nayla tidak mengenal siapa Akmal waktu itu. Dan mereka baru berinteraksi setelah reuni dengan kebetulan-kebetulan yang sering terjadi.
Kamu kesal dengan saya?
Satu lagi pesan masuk dan Nayla hanya membaca tanpa ingin membalasnya. Dia heran, apa dokter itu benar-benar tidak ada pekerjaan yang lebih penting lagi, selain mengiriminya pesan?
Tapi, saya suka. Kamu tambah cantik kalau sedang kesal.
Astaga. Nayla hanya bisa membuka mulutnya lebar. Apakah pekerjaan dokter sekarang itu merayu wanita?
Besok, saya pesan lagi capcay spesial dan kamu yang harus mengantarkan sendiri.
Nayla sudah tidak bisa bersikap masa bodoh lagi. Jarinya dengan lincah membalas pesan dari Akmal.
Maaf, saya besok libur masak!!!
Singkat, jelas disertai tanda seru tiga yang menandakan dia sedang kesal.
"Dasar, Dokter gila!"
Setelah itu, Nayla mematikan jaringan internetnya. Dia ingin istirahat. Badannya sudah sangat lelah, ditambah lagi harus berurusan dengan dokter kurang waras yang sejak tadi mempermainkannya.
Nayla, menarik napas panjang kemudian masuk kamar dan merebahkan diri di ranjang. Dia butuh memejamkan mata dan menidurkan otaknya untuk beberapa saat.
****
Akmal tersenyum sendiri ketika membaca pesan dari Nayla. Akhirnya wanita itu mau membalas pesannya, meskipun disertai dengan tanda seru yang tidak hanya satu.
Hatinya bersorak kegirangan karena telah sukses membuat Nayla semakin kesal.
Akmal yang dulu berbeda dengan Akmal yang sekarang.
Jika, dulu dirinya terkenal sebagai Si kutu buku, maka sekarang berbeda. Dunia kuliah dan kerja membuatnya semakin matang dan dewasa.
Ditambah pengalaman percintaannya yang beberapa kali gagal karena sikapnya yang terlalu kurang peduli juga perhatian, membuat Akmal sedikit berubah. Apalagi, sejak pertemuan dengan Nayla, ada keberanian dalam hatinya untuk lebih mengespresikan perasaannya secara nyata dan terang-terangan.
Naluri lelakinya seperti tertantang untuk lebih mengenal sosok Nayla, dan sampai ingin memiliki wanita itu sepenuhnya. Dia tidak peduli dengan status yang disandang Nayla saat ini. Cintanya tidak memandang status juga masa lalu wanita itu.
Tiba-tiba, Akmal ingat sesuatu. Apa Nayla sudah punya kekasih? Nayla cantik apalagi dengan statusnya saat ini, pasti banyak laki-laki yang mendekati dan mencoba mendapatkan hatinya.
"Apa dia sudah punya pacar?"
Ah, masa bodoh. Seingatnya, saat Irma datang waktu itu, memperkenalkan mereka, dari sikap wanita yang baru melahirkan tersebut, dapat dia tarik kesimpulan bahwa Nayla masih sendiri. Namun, Akmal juga tidak peduli jika mungkin Nayla sedang dekat dengan laki-laki lain. Kalau Sang Pencipta sudah merestui, apa pun bisa terjadi. Kalau sudah jodoh, takkan ke mana meskipun saingannya di mana-mana.
Akmal tersenyum sendiri dengan semua pemikirannya tentang Nayla. Wanita itu telah menjadi candu untuknya. Dia tidak akan menyerah sebelum mendapatkan jawaban akan perasaannya. Dia juga tidak peduli jika harus bersaing dengan laki-laki lain. Yang terpenting sekarang adalah usaha untuk membuktikan pada Nayla. Bukankah setiap wanita butuh bukti bukan hanya janji saja.
Akan tetapi, Nayla sepertinya bukan tipe wanita yang mudah untuk ditaklukkan. Apalagi dengan statusnya sekarang.
Akmal tersenyum simpul. Dia bukan tipe laki-laki yang akan menyerah sebelum mencoba.
Mencoba menaklukan hati seorang Nayla Kumalasari.
****
"Mudah saja untuk memulai sebuah hubungan, yang sulit adalah mempertahankannya."
****
*****
Taklukin hati aku juga dong Dok 😘😘😘😘
Tingkat kebucinan si Dokter makin bertambah aja nih... Jadi pengin anuh... #ups
Masih setia ngikutin si Dokter yang kata Nayla kurang waras nih?
Jangan lupa untuk kasih vote dan komentar yang banyak...
Bakalan aku up cepet kalau kalian juga semangat buat kasih komentarnya.
Salam Bucin
Dokter Akmal
HK, 15 Maret 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top