20. Siapa Tahu Berjodoh?

Pagi-pagi sekali Nayla sudah berdandan sangat rapi. Memakai atasan tunik berwarna tosca dipadukan dengan celana kain berwarna cokelat muda. Namun, ada yang tidak biasa dengan penampilan Nayla sekarang. Rambut sebahunya dibalut oleh pashmina yang selaras dengan warna celananya.

Memang tidak biasa, karena hari ini dia akan menghadiri sebuah pengajian. Ralat, lebih tepatnya menjadi tukang masak sebuah pengajian ibu-ibu komplek.

Seorang kenalan apoteker di rumah sakit yang sering memesan katering pada Nayla, memintanya untuk bantu-bantu di acara pengajian ibunya. Meskipun Nayla sempat menolak, tapi, -Mbak Rahma- memohon-mohon agar mengabulkan permintaannya. Alhasil, dirinya kini tengah berada di sebuah dapur bersama dengan wanita yang Nayla taksir berumur enam puluhan, tapi masih terlihat cantik dan bugar. Mbak Rahma mengatakan jika dirinya masih harus kerja sampai tengah hari sehingga tidak bisa membantu persiapan pengajian ibunya. Jadi, dia sengaja meminta bantuan Nayla.

Sekarang masih pukul sepuluh dan Nayla sudah menguasai dapur milik Ibu Ratih -ibu Mbak Rahma- sejak dua jam yang lalu. Rencananya pengajian akan berlangsung pukul empat sore. Jadi, persiapan harus dilakukan semenjak pagi.

Rencananya menu hari ini adalah ayam bumbu Bali, telur balado, capcay, oseng kentang ati ampela, mie goreng dan juga es buah tak lupa puding lumut yang sudah matang dan sekarang sedang proses pendinginan. Sedangkan untuk jajanan seperti kue dan lainnya itu bukan kewajiban Nayla. Dirinya pun tidak perlu repot-repot untuk belanja ataupun membantu membawa bahan masakan. Karena semuanya sudah dipersiapkan oleh Mbak Rahma.

Sayuran seperti kentang, wortel, kubis, serta bumbu-bumbunya pun sudah selesai dikupas dan diiris. Ada 2 kompor yang kini sedang menyala. Satu untuk merebus telur dan satunya sedang ada proses ungkep ayam supaya lebih lunak dagingnya.

Nayla memang sangat cekatan untuk urusan dapur. Jadi, masakan untuk pengajian hari ini termasuk simpel karena sudah menjadi menu kateringnya setiap hari.

"Mbak Nayla duduk aja dulu sambil minum sembari nunggu ayam dan telurnya mateng," ujar Bu Ratih yang kini sedang menikmati segelas es teh manis buatan Nayla.

"Iya, Bu. Enggak apa-apa, nanti saja belum haus saya," balas Nayla setelah selesai mencuci bumbu yang akan dihaluskan.

"Jangan nolak, orang pengajiannya masih nanti sore, disambi ngeteh juga mateng," desak Bu Ratih.

Mau tak mau akhirnya Nayla duduk di kursi kosong samping Bu Ratih.

Nayla membasahi tenggorokannya dengan beberapa teguk es teh manis yang langsung membuatnya segar. Maklum saja cuaca Sidoarjo sangat panas ditambah sejak tadi dia harus berdiri di depan kompor serta kepalanya yang belum terbiasa dengan hijab.

"Seger 'kan?"

Nayla mengangguk, "Iya, Bu."

"Orang tinggal oseng-oseng aja kok," ujar Bu Ratih santai.

Nayla mengangguk kemudian mengalihkan pandangan ke semua penjuru dapur dan ruang makan yang sejak tadi kurang menjadi perhatiannya. Dapur dan ruang makan menjadi satu. Sebenarnya ada dapur kotor, tapi karena Bu Ratih tidak mau ribet di belakang jadilah dia memasak di dapur yang menyatu dengan ruang makan. Semua furniture di ruangan itu terbuat dari kayu. Sehingga warna cokelat lebih mendominasi.

"Mbak Nayla sudah berkeluarga?" tanya Bu Ratih. Maklumlah sedari Nayla datang hanya perkenalan sederhana kemudian fokus pada bahan masakan.

Nayla menjadi canggung mendapatkan pertanyaan seperti itu. "Dulu pernah, Bu."

Bu Ratih tidak berpikir akan mendapatkan jawaban tersebut. Melihat Nayla yang cantik dan rajin pasti sudah berkeluarga, tapi nyatanya itu hanyalah masa lalu.

"Oh maaf, Ibu nggak tahu, perkiraan Ibu sih sudah."

"Iya, Bu, tidak apa-apa."

"Kalau begitu anaknya berapa?"

Nayla tersenyum canggung sembari menggeleng. "Belum punya, Bu."

"Owalah."

Suasana menjadi hening dan canggung setelah pertanyaan tersebut. Hingga akhirnya Nayla pamit untuk melanjutkan pekerjaannya menghaluskan bumbu-bumbu.

*****

Sekitar pukul tiga sore semua persiapan sudah selesai. Menu yang dimasak oleh Nayla sudah disajikan di dalam wadah aluminium khusus untuk hidangan prasmanan. Jajanan yang dipesan pun sudah datang. Sekarang gilirannya untuk membereskan dapur. Sedangkan Bu Ratih pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri dan bersiap-siap menyambut para tamu.

"Makasih loh, Nay, sudah mau bantu Ibu," ucap Mbak Rahma yang baru tiba sekitar sepuluh menit yang lalu.

"Iya Mbak, sama-sama."

"Nanti jangan pulang dulu ya, ikut pengajian juga."

"Tapi, Mbak...."

"Enggak ada tapi-tapian, Ibu juga pasti enggak ngebolehin kamu pulang kalau acara belum selesai," tegas Rahma.

"Baiklah kalau begitu, Mbak." Dengan berat hati akhirnya Nayla menyetujui permintaan Rahma. Meskipun dia ingin segera pulang. Karena dalam perjanjian, untuk urusan cuci piring dan lainnya itu bukan kewajiban Nayla.

"Mbak tinggal dulu ke kamar Ibu ya," seraya beranjak meninggalkan Nayla sendiri di dapur.

Sepeninggalan Rahma, Nayla berinisiatif untuk mencuci sisa perkakas kotor yang telah digunakan untuk masak.

Seorang laki-laki tiba-tiba muncul dari ruang tengah. Niatnya untuk mengambil air di dispenser. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti ketika melihat perawakan seorang perempuan yang sepertinya dia kenal. Meskipun perempuan tersebut tengah membelakanginya.

Nayla masih belum menyadari jika dirinya sedang ditatap oleh seseorang. Dia masih asik dengan wajan kotor yang kini sedang diusap-usap menggunakan spon.

"Ngapain ngelamun?" ujar Rahma yang sengaja menepuk bahu lelaki tersebut.

"Enggak apa-apa kok, Mbak?"

Jarak antara dispenser dan juga tempat cuci piring memang agak jauh. Jadi, Nayla hanya mendengar samar-samar. Dan dia pun lebih memilih untuk tidak menghiraukan. Bukan urusannya juga.

"Itu siapa?" tanya lelaki tersebut pada Rahma dengan suara yang sengaja dikurangi volumenya.

"Teman Mbak, barusan bantu-bantu Ibu masak," jawab Rahma. "Kamu mandi dulu sana terus temenin Ayah di depan," perintah Rahma.

"Siap komandan."

Rahma pun menghampiri Nayla yang sedang sibuk dengan perkakas kotor. "Nggak usah dicuci, nanti ada tukang cuci yang datang ke sini."

"Nggak apa-apa kok, Mbak, cuma nyuci dikit ini, lagian mata saya sepet lihat barang kotor."

Rahma hanya bisa tersenyum pasrah setelah mendengar perkataan Nayla. 

"Oh ya, Mbak, saya pamit dulu ya."

"Loh kenapa? Kan tadi Mbak sudah suruh untuk ikut pengajian dulu."

"Kenapa kok buru-buru sih?" sahut Ratih yang sudah tiba kembali di dapur. Ibu dari Rahma tersebut telah berganti setelan gamis biru lengkap dengan hijab warna senada.

"Saya baru ingat bahwa besok saya ada pesanan," jawab Nayla dengan sopan tanpa mengurangi rasa hormat pada sang tuan rumah. Padahal yang sebenarnya itu hanyalah akal-akalannya saja agar cepat pulang. Jujur saja dia tidak nyaman dengan pakaian berbau sambal balado yang dia kenakan sekarang dan harus berbaur dengan ibu-ibu yang pastinya dandannya cetar membahana.

"Kamu enggak bohong kan, Nay?" tanya Rahma dengan penuh selidik.

"Benar, Mbak."

"Apa kamu tidak nyaman dengan pakaian kamu sekarang?" selidik Ratih, mata tuanya tidak mudah dibohongi dengan gelagat aneh yang diperlihatkan oleh Nayla.

"Kamu bisa pinjam baju Mbak dulu kalau itu masalahnya," tawar Rahma.

"Tidak usah, Mbak. Saya benar ada pesanan besok, jadi maaf tidak bisa ikut pengajian."

Ratih menghela napas. Sepertinya percuma untuk membujuk Nayla untuk tetap tinggal.

"Yasudah kalau memang begitu adanya." Akhirnya Ratih pun menyerah.

Karena uang jasa sudah ditransfer oleh Rahma, jadi Nayla pun segera pergi setelah sebelumnya memesan ojek online.

"Loh kemana perempuan yang tadi di sini, Mbak?" tanya seorang laki-laki pada Rahma yang masih berada di dapur sednagkan ibunya sudah di depan untuk menyambut para tamu pengajian.

"Sudah pulang."

"Kok pulang?" tanyanya lagi dengan wajah memelas. 

"Memang kenapa?"

"Padahal mau kenalan."

"Hah, kamu mau kenalan?" tanya Rahma dengan wajah sedikit terkejut.

"Iya, siapa tahu berjodoh," ucap laki-laki tersebut yang sebenarnya adalah adik laki-laki Rahma.

Rahma masih menunjukkan wajah melongo setelah ditinggal pergi adiknya. Baru kali ini adiknya secara terang-terangan menunjukkan ketertarikan dengan lawan jenis. Apakah ini tandanya bahwa adiknya akan segera mengkhiri masa lajangnya?


*****

Hallo semua, maaf kalau saya lelet update.  Saya akan tetap berusaha menamatkan cerita ini  di sela-sela waktu kerja yang sangat padat. Terima kasih karena masih menunggu cerita ini.

Happy reading...

HK, 06 juni 2023

Vea Aprilia

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top