Bagian 8
"Sakura-chan!! Sakura-chan!!" Sakura yang tadinya sedang berjalan berhenti mendengar suara yang meneriaki namanya. Dia kenal betul suara yang tidak terlalu berat, agak serak, dan jika didengarkan dengan baik, suaranya agak sedikit konyol.
"Hei, di sini!" Teriak Naruto lagi dari tengah kerumunan masa. Mata Sakura segera menangkap dua sosok pemuda yang berjalan santai mendekatinya. Naruto dan Sasuke berhenti tepat di depan Sakura. Entah kenapa, tiba-tib pandangan Sakura dan Sasuke bertemu. Mereka berdua segera memalingkan wajah yang sudah memerah.
"Sakura-chan, kau ada acara hari ini?" Tanya Naruto yang tidak bisa membaca keadaan.
"Tidak, memangnya kenapa?" Tanya Sakura balik.
"Ahaha... begini, aku dan Sasuke berencana untuk makan ramen bersama guru Kakashi." Jelas Naruto yang malah dibantah Sasuke.
"Aku tidak ikut campur." Begitu kata Sasuke dengan nada datar.
"Memangnya ada acara apa?" Sakura jadi penasaran dengan penjelasan Naruto. Apalagi sampai menyebut nama guru dan juga kekasihnya.
"Tidak ada yang spesial. Anggap saja seperti acara reunian." Dengan cengiran khasnya, Naruto menjelaskan.
"Hm, kapan acaranya?" Sakura berfikir sejenak, dan segera mengajukan pertanyaan. Sasuke yang dari tadi tak banyak bicara, diam-diam memperhatikan setiap mimik wajah Sakura.
"Bagaimana kalau sekarang?" Tawar Naruto.
"Sekarang? Kau baru menetapkannya?" Sakura setengah tak percaya mendengarnya.
"Iya, apa ada yang salah?" Wajah Naruto berkata seolah dia tak melakukan kesalahan. Sakura mengelurkan aura aneh yang menyeramkan. Tentu saja Sasuke tahu apa kesalahan fatal yang baru saja Natuto katakan.
"BAKA!!! KAU PIKIR GURU KAKASHI TIDAK SIBUK APA!? KALAU TIDAK BUAT JANJI DENGANNYA, DAN DIA SEDANG MENJALANKAN MISI DI LUAR DESA BAGAIMANA!? NARUTO BAKA!!💢" Sakura dengan cepat memukul Naruto beruntun. Secara spontan, Sasuke tidak mau ikut campur masalah kedua mantan rekan satu timnya.
"H-habisnya, akhir-akhir ini aku jarang melihat guru Kakashi. Aku pikir dia sedang bermalas-malasan di rumahnya." Naruto berkata sambil merintih kesakitan. Siapa sangka, alasan pembelaannya itu malah membuat Sakura naik pitam.
"NARUTO BAKA!! KAU PIKIR GURU KAKASHI ITU PEMALAS SEPERTI MU, HAH!!? JIKA KAU TIDAK MELIHATNYA ITU BERARTI DIA SEDANG SANGAT SIBUK, BAKA!!" 💢💢 Serangan terakhir cukup keras hingga membuat Naruto melayang di udara.
"Hhaaah, Naruto itu benar-benar tidak pernah berubah, ya?" Sakura menghela napas panjang. Dia menekuk lengannya dan menempelkannya di pinggang.
"Oh, iya Sasuke. Menurutmu, apa iya guru Kakashi akan ada di rumah?" Tanya Sakura pada Sasuke.
"Aku tidak tahu. Tapi, kalau mencoba tidak ada salahnya, kan?"
"Waah, benar!" Buuukk.... Saat Sakura menjentikkan jarinya, Naruto mendarat kasar di tanah.
"Ayo, kita cek saja ke rumahnya. Ayo Naruto, kau juga harus cepat!" Setelah itu, mereka bertiga pergi ke rumah Kakashi. Di perjalanan, yang paling banyak bicara tentu saja Naruto. Dia selalu bertingkah konyol. Salah satunya adalah saat dia malah bermain lempar kunai dengan anak kecil di pinggir jalan.
"Naruto! Cepatlah!" Panggil Sakura dari tempatnya berdiri.
"Iya, akuke sana!" Balas Naruto.
"Sakura," Panggil Sasuke lirih. Sakura segera menoleh ke arah Sasuke yang memanggilnya.
"Malam ini, jangan lupa. Jangan sampai terlambat." Meski nadanya datar, semburat merah muda terlihat di pipi Sasuke. Sakura hanya tertawa kecil melihatnya.
"OK." Satu kedipan mata Sakura yang ia lakukan sambil tersenyum, membuat wajah Sasuke semakin merah. Anehnya, Sasuke berhasil menutupinya dengan sempurna.
"Ayo." Ajak Naruto yang sudah kembali dari mainnya. Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan dan melakukan rencana dadakan mereka.
~~
Acara yang mereka adakan memang berhasil. Tapi pada akhirnya, Kakashi kehilangan banyak uang. Mereka makan di kedai ramen Ichiraku. Kakashi dan Naruto langsung pulang sendiri-sendiri. Hingga menyisakan Sasuke dan Sakura yang berjalan berdua.
Canggung
Sakura dan Sasuke hanya diam sepanjang perjalanan. Niat Sasuke memang untuk mengantar Sakura pulang. Saat tepat di depan rumah Sakura, mereka berhenti.
"Nah, Sasuke-kun terima kasih atas waktunya. Maaf aku merepotkanmu." Sakura berhenti sejenak menunggu tanggapan Sasuke. Namun sepertinya Sasuke tidak berniat membalasnya.
"Ahaha.. kalau begitu aku masuk dulu, ya. Sampai jum--"
"Sakura." Sasuke segera menyela perkataan Sakura.
"Ada apa Sasuke-kun?" Tanya Sakura. Kaki Sasuke melangkah mendekati Sakura. Dia mengambil tangan kanan Sakura, dan menggenggamnya.
"Aku harap kau menyukainya." Wajah Sakura memanas seketika. Dia merasakan kehangatan, dan kelembutan di tangannya. Dan juga, dia merasakan sesuatu yang cukup dingin dan memanjang. Sasuke melepaskan genggamannya, sehingga Sakura bisa melihat sebuah kalung di tangannya. Kalung berwarna perak dengan bandul berbentuk bunga sakura berwarna pink khasnya.
"Apa kau suka?" Tanya Sasuke mengaburkan lamunan Sakura.
"I-iya, aku suka. Terima kasih Sasuke-kun." Sakura tersenyum dengan lembut. Ujung bibir Sasuke sedikit naik. Semburat merah jambu tanda kebahagiaan terlukis di sana.
"Ano... kalung ini sangat bagus. Apa aku boleh memakainya saat pernikahan kita?" Sasuke terkejut mendengarnya. Sepertinya, setiap kata pernikahan disebutkan, Sasuke merasa sedikit aneh.
"T-tentu saja. Aku pikir, itu akan sangat cocok denganmu." Sakura tak membalas. Ia hanya menanggapinya dengan sebuah senyuman yang menenangkan. Setelah itu, Sasuke segera pulang ke rumahnya.
~~
Malam harinya, seperti yang sudah Sasuke katakan, Sasuke beserta keluarganya dan Sakura bersama Tsunade berkumpul di kediaman Uchiha. Mereka makan malam bersama dengan tujuan yang-- anggap saja seperti rapat keluarga. Lagi-lagi Sasuke dan Sakura didudukkan pada kursi yang berhadapan. Suasana di sana cukup tenang. Beberapa candaan sering terlontar dari beberapa orang, yang membuat seisi ruangan tertawa.
"Oh, iya. Bagaimana Nona Hokage, apa kau telah menemukan tanggalnya?" Tanya ayah Sasuke tiba-tiba. Semua yang duduk di sekitar meja berhenti tertawa.
"Oh, benar juga. Ah, tapi jangan panggil aku Hokage. Aku di sini bukan sebagai Hokage, tapi sebagai wali dari calon mempelai wanita. Hahaha..." Akan tidak sopan memboarkan seseorang tertawa sendirian. Jadi, mereka yang ada di sana ikut-okutan tertawa.
"Tapi yah, aku rasa aku sudah menemukan hari terbaiknya. Itu hanya menurutku saja. Jika kalian tidak berkenan, kita bisa atur ulang jadwalnya." Sasuke dan Sakura hanya diam menyimak. Mereka tidak tahu sama sekali maksud pembicaraan ini.
"Bagaimana kalau hari yang ini?" Tsunade tiba-tiba mengeluarkan sebuah kalendar kecil di atas meja. Jaringa menunjuk sebuah tanggal yang jika dihitung satu minggu dari hari itu.
"Hm, bukankah itu terlalu cepat? Kita perlu melakukan banyak persiapan." Balas ayah Sasuke.
"Yah, bukankah lebih cepat lebih baik?"
"Iya sih, tapi... baiklah kalau begitu." Meski kedua orang tua itu berbicara serius, tetap saja Sakura dan Sasuke tak diberitahu apa pun.
"Yosh, kita akan mengadakan pesta pernikahan terbesar sepanjang sejarah shinobi." Tsunade mengepalkan tangan dan menyatukannya dengan telapak lain yang terbuka di depan dada. Dia terlihat sangat puas dengan hasil diskusi. Semua tersenyum bahagia kecuali Sakura dan Sasuke yang tak tahu apa-apa.
"Pernikahan? Pernikahan apa?" Tanya Sasuke tiba-tiba.
"Kok tanya sih? Ya jelas pernikahanmu lah, baka ototou." Jelas Itachi yang satu tangannya ia lingkarkan di tengkuk Sasuke.
"P-pernikahanku??" Sasuke terlihat sangat terkejut. Begitu juga Sakura. Saking terkejutnya Sakura sampai pucat di tempat.
"Tapi..."
"Tidak ada tapi-tapian!! Tanggalnya sudah ditentukan. Apa kau mau menolaknya, hah!!?" Tsunade menggebrak meja pelan tepat di depan Sasuke.
"B-baiklah." Pada akhirnya Sasuke dan Sakura hanya bisa pasrah dengan keputusan para orang tua.
~~
Sekelompok shinobi berbaris di tempat gelap. Tempat itu sangat luas dengan beberapa jalur layang di atasnya. Akar-akar pohon yang kokoh juga terlihat di sana-sini.
Para shinobi itu mengenakan pakaian gelap serta topeng. Di atas mereka, tepatnya di jalur layang, seseorang berdiri dengan beberapa shinobi bertopeng di belakangnya.
"Dengar. Kita baru saja mendapat pesan, bahwa daerah perbatasan akan diserang. Kita akan memanfaatkan kesempatan ini dengan baik." Danzo, pemimpin rapat itu menatap seorang gadis bertopeng dengan rambut softpink-nya, Sakura, dan dia segera menganggukkan kepala.
Setelah rapat itu selesai, semua orang bubar kecuali Sakura. Dia tetap diam di tempat. Sampai semua orang yang tadinya berkumpul di bawah keluar, Danzo mulai berbicara.
"Seperti yang sudah kujelaskan tadi, waktu penyerangan kebetulan sekali berbarengan dengan hari pernikahanmu. Aku ingin kau melakukan misi khusus dalam hal ini." Danzo menatap Sakura tajam. Tapi Sakura hanya diam dan mendengarkan dengan baik penjelasan atasannya itu.
~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top