Bagian 12 END

Hari itu, desa Konoha dilanda musim gugur. Daun-daun berjatuhan dari pohonnya. Membuat petugas kebersihan makam kesusahan membersihkan tugasnya.

Kenapa makam?

Karena saat ini, Sasuke berada di makam. Sasuke yang berpakaian serba hitam berdiri di depan kuburan. Dia baru saja meletakkan bunga segar di sana. Tulisan di nisannya, Haruno.

Sasuke tersenyum tipis. Kedua telapak tangannya dia tempelkan seraya berdoa dalam hati. Setelah selesai, Sasuke segera pergi dari sana.

Kaki Sasuke melangkah menuju rumah sakit. Dia berpapasan dengan Ino di depan rumah sakit.

"Sasuke-kun!! Dia sedang menunggumu loh, cepatlah temui dia." Ino terlihat sangat senang. Dia terlihat lebih ceria dari biasanya. Meski sudah disapa begitu, Sasuke tetap berekspresi datar. Dia mengabaikan Ino dan memasuki kawasan rumah sakit.

Dengan percaya diri Sasuke melewati kamar-kamar pasien. Dia berhenti di depan kamar bernomor 237. Sasuke menggeser pintu itu. Di atas ranjang rumah sakit, seseorang tengah duduk lemas dan menyapa Sasuke.

"Selamat pagi." Sapa orang itu.

"Pagi. Bagaimana keadaanmu?" Tanya Sasuke pada orang itu.

"Baik. Kata dokter aku akan keluar dari rumah sakit seminggu lagi." Sasuke melihat ke arah tangan orang itu. Tangan yang kurus dan pucat sedang menggenggam erat selimutnya.

Sasuke mengambil piring yang berisi apel merah segar. Dia mengambil pisau yang ada di piring itu dan mulai mengupasnya.

"Oh, iya. Kalau tidak salah, waktu masuh kecil, saat aku di rumah sakit kau pernah mengupaskan apel untukku." Samar-samar Sasuke terlihat tersenyum sambil terus mengupas apel.

"Ahaha... ternyata kau masih ingat." Orang itu membalasnya dengan senyuman. Angin berembus dari jendela yang terbuka, menyibakkan rambut halus orang itu. Orang itu, ya, Sakura.

"Tentu saja aku masih ingat. Kenangan seperti itu, mana mungkin aku lupakan." Mereka berhenti bicara sejenak. Apel yang telah dikupas dan dipotong dadu kecil oleh Sasuke, dimakan oleh Sakura.

"Sasuke-kun." Suara Sakura sangat tidak bertenaga. Dia berhenti makan.

"Ada apa?"

"Terima kasih untuk hari itu. Kau sudah menyelamatkan nyawaku." Sakura menundukkan wajahnya. Tapi Sasuke malah terus memandang lekat wajah Sakura.

"Yah, aku juga tidak terima jika ada orang yang diadili padahal tidak bersalah."

"Tapi.... dari mana kau mendapatkan surat itu? Surat itu seharusnya sudah lenyap setelah kubaca." Sakura balik memandang Sasuke dengan tatapan bingung.

"Kau meremehkanku ya? Sebenarnya, aku juga minta bantuan pada temanmu yang berada di luar desa. Dia punya kekuatan aneh untuk membuat potongan surat itu kembali utuh."

"Tapi tetap saja. Kalau Sasuke-kun tidak membantuku, aku pasti sudah mati. Entah mati karena hukuman, atau mati di tangan tuan Danzo."

"Tuan?" Sasuke segera berdiri. Sakura heran dengan tingkah Sasuke. Dengan cepat, Sasuke mendekatkan wajahnya ke wajah Sakura. Kedua tangannya menopang tubuhnya di atas ranjang. Hingga dahi mereka bersentuhan, Sasuke berhenti mendekat.

"Mulai sekarang, akulah tuanmu. Aku calon suamimu. Jadi aku adalah tuanmu." Jelas Sasuke dengan serius.

"Hihihi.... iya, iya, tuan Sasuke." Wajah Sasuke kembali mendekat. Lebih dekat dari sebelumnya. Mereka berdua bisa merasakan napas satu sama lain. Saat hidung mereka bersinggungan, Sasuke menjauh dari wajah Sakura dengan cepat. Dia berdiri dengan wajah yang menghadap tembok.

"S-Sasuke-kun..." BRAAKK...pintu kamar itu tiba-tiba terbuka.

"Sakura-chan!!!! Bagaimana kabarmu hari ini? Apa kau baik-baik saja?" Pemuda berwajah konyol dengan helaian kuning ini benar-benar mengejutkan Sakura.

"Naruto! Apa yang kau lakukan!?" Karena kesal, Sakura sedikit membentak Naruto.

"Aku kan mau menjengukmu. Eh, ada Sasuke di sini. Hayoo, apa yang kalian berdua lakukan di tempat tertutup seperti ini?" Naruto menggoda Sakura dan Sasuke. Meski Sasuke tak memberi tanggapan yang signifikan, wajah Sakura memerah.

"N-Naruto....!"

"Apa pun itu, bukan urusanmu." Sasuke berjalan ke arah Naruto. Dia mengambil bungkusan di tangan Naruto dan mendorongnya keluar.

"T-tunggu dulu. Sasuke!" Pintu kembali tertutup rapat. Dari luar, Naruto sempat berusaha mendobrak pintu. Tapi Sasuke menekan pintu dari dalam agar tak terbuka. Tak lama kemudian, Naruto benar-benar pergi dari sana. Meninggalkan Sasuke dan Sakura berdua. Di tempat yang tertutup.

Pandangan mereka sempat bertemu. Tapi dengan malu Sakura berpaling. Sasuke hanya menghela napas melihat tingkah Sakura.

"Rasanya sudah lama sekali pipimu tak memerah seperti itu." Kata Sasuke blak-blakkan sambil mendekat ke arah Sakura.

"E-eh? B-benarkah? A-aku t-tidak tahu." Keringat dingin semakin mengucur di tubuh Sakura. Entah apa yang akan Sasuke lakukan, dan bagaimana cara Sakura menanggapinya.

"Bagaimana kalau kita mulai dari awal?" Sakura menatap Sasuke bingung. "Sakura, maukah kau menikah denganku?"

Angin berembus memasuki ruangan. Rambut Sakura berkibar pelan. Mulutnya masih sedikit terbuka karena kaget, bingung, dan kombinasi perasaan lain. Lalu, setelah cukup lama menggatung jawaban, akhirnya Sakura memutuskan. Sakura tersenyum lembut dengan mata berkaca.

"Iya, aku mau."

TAMAT

OK, akhirnya selesai juga. Semoga kalian suka ya 😊

Terima kasih sudah mendukung author selama ini. 😙

Sampai jumpa di fanfiction author yang lain, jaa ~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top