Part. 2
"Randy," panggil Cheria seraya membawa semangkuk bakso. Gadis itu menghampiri sahabatnya yang sedang terduduk di meja kantin tempat biasa Cheria, Ella, Randy dan Diko duduk. "Loh, Diko mana, Ran?"
"Biasa ngajar anak badmin," balas Randy seraya mengambil mangkuk bakso milik Cheria dan membantu meletakkan di meja.
"Ran, es jeruk gue mana?" tanya Ella pada sepupunya itu. "Lo nggak lupa, kan?"
Randy menyahut, "kaga, Ella. Nggak percaya banget sama sepupu sendiri."
Ella mendecak kesal sambil melemparkan tatapan datar pada Randy. "Lo kan sering lupa."
"Kaga, Ella." Randy beralih pada Cheria yang duduk berhadapan dengannya. "Cheria, lo nggak lagi makan permen karet, kan?" tanya Randy dengan tatapan datar.
Cheria tidak menjawab dia hanya menggeleng kecil. Padahal dirinya sudah menyembunyikan permen karet di bawah lidahnya, tetapi sahabatnya ini sudah tahu.
"Cheria." Randy mengulurkan tangannya. "Buang permen karetnya Cheria sini."
Cheria mempoutkan bibirnya, lalu dia mengambil tisu dan membuang permen karet itu di sana. Kemudian diberikan pada Randy.
Randy menghela napas. "Kayanya kali ini gue mesti lapor ke Bunda lo."
Cheria memegang lengan Randy. "Jangan, dong, my buddy. Nanti gue nggak dikasi uang jajan lagi."
"Padahal cuma tiga hari, tapi lo nggak bisa puasa permen karet," jawab Randy.
Cheria menunduk sedikit membuat Ella terkekeh. Interaksi Cheria dan Randy begitu lucu. Entah kapan mereka mengikat hubungan. Padahal mereka berdua cocok, tapi Cheria hanya menganggap seorang sahabat.
"Maaf, my buddy," ujar Cheria seraya mengangkat wajahnya dan mendapatkan jawaban berupa anggukan dari Randy. "Btw, Randy gue ada berita gembira. Pokoknya gembira untuk kita semua, deh."
Randy mengernyit. "Apaan?"
"Cheria, lagi seneng banget, tuh, Ran. Katanya dia ketemu cinta sejatinya," sahut Ella sebelum memakan bakso. "Tokoh favoritnya keluar dari webcomic."
"Maksudnya gimana?" balas Randy.
Cheria mengangguk cepat dengan senyuman yang lebar. "Bener, cowo itu ada di kelas gue, Ran. Dia murid pindahan dari Jakarta." Gadis berambut pendek itu menarik-narik tangan Randy. "Nanti kalo ada orangnya gue kasi tau, deh."
Randy menatap gadis itu tidak percaya. "Cher, mendingan lo makan dulu," ujarnya menggeser mangkok bakso milik gadis itu.
Cheria menarik napas, mengepalkan tangannya bersemangat. "Gue bakal buat cowok itu suka sama gue, Ran. Gue yakin, dia pasti tokoh webcomic yang Tuhan kirim buat gue." Gadis itu tersenyum seraya tangan yang menopang dagunya. "Dia ganteng banget, kaya bukan manusia."
Randy memajukan tubuhnya, lalu menempelkan telapak tangannya tepat didahi Cheria. "Cher, kita mesti ke UKS." Kemudian kembali terduduk. "Mana ada gambar bisa keluar dari webcomic, Cheria."
"Randy, lo anggap gue temen, kan?" tanya Cheria memegang tangan Randy. "Bantuin gue, ya? Plis."
"Bantu apa?" tanya Randy.
"Bantuin gue deketin cowok itu, ya?" pinta Cheria.
Sontak Randy terkejut dengan permintaan Cheria. Biasanya gadis itu memintanya untuk membantu menjauh dari laki-laki yang menyukainya. Namun, kali ini malah berbalik. Dia penasaran dengan laki-laki yang dimaksud Cheria itu.
"Nggak," tolak Randy menarik tangannya dan melanjutkan makannya.
Gadis itu memanyunkan bibirnya. "Jahat banget my buddy. Masa nggak mau bantuin sahabatnya."
Tidak menyerah sampai di situ, Cheria bangkit berdiri mendekati Randy. Dia duduk di sebelah Randy yang tengah fokus makan. "My buddy, plis. Lo kan cowo pasti lebih ngerti, kan?"
"Gue belum ngerjain tugas, duluan, La," pamitnya pada Ella tanpa melihat Cheria. Kemudian Randy langsung bergegas dari sana, seraya membawa mangkuk yang tersisa kuah.
"Yah," gumam Cheria lantas berpaling pada Ella. "Gimana ya, La?"
"Cher, bisa-bisanya lo minta bantu Randy buat deketin tuh cowo," ucap Ella tanpa melihat ke arah sahabatnya itu. "Kasian Randy."
"Emang kenapa? Dia kan lebih paham, seenggaknya gue bisa tanya-tanya, La."
Ella menatap Cheria. Karena temannya ini terlalu friendly pada siapapun dia sampai tidak peka begini. "Lo kayanya masih nggak paham."
"Maksudnya?"
***
Pelan-pelan Cheria melangkah menuju ke salah satu meja yang berada di paling belakang. Barisan ke empat dari pintu kelasnya. Terlihat seorang lelaki tertidur, wajah yang mengarah ke jendela.
"Vibe-nya kaya di drakor gitu nggak, sih? Nanti gue liatin dia dari depannya, terus tutup gorden biar dia nggak silau," gumamnya tersenyum lebar seraya membayangkan itu menjadi nyata.
"Minggir."
Cheria langsung tersadar dari lamunannya, gadis itu menoleh ke asal suara yang berada tepat di belakangnya. Eh, jadi itu bukan, Andra?
"Masih lama mikirnya?"
"Hai, Andra," sapa Cheria dengan senyuman manis yang terukir indah.
"Gue mau lewat."
Buru-buru gadis itu mempersilakan Andra untuk lewat. "Oh iya, silakan." Lalu ia mengikuti langkah Andra. Berhenti di salah satu meja sebelah orang yang tertidur itu.
Cheria duduk di depan kursi depan Andra, memandanginya seraya menopang dagu.
"Lo ngapain?" tanya Andra.
"Eh, lo jangan liatin gue? Gue nggak kuat," lontarnya.
Andra memandangnya tidak peduli. Tidak ingin waktunya terbuang sia-sia karena gadis aneh di hadapannya ini. Laki-laki memutuskan untuk melanjutkan catatannya yang belum selesai. Beruntunglah belum dihapus.
"Kalo nggak keliatan, gue bantu bacain gimana?" tawar Cheria tanpa menunggu sahutan dari Andra. Ia langsung berlari kecil ke depan papan tulis. "Yang mana, Ra?"
"Ra?" gumam Andra.
Cheria masih menunggu jawaban Andra. "Suara gue kedengaran, kan?" teriaknya.Tidak berniat menyahut apapun. Laki-laki lantas melanjutkan menulis. Tanpa memperdulikan Cheria yang sudah membaca kata demi kata untuknya.
"Berisik, gue mau nulis."
"Makanya gue bantuin," sahut Cheria kembali ke meja Andra, lalu mengambil buku dengan sampul berwarna coklat itu. "Mana coba gue liat."
Andra menyandarkan punggungnya dan meletakkan pulpen sedikit rasa dongkol. Gadis ini benar-benar membuatnya kesal sejak pagi tadi.
"Karna gue ini ketua kelas di sini. Bukannya gue sombong, tapi gue ini termasuk murid yang paling cepat, kalo catet," ucap Cheria.
"Ya."
"Jadi, lo boleh pinjam catatan gue. Lo nggak perlu capek-capek nyatet, deh."
Andra menyingkirkan buku itu. "Nggak."
Cheria kembali duduk di kursi depan Andra. "Beneran? Padahal gue cuma bantuin. Kata Bu Tiara mata lo minus."
Wajah gadis itu terlihat kecewa, lebih tepatnya sedih. Ia termasuk gadis yang mahir akting. Sekarang wajahnya itu berhasil membuat Andra tidak enak hati. Ya, itu memang tujuannya.
"Udah mau selesai, nggak perlu," tutur Andra datar, lalu kembali mencatat.
Cheria tersenyum samar melihat reaksi Randy menimbulkan rasa bahagia. Apa mungkin ia sudah mencintai laki-laki ini. "Kalo capek berhenti dulu," ucapnya seraya memandangi wajah Andra.
***
Seperti hari-hari biasa Cheria dan Ella pulang bersama menaiki angkutan umum yang berukuran kecil berwarna merah. Cheria benar-benar bosan sejak tadi Ella sibuk mengobrol dengan temannya dari jurusan IPS itu.
Ketika tengah menunggu angkutan, sorot matanya terhenti pada seorang lelaki yang berjalan keluar gerbang sembari memainkan ponselnya. Cheria menarik baju seragam Ella, temannya itu sudah tahu kalau itu artinya Cheria ingin buru-buru pulang.
"Ada Rara, La. Ayo pulang, yuk."
"Sori, Ri, gue duluan, ya," pamit Ella pada Rita, lalu langsung ditarik Cheria menjauh dari sana. "Astaga, Cher, angkotnya udah ada?"
"Belum, sih. Gue mau liat cowo gue pulang naik apa. Kayanya bentar lagi angkot kita datang," balas Cheria.
"Cowok lo? Siapa?" sahut Ella.
Cheria tersenyum tipis, seraya melempar pandangan pada laki-laki yang sedang berjalan di belakangnya dan kini berjarak kurang lebih dua meter dari tempatnya berdiri.
"Cher, sadar."
"Iya gue sadar, kok, kalo gue cantik. Gue yakin dia pasti udah suka sama gue tau, La."
Ella menatap Cheria malas dan beralih pada layar ponselnya yang menurutnya lebih menarik. Terlihat angkutan umum berwarna merah berhenti depan sekolah. Pandangan matanya terhenti ternyata Andra naik angkutan kota sama dengannya.
Buru-buru Cheria mengajak Ella naik angkutan kota itu. "Astaga, kaget gue, Cher," ujar Ella.
Cheria tertawa kecil sebelum duduk di sebelah kanan deretan bangku itu. "Eh, Andra kita ketemu lagi," sapa Cheria sebelum terduduk berhadapan dengan Andra.
Tidak berniat membalas sapaan itu. Andra lebih memilih membuang wajahnya.
"Btw, rumah lo di mana? Perumahan setia atau di perumahan mekar?" tanya Cheria menatap wajah Andra yang begitu datar. "Kali aja, gue bisa mampir."
Ella yang mendengar itu terkekeh kecil, lalu menyahut, "emang lo mau ngapain?"
"Mau minta makan, La!" ucapnya asal yang semakin membuat Ella tertawa geli. "Pertanyaan lo bikin gue kesel, La." Cheria beralih pandangan pada Andra. "Sori ya, Ra. Temen gue ini emang suka merusak vibe kita."
"Kaya tau aja artinya apa?" tanya Ella seraya tertawa kecil.
"Heh! Ella, gue itu rajin baca. Masa gitu aja, nggak tau," sahut Cheria pada Ella.
Andra melempar pandangan padanya. "Berisik."
"Berisik banget lo, Ella. Sori, ya, Ra. Btw, jadi lo tinggal di mana? Mau gue anter nggak?"
"Lo yang berisik."
Seketika Ella terkekeh geli, melihat reaksi wajah Cheria yang terdiam dan menutup rapat mulut.
"Ternyata lo yang berisik, Cher," bisik Ella kembali terkekeh.
"Ngeselin lo," balas Cheria dengan wajah kesal.
To be continued.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top