Bagian 2
Beberapa langkah lagi, dan Sakura akan sampai di ruang Hokage. Dia terus melangkah dengan tenang. Malam ini, pesta rakyat besar-besaran terjadi di Konoha. Bertepatan dengan pergantian musim, perayaan peresmian Hokage baru berlangsung di mapam hari.
Di sana-sini yang terlihat ya kembang api. Festival Musim Panas memang sedang berlangsung. Bintang-bintang penyusun rasi Ginga, sudah mulai terlihat. Sebentar lagi, puncak pesta segera dimulai. Sesegera mungkin Sakura mendatangi Hokage baru di desanya. Ceklek, Sakura membuka pintu kantor Hokage.
Ditemuinya seorang wanita yang sedang berdiri menatap ke arah luar. Jendela yang berukuran besar itu memancarkan cahaya keindahan malam dari luar. Di sampingnya, seorang wanita dengan babi di tangannya.
"Eh, Sakura sudah datang." Sapa gadis pemegang babi itu.
"Hm, iya. Maaf aku sedikit terlambat." Jawab Sakura sambil menutup pintu.
"Kenapa kau lama sekali baka!?" Tanya wanita yang tadinya menatap ke luar.
"Gomen, tadi aku kesulitan memakai ini." Sakura sambil menunjuk pakaian yang digunakannya. Ya, sebuah yukata berwarna merah muda, dengan motif puluhan bunga sakura. Indah sekali. Bahkan Tsunade, hokage ke lima dan Shizune ikut terkagum.
"Kau cantik sekali Sakura." Puji Shizune.
"Ah, biasa saja."
"Tentu saja dia terlihat cantik. Perlu kau tahu. Akulah orang yang telah mendidiknya. Dan pada hari ini, aku juga telah memilihkan kimono yang pas untuknya." Jelas Tsunade.
"Haha, iya. Benar juga." Tawa Shizune dan Sakura terdengar sedikit garing.
"Sudah, jangan banyak basa-basi. Sakura, kau ikut aku." Titah Tsunade, yang memimpin alur perjalanan mereka.
"Kak Shizune tak ikut?"
"Dia tak dibutuhkan." Jits- Perasaan aneh merasuki Shizune. Kata-kata setajam itu, sudah cukup untuk memanaskan telinga.
Tsunade dan Sakura berjalan menjauh dari gedung Hokage. Mereka melalui jalanan yang begitu sesak. Tapi tentunya, semua memberi jalan untuk mereka. Sakura sudah bagaikan seorang putri.
Setelah beberapa jalur mereka lewati, mereka berhenti pada sebuah kedai makan. Di sana juga tak kalah ramai. Tak sedikit orang yang memilih untuk istirahat sambil mengisi perut yang kosong.
"Tsunade oba-chan, kita mau ke mana?" Tanya Sakura pelan.
"Kau tak lihat?"
"Hheh?"
"Tulisan di depan itu? Kau tak membacanya?" Tsunade dan Sakura tetap berjalan menyusuri kedai itu.
"Souka, jadi kita mau makan dulu. Tak lihat kembang api dulu?"
"Hhah, jangan banyak bicara. Menurut saja."
"Y-yokay."
Mereka berdua menaiki tiap-tiap anak tangga yang ada. Pemandangan kekeluargaan itu pun terasa begitu kental. Sakura benar-benar merasakannya. Tetap pada perjalanan yang tak ada habisnya. Di lantai tiga,
*plakk, kedai sampe lantai tiga.
Tsunade menghentikan langkahnya di salah satu meja yang bisa dibilang bagian pojok. Di sana, ada 3 orang laki-laki, dan 1 orang perempuan.
"Maaf sudah menunggu lama." Salam Tsunade cepat.
"Ah, nona Tsunade. Tak apa. Kami juga baru saja sampai. Ya kan?" Senyum manis seorang ibu berdarah Uchiha ini mampu meluluhkan siapa pun yang melihatnya.
'Baru sampai apanya?'
'Sudah 2 jam'
'Terlalu lama.'
Ya,kira-kira begitulah keluhan para pria keturunan Uchiha yang duduk di depan meja. Mereka semua berdiri. Dan saling memberi hormat.
"Silakan duduk nona Tsunade, Sakura." Ucap wanita Uchiha itu, yang diketahui bernama Mikoto.
"Terima kasih."
Sekarang, semua keluarga duduk di kursi masing-masing. Bisa dibilang, acara dinner ini adalah pertemuan dua keluarga. Dari klan Uchiha, diwakili oleh keluarga kepala klan Uchiha. Dan klan Haruno, diwakili oleh gadis pemimpin klan tersebut, dengan walinya Tsunade Senju, Hokage ke lima.
Makanan segera dihidangkan di hadapan masing-masing. Sakura dan Tsunade tak perlu memesan. Makanan enak nan mewah sudah disiapkan oleh sang ibu Uchiha, Mikoto.
"Makanlah. Tak perlu sungkan." Karena memang baik hati atau bagaimana, Mikoto Uchiha selalu tersenyum manis pada siapa pun.
"Hm, makanan kali ini terlihat lebih enak dari biasanya." Semua orang berhenti melakukan aktifitas sejenak. Menatap heran dan kaku ke arah sang Hokage baru mereka. Bagaimana tidak. Semua pertemuan sebelumnya, makanan yang mereka masak adalah hasil karya dari Mikoto Uchiha.
"A-hahaha... Souka. Maaf jika selama ini membuat mu mual." Semua yang ada di meja itu tertawa kaku. Kecuali Tsunade. Dia malah tersenyum sinis
"Ya, lain kali kita biarkan calon menantu mu yang memasaknya."
"Hm? Calon menantu?" Tanya Sasuke yang sedari tadi hanya diam.
"Iya, calon menantu." Jelas Itachi yang sambil memegangi bahu adiknya.
"Oh, kaka mau menikah ya? Selamat ya kak." Sasuke langsung terlihat senang. Dia menjabat tangan kakaknya dengan sopan. Sasuke Uchiha, memang kriteria pria yang periang. Apa lagi kalau sudah berada di dekat kakaknya. Sifat manja seorang adiknya bisa saja keluar tanpa melihat suasana.
"Yah, selamat ya Sasuke." Jawab Itachi pelan. Sasuke segera menghentikan jabatannya yang dari tadi mondar-mandir naik turun. Ekspresinya menampilkan kebingungan.
"Eh? Aku?" Semua orang tersenyum. Kecuali Sasuke, dan Sakura.
"Kenapa aku?" Tanya Sasuke sekali lagi.
"Kau tak tahu ya? Aku sudah punya sendiri tau. Kau mau kakak mu ini babak belur karena menatap gadis lain?" Yah, selain sifat Sasuke yang manja pada kakaknya, Itachi memang selalu memanjakan adiknya.
"Sasuke." Panggil Fugaku, ayah Sasuke. Sasuke segera menoleh ke arah ayahnya.
"Malam ini, adalah malam yang spesial bagi mu." Sambung ayah Sasuke.
"Hihi, maaf tak memberi tahu mu lebih dulu Sasuke. Sebenarnya..." Ibu Sasuke tertawa kecil. Namun kalimatnya tak sampai selesai.
"Yah, Sakura juga." Ucap Tsunade, membuat Sakura terkejut. Sekarang, di meja mereka ada dua orang yang kebingungan.
"A-aku? M-maksudnya?" Sakura jadi tergagap.
"Hm, sudah ku duga. Rencana menyembunyikan rencana itu buruk." Kedua tangan Tsunade terlipat di depan dada. Menampakkan wajah pemikir, wanita paruh baya ini berusaha bersifat bijak.
"Haha, tak apa. Bukankah pada akhirnya mereka berdua akan tahu?" Sela ayah Sasuke mencoba mencairkan keadaan.
"Maaf ya Sakura, sudah membuat mu bingung. Sebenarnya ini hanya akal-akalan saja." Siapa yang tak akan tergila-gila jika melihat senyum Itachi semanis ini.
"Jadi, hari ini adalah hari yang spesial. Karena malam ini, kami berencana untuk mengikat hubungan resmi dengan keluarga Haruno." Jelas ayah Sasuke lagi.
"Maksudnya?" Sakura semakin bingung.
"Maksud kami, makan malam hari ini memiliki sebuah tujuan. Yaitu, kami dari keluarga Uchiha ingin melamar Sakura Haruno untuk putra kami, Sasuke Uchiha." Kata-kata Fugaku membuat Sasuke dan Sakura terkejut. Sampai-sampai Sasuke tersedak minuman yang tengah ia minum.
"Apa?!" / "Apa?!"
Sakura dan Sasuke mengucapkannya hampir bersamaan. Mereka terkejut. Sebelumnya, tak ada yang memberi tahu mereka tentang ini.
"Eh, tenang dulu. Kami tak akan langsung meresmikannya tanpa persetujuan dari kalian." Ayah Sasuke kembali menengahi.
"Jadi, bagaimana menurut kalian Sasuke? Sakura?" Lanjut Fugaku.
Acara ini memang mendadak. Rencana perjodohan ini pun terjadi baru akhir-akhir ini. Lagi, kedua orang yang jadi bintangnya tak diberi tahu.
Sakura dan Sasuke hanya bertatapan sejenak. Lewat bahasa isyarat tatapan mata, keduanya menantikan jawaban lebih dulu dari masing-masing. Beberapa menit kemudian, Sasuke mulai angkat suara.
"Hm, jadi maksud ayah, kami dijodohkan?"
"Ini berbeda Sasuke." Sebenarnya, orang yang ditanya Sasuke itu ayahnya. Tapi yang menjawab malah kakaknya.
"Kami tak akan meresmkannya jika kalian tak setuju. Jadi takkan ada unsur pemaksaan."
"Tapi tetap saja. Menerimanya adalah pilihan terbaik." Sela Tsunade. Meskipun dia sudah menjadi Hokage, sikapnya tak pernah berubah. Duduk santai dengan satu tangan di atas sandaran kursi, dan kedua kaki yang menjarak.
"Benar. Lebih baik juga kalau pihak laki-laki yang menjawab lebih dulu. Ayo Sasuke. Jawab." Itachi jadi sedikit mendesak adiknya.
"A-apa? Kenapa aku?"
"Tentu saja. Kau kan seorang pria. Jawablah lebih dulu." Entah kebetulan atau apa, Sasuke duduk tepat di hadapan Sakura. Jadi dengan mudah Sasuke menatap mata Sakura, meminta pendapat. Tapi hasilnya, hanya naiknya bahu yang ia dapat.
"Eum, baiklah. Aku menerima perjodohan ini." Hampir semua orang yang duduk melingkar di meja itu tertawa kecil bahagia. Kecuali Sakura dan Sasuke. Sasuke hanya bisa tersenyum kaku. Sedangkan Sakura masih memikirkan apa yang harus dia jawab.
"Sekarang, giliran Sakura. Apa jawaban mu Sakura?" Sepertinya, hakim kali ini adalah Itachi.
"A-aku..."
Apa perjodohan ini kerjasama bisnis? Kalau iya, kenapa? Kenapa aku?
Sakura tak segera melanjutkan perkataannya. Dia kembali berfikir sejenak. Tak pernah terbayang olehnya. Menjadi tunangan Sasuke Uchiha. Pemuda terpopuler di angkatannya. Selain tampan, Sasuke juga sangat berbakat. Sifatnya yang periang dan murah hati bisa meluluhkan setiap wanita di dunia.
Meski begitu, sebenarnya Sakura tak ada perasaan apa-apa terhadap Sasuke. Jadi, nostalgianya selama ini dengan Ino hanyalah sandiwara. Sakura tak tahu apa Ino sungguh menyukai Sasuke atau tidak. Tapi yang pasti, perasaannya hanya sebatas teman terhadap Sasuke.
"Sakura? Sakura?" Sakura segera sadar dari lamunanya.
"Apa yang kau pikirkan? Cepatlah jawab. Kami sudah tak sabar menunggu jawaban dari mu." Sakura kembali menunduk dan berfikir
Kalau Ino memang menyukai Sasuke, aku tak mungkin merebutnya kan? Jadi, apa aku harus menolak perjodohan ini?
Tapi, kalau ini adalah bentuk kerja sama bisnis, dengan menerima perjodohan ini, hubungan klan Haruno dan Uchiha akan semakin erat. Ditambah dengan kehadiran Hokage ke 5 sebagai wali ku.
"A-aku..."
"Iya? Apa jawaban mu?" Semua orang terlihat tegang, berharap, atau apa pun itu, ekspresi mereka menunjukkan penantian..
"A-aku, a-a-ak-a-aku..."
"Tak apa Sakura, katakan saja."
"Aku.."
"..."
"..."
"..."
"..."
"..."
"A-aku m-men-menerimanya."
"Kyaa, Sakura menerimanya. Mulai hari ini, aku punya calon adik ipar." Mungkin Itachi yang paling heboh di sini. Pipi Sasuke terlihat sedikit memerah. Tapi Sakura tidak. Dia masih was-was jikalau keputusannya adalah hal yang salah.
~~
Keluar dari kedai tadi, susana desa Konoha begitu ramai. Bisa bayangkan bukan bagaimana situasinya. Semua orang keluar dari rumahnya. Dan itu pasti. Hanya ada satu pengecualian. Yaitu untuk mereka yang ketiduran.
"Sakura." Panggil seseorang dari arah belakang Sakura. Dari suaranya, jelas dia laki-laki. Sakura berbalik. Dan dijumpainya sang tunangan, Sasuke Uchiha. Dia mendekat. Dengan hakama hitam membuat Sasuke terlihat lebih tampan.
"Kau sedang apa?" Tanya Sasuke. Di tanah yang cukup lapang ini tak terlalu ramai. Juga tak terlalu sepin rasanya, di malam-malam seperti malam ini tak ada satu sudut pun yang tak dijumpai orang.
"A-aku? Aku sedang, ... , sedang, entahlah. Aku juga tak tahu." Sakura mengedarkan pandanyannya ke arah lain.
"Souka. Apa pendapat mu tentang perjodohan itu?"
"Hm? Perjodohan?"
"Iya. Maksud ku, perjodohan yang baru saja kita setujui."
Gara-gara perjodohan itu, aku dan Sakura jadi kaku saat berbincang.
Batin Sasuke
"Menurut ku, ya, biasa saja."
"Biasa saja?"
"Iya. Klan Uchiha dan Haruno bekerja sama sejak lama. Tak heran jika kedunya inginkan hubungan yang lebih dekat."
"Maksud mu kita hanyalah alat?"
"Bisa dibilang begitu."
"Jadi kau menerima perjodohan ini bukan karena keinginan mu sendiri? Tapi karena ego mu. Begitu?!" Sasuke sedikit naik pitam.
"Aku adalah pemimpin klan Haruno, Sasuke. Memang tak seharusnya aku menikah dengan orang di luar klan Haruno. Karena itu bisa melahirkan klan baru. Dan kedamaian dunia semakin sulit dicapai."
"Lalu apa?"
"Aku hanya ingin dua hal. Melihat orang yang ku sayang bahagia. Dan bahagia melihat orang yang ku sayang. Hanya itu."
"Fuuh, kau ini."
"Sakura." Tangan Sasuke meraih satu tangan Sakura.
"S-sa-Sasuke. A-apa yang kau lakukan?" Sakura jadi sedikit canggung. Pipinya sedikit memerah. Satu kakinya melangkah ke belakang, membuat jarak dengan Sasuke. Dengan wajah yang masih tercengang, Sasuke hanya menjawab kebingungan Sasuke dengan senyum tipis.
"Sakura. Seingat ku, kita teman sejak kecil. Hm, di akademi mungkin?"
Seingat ku? Mungkin? Dia amnesia ya?
Sakura jadi sedikit kesal pada Sasuke.
"Ahahaha, yah, begitulah."
Ya ampun. Dia benar-benar lupa. Kelewatan!
"Sakura."
"Iya?"
"Kau tahu? Semua orang akan mengalaminya."
Eh? Apa?
"Pada awalnya memang canggung. Tapi, lama kelamaan perasaan itu pasti akan tumbuh." Sambil tersenyum manis, Sasuke berhasil membuat Sakura GR.
"Semua akan terjadi sesuai waktunya. Perlahan tapi pasti, aku yakin. Perasaan yang dinamakan cinta itu, akan tumbuh."
Eh? Dia benar-benar menyukai ku? Tak ku sangka
"Sakura."
"Eh? I-iya? Ada apa?"
"Aku akan berusaha."
"B-berusaha a-apa?" Sakura semakin tergagap. Jantungnya berpacu lebih cepat. Yang ada di pikirannya adalah bayangan Sasuke yang mengutarakan perasaannya.
"Aku akan berusaha, untuk..."
"...." Sasuke menggantung kata-katanya. Dan itu membuat perasaan Sakura menjadi tak menentu.
Cepat Sasuke. Jangan membuat ku menunggu
"Aku akan berusaha untuk mencintai mu setulus mungkin."
"..."
Aaaaaapaaa?!!!!!!!
Sakura terdiam sebentar. Itu membuat Sasuke sedikit merasa aneh.
"Sakura, ada apa? Kau baik-baik saja?" Tanya Sasuke lembut.
"Ah, tidak ada. Aku tak apa."
Dia psikopat pertama yang berhasil mengajak ku menemaninya menjadi seorang psikopat. Payah!
Sakura mengerutuki dirinya sendiri dalam hati.
"Hm, baiklah. Kalau begitu, maukah kau menemani ku?"
"Menemani mu? Ke mana?"
"Ke suatu tempat. Karena sepertinya, aku tak bisa mengajak yang lain."
"Kapan?"
"Segera. Musim berikutnya akan datang."
"Maksudnya?"
"..."
Sasuke tak menjawabnya. Dia hanya tersenyum tipis pada Sakura. Dan sepertinya, Sakura juga tak terlalu membutuhkan jawabannya sekarang. Masih ada waktu untuk menunggu.
Semalaman, Sasuke dan Sakura menghabiskan waktu berdua. Lusa, kedua pihak keluarga berencana untuk mengadakan pesta peresmian pertunantan antara Sasuke dan Sakura. Pestanya akan diadakan di gedung khusus milik klan Uchiha.
~~~
Song by = SuperCell (ryo) - Utakata Hanabi
Naruto ending
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top