13. Kamu Kemana?
Hari demi hari Nayla mulai terbiasa dengan kehadiran Akmal, tapi dia tidak lagi bersikap jutek atau ketus. Nayla lebih bisa untuk membuka diri. Menerima kehadiran Akmal dengan segala sikap konyolnya.
Sejak Akmal merawat dirinya ketika sakit. Dari situlah timbul perasaan yang sudah lama mati. Perasaan diperhatikan dan dikasihi. Wanita 32 tahun itu mulai membuka perasaannya sedikit demi sedikit. Walaupun sekarang Nayla masih menganggap Akmal sebagai seorang teman saja, tidak lebih. Akan tetapi, apa salahnya berteman. Lagipula, Nayla belum benar-benar bisa membuka hatinya.
Setiap pulang praktik, lelaki berkacamata itu pasti akan menyempatkan diri untuk mampir ke rumah Nayla. Dan seperti sudah menjadi kebiasaan, Nayla akan menyiapkan makanan. Meskipun dia selalu berkata, jika makanan tersebut adalah kelebihan dari pesanan orang.
Sudah satu jam berlalu dari jam biasanya Akmal datang. Namun, lelaki itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Nayla seperti sudah hapal jadwal praktik Akmal. Jadi, hari apa dan jam berapa lelaki itu akan datang, Nayla pasti sudah siap.
Nayla menunggu dengan perasaan yang campur aduk. Di satu sisi dia senang jika lelaki menyebalkan itu tidak datang, tapi di sisi lain, dia merasa cemas dan kehilangan. Meskipun Nayla mencoba menutupi perasaannya yang terakhir tersebut. Dia tidak ingin terlalu dini untuk membuka hatinya.
Detik berganti menit dan menit berganti jam. Sudah 2 jam lamanya Nayla menunggu. Bahkan tidak ada satu pesan pun dari Akmal yang masuk ke gawainya.
Nayla mencoba tenang dan mengabaikan perasaan cemasnya. Padahal, hatinya merasa tidak karuan. Sesekali dia mengecek gawainya, siapa tahu ada pesan yang masuk, ternyata nihil. Lelaki itu bak hilang ditelan bumi.
Hingga pukul sepuluh malam Akmal belum juga muncul membuat Nayla memutuskan untuk pergi istirahat. Wanita itu berpikir jika Akmal mungkin sibuk. Lagipula, lelaki itu bukanlah siapa-siapanya untuk apa Nayla terlalu memikirkan. Lebih baik dia pergi tidur karena besok masih harus memasak makanan untuk pelanggannya.
****
Hari ini sudah empat hari, Akmal tidak datang ke rumah Nayla. Dan lelaki berkacamata itu juga tidak mengirimkan pesan ataupun menelepon. Hal tersebut membuat Nayla sedikit berpikiran buruk. Kadang Nayla berpikir jika terjadi sesuatu pada Akmal. Kadang juga dia berpikir, jika lelaki itu sudah lelah menghadapi sikap cuek dan juteknya.
Nayla seperti orang kebingungan. Di satu sisi dia senang sudah tidak diganggu oleh Akmal dan di sisi lain dirinya juga merasa kehilangan.
Tak dapat dipungkiri dibalik sikap konyol dan menyebalkan, Akmal memiliki sisi perhatian dan peduli. Meskipun, perhatian dan kepedulian yang Akmal berikan seringkali diabaikan oleh Nayla.
Nayla juga mengakui jika Akmal adalah lelaki yang ringan tangan, seringkali membantu pekerjaan rumah seperti mencuci piring bekas makannya sendiri. Bahkan jika hari libur, dia sering mengantarkan Nayla ke pasar setelah itu akan membantu untuk menyiapkan masakan hingga membersihkan rumah.
Ya, meskipun Nayla tahu, jika semua itu Akmal lakukan untuk menarik simpati dan perhatiannya. Namun, entah kenapa perasaan Nayla masihlah sekeras batu. Mungkin karena Nayla masih trauma dengan namanya komitmen. Dirinya takut jika lelaki itu hanya manis di awal saja. Nayla terlalu takut untuk memulai sebuah hubungan lagi. Dia juga takut jika Akmal hanya mempermainkan dirinya saja. Biasanya, lelaki akan mati-matian mengejar wanita yang diinginkannya, tapi kemudian ditinggal begitu saja ketika sudah tercapai. Wanita tersebut akan ditinggal begitu saja di saat sedang sayang-sayangnya.
Dan sekarang terbukti, lelaki itu menghilang bak ditelan bumi. Tidak ada kabar atau pesan apa pun. Sudah seperti jelangkung, datang tak diundang terus tiba-tiba menghilang.
***
Sudah seminggu Akmal menghilang, dan Nayla sudah sedikit terbiasa tanpa kehadiran lelaki berkacamata itu. Namun, dia masih penasaran kenapa lelaki itu tiba-tiba menghilang begitu saja. Apakah dirinya berbuat kesalahan hingga membuat dokter itu pergi. Ah, Nayla pusing jika harus memikirkan hal itu terus-menerus.
Hari ini Nayla mendapatkan pesanan di sebuah tempat yang dekat dengan klinik di mana Akmal praktik. Entah angin dari mana tiba-tiba sepeda motor milik Nayla sudah terparkir cantik di halaman klinik tersebut.
Nayla sendiri bingung, apa yang sebenarnya dia pikirkan hingga berhenti di tempat kerja lelaki itu.
Ragu, antara masuk atau tidak. Antara bertanya atau pulang saja. Hingga akhirnya, langkah kakinya sudah berada di depan ruangan yang bertuliskan dokter Akmal Jauhari, SpOG.
Ruangan tersebut tampak sepi. Di bangku tunggu pun tidak ada orang sama sekali.
"Maaf Bu, Dokter Akmal sedang tidak praktik," ucap seorang perawat yang tiba-tiba muncul di dekat Nayla.
"Ah, iya Sus," jawab Nayla dengan gugup.
Perawat itu pun tersenyum kemudian berpamitan.
Nayla menarik napas dalam-dalam kemudian mengembuskan perlahan. Entah setan apa yang merasukinya hingga tiba-tiba dia sudah berdiri di depan ruangan dokter menyebalkan tersebut.
Wanita itu tak ambil pusing lagi setelah mendengar perkataan suster tadi. Dia kemudian berjalan keluar. Sampai di depan Nayla baru ingat, kenapa dirinya tidak bertanya ke mana perginya lelaki tersebut. Ah, sungguh bodoh.
Nayla bimbang, badannya berbalik ingin bertanya, tapi hatinya berkata jangan. Dan pada akhirnya, dia memutuskan untuk pergi saja.
Mengambil motornya kemudian menstarter menuju rumahnya.
****
"Kamu kenapa?" tanya Ayra yang kebetulan sedang mampir ke rumah Nayla.
"Nay?" panggil Ayra lagi karena tidak mendapatkan respon dari pertanyaan yang sebelumnya.
"Eh...."
"Kamu kenapa? Kok kayak ngelamun aja sejak tadi?" Nampak Ayra penasaran dengan sikap Nayla.
Nayla tiba-tiba menunjukkan sebuah senyuman yang bagi Ayra malah terlihat konyol.
"Kamu ketemu mantan suami kamu?"
Nayla menggeleng.
"Lalu?"
"Aku nggak apa-apa," kilah Nayla padahal hatinya kalang kabut memikirkan kepergian Akmal.
"Bohong. Aku bukan orang lain yang bisa dengan mudah kamu bohongi."
Nayla tersenyum lagi dan itu membuat Ayra berdecih.
Ayra memang sahabat terbaik yang dimiliki oleh Nayla. Apa pun masalah yang Nayla alami, Ayra pasti mengetahuinya. Namun, untuk masalah Akmal, Nayla belum pernah cerita satu kali pun. Alasannya, karena nayla tahu bagaimana nanti tanggapan Ayra. Pasti sahabatnya itu akan sangat heboh dan mengorek informasi sampai hal yang paling kecil.
Ayra akan berubah seperti seorang detektif yang sedang mengintrogasi pelaku kriminal. Rasa keingintahuan ibu dua anak itu sangat besar.
"Eh, kamu ingat nggak, sama Akmal?"
Pertanyaan Ayra langsung membuat Nayla tersedak karena saat bersamaan dirinya sedang minum.
"Pelan-pelan dong minumnya, kayak aku mau minta aja."
Nayla masih terbatuk-batuk sedikit.
"Ingat nggak?" tanya Ayra lagi.
Ya jelas Nayla ingat bahkan sampai detik ini. Namun, Nayla tidak mungkin mengatakannya pada Ayra.
"Itu loh, yang semeja pas reuni," jelas Ayra yang mengira kalau Nayla lupa.
Nayla kemudian hanya memberikan sebuah anggukan sebagai balasan.
"Ternyata dia itu seorang dokter."
"Terus?" balas Nayla dengan sikap acuh tak acuh, padahal kenyataannya dia galau.
"Aku kan nganterin adek ipar aku chek kandungan, eh ternyata dokternya dia. Cakep banget kalau...."
"Kapan?"
Belum sempat Ayra melanjutkan kalimatnya sudah dipotong oleh Nayla.
"Minggu yang lalu," jawab Ayra bingung.
Nayla mengembuskan napas panjang. Dia pikir baru beberapa hari ini saja.
"Kamu kenapa sih?" tanya Ayra penasaran. Pasalnya sejak tadi sahabatnya itu terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Enggak apa-apa," kilah Nayla.
"Yakin?" selidik Ayra.
"Yakin."
Ayra menatap lekat wajah sahabatnya.
"Kamu nggak lagi terlibat masalah dengan seseorang kan?"
"Masalah apa?"
"Masalah cinta?" goda Ayra.
"Ngaco kamu tuh."
"Nggak usah dipikirin, kalau jodoh nggak akan ke mana. Tapi saingannya di mana-mana."
Ayra kemudian tertawa membuat Nayla mau tak mau ikut tersenyum. Sahabatnya itu selalu bisa membuat suasana hatinya menjadi lebih baik.
"Ayo belanja," ajak Ayra penuh semangat.
"Ayo." Nayla pun menyambutnya dengan semangat. Lebih baik dirinya pergi untuk mencuci mata daripada terus menerus memikirkan lelaki berkacamata yang tidak ada kabar beritanya.
*****
"Rindu itu datang seperti hujan di musim kemarau."
***
Hallo....
Sebelumnya, saya ucapkan selamat menjalankan ibadah puasa, meskipun terlambat. Dan selamat berbuka puasa.
Masih ada yang nungguin dokter Bucin???
Ah, aku baru saja masuk kerja, jadi belum bisa ngatur jadwal untuk menulis. Jadi maafkan, kalau updatenya lelet.
"Spesial part ini untuk seseorang yang tiba-tiba juga menghilang seperti Akmal. I Miss u so much."
Happy reading...
Vea Aprilia
HK, Jumat, 23 April 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top