8. Impian Itachi
Anata No Motto Shiritai
(Aku Ingin Tahu Lebih Banyak Tentangmu)
Story by zhaErza
Naruto by Masashi Kishimoto
.
.
.
BAB VIII
Impian Itachi
.
.
.
Agak terkejut karena menyadari seseorang telah berdiri di belakang tubuhnya, Sakura pun tersentak kecil dan menolehkan kepala, kemudian berseru riang. Tidak mengira bahwa lelaki yang pernah menyelamatkan sang bunga telah kembali dari misi. Bahkan Sasuke masih mengenakan jubah hitam, hingga membuat Sakura berpikir apakah ini hanyalah kebetulan mereka bisa bertemu di tengah jalan? Sepertinya tidak.
"Sasuke-kun! Kau sudah kembali!"
Anggukan terlihat.
"Ya, ketika sampai, ibu bilang kau belum pulang juga karena menjenguk teman-teman di rumah sakit. Jadi, aku berniat menyusul.
"Ah, maaf, tadi kami mampir ke YakiniQ sebentar."
Menatap ke arah Shikamaru, Sakura pun menyampaikan bahwa ia akan kembali ke kediaman Uchiha bersama Sasuke. Setelah menganggukkan kepala dan mengucapkan sampai jumpa, mereka pun berpisah.
Gadis itu menghela napas, kemudian mendongakkan kepala dan menatap salju yang mulai turun satu demi satu. Telapak tangan Sakura menampungnya, memandangi benda putih yang perlahan mencair, merasakan sensasi dingin yang menyengat ketika meleleh.
"Turun salju lagi, sepertinya esok pagi akan lebih membekukan, ya?"
Lelaki itu tidak terlihat membalas ucapannya, mengerutkan alis, Sakura menolehkan kepala dan menatap sejenak.
"Sasuke-kun?"
Embusan napas kasar terdengar, sang lelaki seperti terlihat tengah memikirkan sesuatu yang membuatnya sepertit agak tidak tenang.
"Sakura, apa kau tahu bahwa Shikamaru bukan lah tipe orang yang mau bersusah payah untuk mengantar gadis yang bahkan tidak terlalu ia kenal?" tanya Sasuke, sorot mata datar kinii menatap arah jalanan, kedua tangan berada di saku, tetapi kadang-kadang Sakura melihat rahang sang lelaki mengeras.
"A-apa maksudmu?"
Napas Sakura tertahan, matanya melebar karena menyadari sesuatu.
"Tidak mungkin, kan?" tanya gadis itu lagi dengan kelu.
"Kau bilang, kau dan teman-teman makan di YakiniQ, kan?"
Kepala merah muda itu mengangguk dalam diam.
"Soalnya kami merayakan kesembuhan Sai, Chouji, Lee dan Kiba." Detak jantung Sakura bertalu-talu ketika menyebutkan nama keempat pria itu. "Maafkan aku, Sasuke-kun."
Menghentikan jalannya, Sakura menundukkan kepala, tidak berani menatap pria yang kini juga berdiri di samping sang gadis. Udara membekukan ini, sama sekali tidak berarti bagi iblis seperti Sakura. Dersik berembus, mengakibatkan rambut kedua muda-mudi itu terlihat bergoyang dan sedikit berantakan.
Kawasan Uchiha telah mereka jejaki, sekitar dua puluh meter lagi, mereka akan tiba di kediaman yang ditempati Sakura sekarang.
"Seharusnya kau tidak bertindak ceroboh, Sakura." Si lelaki terlihat menatap dengan pandangan sulit diartikan, embusan napas terdengar setelahnya.
"Tapi, tugasku adalah untuk membantu dan menyembuhkan. Mereka juga adalah teman-temanku sekarang."
Gadis itu menatap sang pria dengan yakin, kemudian mengalihkan wajah dan mengusap bagian mata yang tiba-tiba berembun. Ia hanya bisa berujar permohonan maaf kembali, tahu bahwa berada di kalangan manusia adalah sesuatu yang berbahaya untuk iblis seperti dirinya. Apalagi dengan sisa-sisa racun di tubuh, sudah dipastikan Sakura tidak akan bisa kabur atau melawan jika tertangkap.
"Di antara mereka ada yang memiliki kemampuan menganalisis yang luar biasa. Terutama Shikamaru, Sakura. Jadi, berhati-hati lah jika aku atau Kak Itachi tidak ada di sampingmu."
Mereka memasuki pintu, membuka sepatu dan menuju ke kamar. Setelah mengatakan hal demikian, Sasuke dan Sakura sama-sama tidak membuka suara lagi. Suasana rumah yang sepi, membuat keadaan menjadi taramat canggung dan terasa semakin membekukan. Sang gadis merasa sesak di dada, tidak sadar dengan apa yang ia perbuat. Karena ingin menyembuhkan orang-orang yang dijadikan teman, ia sampai melupakan fakta, bahwa iblis dan manusia saling bermusuhan. Jika tertangkap, satu keluarga ini akan kena imbas karena status Sakura.
"Kau tahu, Sakura," ujar Sasuke, mereka telah berada di kamar, Sasuke tengah membuka jubah dan menggantung benda itu di paku. Sang gadis pun menolehkan kepala ketika namanya disebutkan. "Mendamaikan hubungan manusia dan iblis, merupakan impian Kak Itachi yang ingin direalisasikan ketika menjadi Hokage ketujuh."
Emerald terlihat lebih bercahaya, entah itu hanyalah pantulan lampu di dalam ruangan. Namun, Sakura bernar-benar merasa dadanya membuncah, ada sesuatu yang sulit ia ucapkan dengan kata-kata, tetapi perasaan asing ini membuat sebutir air mata mengalir satu demi satu dengan senyuman terpantri di bibir.
"Sakura...."
Lelaki itu mendatangi, menatap wajah Sakura yang memerah karena terisak kecil.
"Aku baik-baik saja, aku hanya merasa... ukh... terima kasih...." Sakura kehabisan kata-kata, ia hanya bisa menutup wajah dengan telapak tangan, hingga membuat Sasuke menghela napas dan tersenyum kecil, kemudian menggungakan tangannya untuk mengusap kepala merah muda tersebut.
"Akan aku sampaikan kepadanya."
Setelah percakapan tersebut, Sasuke berkata agar Sakura bersegera beristirahat, sementara dirinya ingin membersihkan diri dahulu.
.
.
.
Benar saja, pagi hari terasa lebih membekukan. Untuk menaikkan suhu, beberapa orang terlihat berlari dan mencairkan lemak di tubuh, ada pula yang berselimut dan tidak ingin beraktivitas di luar rumah, sebagian lagi berada di meja makan dan menikmati hidangan teh yang menghangatkan.
Baru saja keluar dari kamar, Sakura lantas beranjak menuju ruang makan, tetapi ia berselisih jalan dengan sang sulung di keluarga ini.
"Kak Itachi, mau ke mana pagi-pagi sekali?"
Tersenyum, lelaki itu menjelaskan bahwa ia harus menghadiri pertemuan di ruang rapat Hokage pagi ini, itu sebabnya berusaha untuk datang lebih awal.
"Oh, kalau begitu hati-hati di jalan, Kak."
Itachi menyunggingkan bibir, kemudian terbelalak karena melihat Sakura yang menghamburkan tubuh ke dalam pelukannya.
Memisahkan diri, Sakura melebarkan senyuman hingga barisan gigi terlihat, ia juga memundurkan langkah. Menyaksikannya membuat Itachi tertawa kecil, kemudian menggerakkan tangan seperti memanggil Sakura untuk mendekat.
Manik emerald yang membesar terlihat, Sakura lantas melangkah maju dan yang ia dapatkan adalah dahinya diketuk dengan jari telunjuk dan tengah oleh sang lelaki hingga membuat Sakura mengaduh.
"Aku berangkat dulu," ujar Itachi dan melangkah pergi.
Mengakat tangannya, Sakura melambai sambil mengucapka sampai jumpa. Setelah lelaki itu menghilang dari padangan mata, ia kembali melangkah menuju dapur. Di sana seperti biasa sudah ada Mikoto yang tengah membuat sarapan, hari ini bukan hanya Itachi yang tidak berada di tempat, tetapi sang kepala keluarga pun tidak tidak kelihatan batang hidungnya. Seperti yang dijelaskan Itachi, Mungkin Fugaku pun mengikuti rapat penting di gedung Hokage.
"Sasuke-kun belum bangun, Sakura-chan?"
"Sepertinya masih membersihkan diri, Bi. Ah, biar aku bantu."
Tersenyum, Mikoto lantas membagi salah satu nasi yang ingin dijadikan onigiri kesukaan Sasuke.
"Letakkan ekstera tomat di dalamnya, ya. Sasuke-kun sangat menyukai itu."
.
.
.
Mimpi Itachi adalah mendamaikan permusuhan antara manusia dan iblis, jika para bangsawan di kalangan Sakura bersedia, mereka mungkin bisa bersama-sama menghentikan iblis pemakan manusia. Namun, hal ini tidak mudah direalisasikan. Pasti banyak pertimbangan yang akan diambil, juga kemungkinan-kemungkikan hal fatal yang bisa saja terjadi.
Memandangi daun yang tertutupi salju, Sakura meletakkan dagunya di atas kedua tangan yang dilipat di atas meja. Rasa tidak mengenakkan kembali memenuhi dada, rindu akan orang tua. Apalagi Itachi mengatakan bahwa kalangan yang menangkap keluarga sang gadis bukanlah berasal dari ninja pemburu Konoha. Itu berarti, sulit bagi Itachi sekalipun untuk mengetahui keadaan Mebuki dan Kizashi. Apakah mereka masih hidup atau telah tiada?
Uap napas mengepul, ia memejamkan kelopak sebentar dan karenanya air mata Sakura pun menetes.
Ketukan di pintu kamar membuat Sakura mengerjabkan mata, ia melihat Sasuke melangkah masuk setelah ia menjawab pertanyaan lelaki itu.
Terdiam sejenak karena melihat Sakura yang berusaha menyembunyikan kesedihan, Sasuke memilih menggantung jubah di paku dan mengambil pakaian ganti sebelum membersihkan diri.
Tidak saling berbicara, Sakura memilih menutup jendela karena malam mulai larut, kemudian ia menyiapkan futonnya dan juga futon Sasuke. Mengembuskan napas kembali, ia tahu berada di Konoha pasti akan membuat bagai dipenjarakan, tidak bisa berkelana untuk membantu orang-orang, apalagi beberapa waktu lalu salah satu rekan Sasuke mencurigai status Sakura yang tidak jelas.
Gadis itu termenung kembali, bahkan hanya bisa mendudukkan diri di atas kasur lipat yang telah dibentang, tatapan menerawang entah ke mana dan bahkan tidak menyadari Sasuke yang telah berada di kamar ini.
"Kau baik-baik saja, Sakura?"
Pertanyaan itu tidak juga dijawab, Sasuke menghela napas dan menyentuh pundak sang gadis, seperti tebakannya, Sakura tersentak kaget.
"Kau baik-baik saja?" tanya Sasuke kedua kalinya, gadis itu terlihat menganggukkan kepala dengan cepat.
"Istirahatlah, kau terlihat lelah, Sakura."
Lelaki itu membetulkan selimut Sakura, tetapi raut wajahnya tetap datar, kemudian mengerutkan alis lagi karena mendapati sang gadis kemabli melamun.
"Ah, kau bilang apa?"
Hela napas teredengar.
"Tidurlah," ujar Sasuke dengan suara lembut.
"Kak Itachi sudah pulang, Sasuke-kun?"
Gelengan kepala terlihat, lelaki itu masih berada di dekat Sakura.
"Belum, mungkin besok pagi."
"Kalau terus-terusan bekerja, Kak Itachi bisa sakit."
Angukan kepala terlihat.
"Tapi dia harus mempersiapkan banyak hal, soalnya Kakashi ingin segera pensiun dini."
Mengerutkan alis, Sakura lantas mengatakan bahwa ia ingin membuatkan vitamin untuk mereka yang berkerja dengan giat, khususnya Itachi dan Fugaku yang sangat jarang berada di rumah. Setelah mengatakan itu, Sakura tersenyum dan beranjak untuk beristirahat meski sebagai iblis ia tidak terlalu membutuhkannya.
Mereka sama-sama telah terlelab di kasur masing-masing, kemudian dini hari sekitar pukul dua, Sasuke terbangun karena mendengar ketukan pintu, kemudian pintu dibuka dan ibunya masuk ketika Sasuke mendudukkan diri.
Wajah cemas Mikoto membuat Sasuke mengerutkan alis, sedangkan Sakura yang mengucek mata terlihat terkejut karena mendengar suara bergetar wantia paruh baya itu.
"Sasuke-kun, Itachi dirawat di rumah sakit lagi," ujar Mikoto, wajahnya pucat dengan tangan yang bergetar.
"Lagi?" tanya Sakura, gadis itu melebarkan mata dan lantas terlihat sangat khawatir. Padahal tadi beberapa jam lalu mereka baru saja membicarakan lelaki itu, Sakura bahkan berencana membuatkannya vitamin untuk menambah stamina agar tidak gampang sakit.
Anggukan kepala Sasuke terlihat, pria itu menyuruh ibunya untuk menunggu sebentar, kemudian setelah membersihkan diri, mereka pun berangkat ke rumah sakit Konoha.
Resah menghujam dada, ketika ia mendapati kamar rawat inap yang dimaksud dan di sana telah berdiri Fugaku bersama seorang dokter perempuan. Sakura mendengarkan, bahwa lelaki itu terlalu lelah karena pekerjaannya, yang mana hal ini sudah pernah beberapa kali terjadi. Membuka pintu kamar, ia melihat Itachi terbaring dengan selang oksigen dan infus di punggung tangan, wajah lelaki itu sangat pucat, kantung mata tercetak jelas dan Sakura hanya bisa menahan napas ketika Itachi membuka mata dan menyunggingkan senyuman kepadanya.
"Sakura," ujar lelaki itu.
Mengenggam punggung tangan Itachi yang tidak berinfus, Sakura memandangi dengan raut khawatir, kemudian bertanya bagaimana perasaan Itachi sekarang.
"Aku sudah merasa lebih baik, tidak perlu khawatir." Setelah mengatakan hal itu, masuklah keluarga sang lelaki, ia menatap satu persatu, terutama sang ibu yang terlihat sangat syok ketika menatap anaknya terbaring lemah seperti sekarang.
Membirkan Mikoto memeluk Itachi, Sakura memberikan ruang dan menatap Sasuke yang mengerutkan alis, ia tahu lelaki itu pun sangat resah dengan kesehatan sang kakak.
Membirkan kedua orang tuanya merawat Itachi, Sasuke pun mengajak Sakura untuk duduk di sofa tidak jauh dari ranjang, mungkin sekitar lima meter saja jaraknya.
"Dia akan baik-baik saja," ucap Sasuke, tahu Sakura bertanya-tanya tetapi tidak ingin menambah keruh suasana karena rasa penasaran.
"Apakah hal ini sering terjadi? Kak Itachi kelelahan, pasti karena terus-terusan ikut melatihku juga."
Embusan napas terdengar, Sasuke menatap gadis itu dan menggelengkan kepala.
"Kalau begitu, aku ingin berlatih lebih keras lagi agar bisa menguasainya dan tidak merepotkan kalian lagi," bisik Sakura, ia menatap wajah Sasuke dengan kesungguhan, hingga membuat lelaki itu menyunggingkan senyum tipis untuk merespons.
"Kau pasti bisa, Sakura."
.
.
.
Bersambung
Sudah lama tidak ngetik ff ini, karena sempat lupa alur tengah, tetapi sudah ingat hehehe.
Maaf ya tidak diedit lagi, tidak sempat soalnya huhu. Jangan sungkan untuk memberikan kritik dan saran, juga typo ya.
Terusssss....
Marhaban Ya Ramadhan, semoga dengan berkah Ramadhan, virus corona segera mereda. Amin.
Selamat menunaikan ibadah puasa untuk umat Islam.
Salam sayang dari istrinya Uchiha Itachi,
zhaErza
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top