3. Pelan-pelan Bercerita

Anata No Motto Shiritai

(Aku Ingin Tahu Lebih Banyak Tentangmu)

Story by zhaErza

Naruto by Masashi Kishimoto

.

.

.

BAB III

Pelan-pelan Bercerita

.

.

.

Salju kembali turun, mata emerald menatap satu demi satu benda putih itu dari balik jendela. Walau hari masih siang, cuaca terasa lebih dingin dan membuat siapa saja akan menebalkan pakaian untuk menghalau udara. Iblis memang tidak merasakan hal itu, tetapi Mikoto yang datang dan memberikan penghangat juga selimut tambahan untuk Sakura, membuat sang dara mengambil kesimpulan demikian.

Berada di tempat ini, Sakura berpikir ia mulai bisa bersyukur. Dendam di hati sedikit demi sedikit mulai berkurang, diterima walau mereka tidak tahu ia adalah musuh manusia, apalagi sang wanita paruh baya teramat berbaik hati kepada Sakura. Tidak mengapa, ia tidak menyesali kepalsuan statusnya yang dikira sebagai gadis biasa.

Sakura mulai berpikir, semua rasa sakit yang memenuhi hati, gemelut dan luka,  itu adalah karena trauma. Seharusnya, mereka tidak bernasib demikian, mereka membantu siapa saja selama ini dengan iklas, tetapi siapa yang bisa mempredisi takdir bahwa hidup Mebuki dan Kizashi akan berakhir di tangan ninja pemburu. Tidak ada yang tahu, keharmonian keluarga mereka, hancur begitu saja karena status sebagai iblis bangsawan yang diperebutkan darah dan jantungnya.

Uap mengepul ketika Sakura mengembuskan napas dengan perasaan sesak di dada, berharap semua luka dan rasa sakit di sana menghilang. Ia merapatkan kimono hasil jahitan Mikoto, kemudian memeluk dirinya sendiri dengan air mata menggalir di pipi.

"Ayah... Ibu... bagaimana keadaan kalian? Sakura sangat rindu."

Air mata kembali menjenjak di pipi, tetapi cepat-cepat ia menghapusnya ketika menyadari seseorang berjalan masuk, kemudian mereka saling memandang dalam keheningan. Di dalam batin, sama-sama saling bertanya, kemudian ada senyum ramah yang diutarakan sang pria yang baru saja melangkah masuk dan menutup pintu.

"Nona Baik Hati, aku benar-benar senang bisa bertemu dan menjamu dirimu di kediaman kami."

Suasana hangat tergambar dari raut wajah dan suara sang pria.

Wajah itu tidak terlalu berubah, selain bentuk tubuh yang menjadi lebih tinggi dan garis-garis dewasa yang tercetak jelas, Sakura benar-benar bisa mengingat sang lelaki yang bernama Uchiha Itachi.

"Ibu bilang kau lebih memilih untuk berlama-lama di kamar, jadi aku datang ke sini, kau keberatan?"

Gelengan kaku terlihat, Sakura merasa dirinya agak takut, apalagi mendengar penjelasan Mikoto bahwa Itachi adalah salah satu Uchiha terkuat di klan ini.

"Aku membawakan dango, kau mau makan bersamaku?"

"Iya, terima kasih, Itachi-san."

"Tidak perlu sungkan, kau bisa memanggilku seperti Sasuke, agar lebih akrab."

Dua bungkus dango diletakkan di atas piring, mereka sekarang berada di dapur, sedangkan Mikoto berada di kamarnya untuk istirahat sejenak.

Gadis itu tidak menyentuh camilan di meja, setelah dipersilakan kembali, dengan agak sungkan  Sakura pun mengambil satu tusuk  dengan malu-malu. Di luar dugaan, dengan cepat Itachi menghabiskan tiga tusuk dango, dan bisa Sakura lihat lelaki itu teramat menikmati hingga matanya terpejam dan senyuman terpantri di bibir.

Sakura melebarkan mata, menahan diri untuk tidak tertawa, tetapi gagal karena ia malah tersenyum-senyum sendiri. Setelah habis, Itachi membuka mata dan menatap si gadis dengan senyuman tidak enak hati karena ketahuan terlalu menyukai dango.

"Maaf, ya. Aku sering seperti ini kalau menyantapnya."

"Bibi bilang, Kak Itachi sangat suka dango, sampai terlihat murung karena kehabisan ketika ingin membeli di kedai."

Tertawa kecil, Itachi menghela napas perlahan.

"Apa saja yang sudah diceritakan ibuku? Dasar, ini agak memalukan, bukan?"

Gelengan kepala terlihat, gadis itu berkata bahwa sangat wajar menyukai dango. Camilan ini terasa manis, siapa pun akan suka.

"Tidak dengan Sasuke," ujar Itachi.

"Eh?"

"Lalu, ke mana Sasuke, dia meninggalkamu sendirian?"

"Sasuke pergi berpatroli di perbatasan."

Lelaki itu menyamankan duduknya setelah menenggak air, ia menatap Sakura dan berkata bahwa akan membalas budi gadis itu, tepat seperti apa yang dijelaskan Sasuke beberapa hari lalu.

"Sejak dahulu, aku selalu berpikir bahwa iblis pasti tidak keseluruhan memiliki keinginan untuk memangsa manusia. Perburuan itu, dilakukan karena adanya iblis pemangsa, tetapi setelah tahu darah dan jantung yang bukan pemangsa berguna untuk menyembuhkan luka dan penyakit, semua menjadi berbeda."

Terdiam sejenak, Itachi melanjutkan perkataannya, membiarkan Sakura menjadi pendengar yang baik.

"Tidak banyak buku yang menjelaskan, atau manusia yang bertemu langsung dengan iblis bangsawan. Namun, ada satu buku yang menjelaskan bahwa jantung kalangan ini bisa berguna untuk menghidupkan orang yang telah mati. Aku sendiri, baru pernah bertemu satu kali, sembilan tahu lalu. Dan informasi itu tidak banyak yang mempercainya, ketika aku menjelaskan kalian telah membantuku."

"Kenapa mereka tidak percaya?"

"Karena aku tidak menjelaskan fisik kalian dengan jelas, aku tidak ingin kalian dicari dan dikenali. Menurutku, kemungkinan tidak satu atau dua iblis bangsawan yang menjelajah dan membantu makhluk mana pun seperti keluargamu, Sakura."

Sakura mengingat, kemudian ia menjelaskan tentang orang tuanya yang pernah mengatakan bahwa iblis bangsawan rata-rata tidak memiliki keinginan untuk menyakiti manusia, apalagi memangsa. Dari pada itu, cukup banyak yang menjelajah untuk melihat isi dunia. Bahkan beberapa ada yang berbaur dengan manusia dengan cara menekan bau dan aura iblis mereka. Jika kedua hal itu bisa dikendalikan, maka wujud iblis bangsawan akan selayaknya menjadi seperti manusia.

"Hal ini hanya bisa dilakukan oleh iblis bangsawan? Kau bisa melakukannya?"

Gadis itu mengangguk untuk pertanyaan pertama, tetapi wajah muram Sakura menjawab menjawab pertanyaan kedua. Kizashi dan Mebuki baru satu kali mengajari Sakura secara langsung, pengalaman lain ia ketahui dari iblis bangsawan yang kebetulan pernah bertemu dengannya di beberapa tempat. Entah bagaimana, jika bertemu iblis yang membaur, mereka akan saling mengenali.

Untuk teknik ini sendiri, membutuhkan kesiapan dan penguasaan yang baik, jika tidak ia akan kehilangan tenaga dan berakhir tidak sadarkan diri. Keadaan ini yang membuat beberapa iblis bangsawan memilih tidak melakukannya.

"Baiklah, kalau begitu aku akan memberikanmu segel khusus untuk menahan aura iblis, tetapi harus diperbarui seminggu sekali, waktu sendiri tidak bisa diprediksi. Hal ini dilakukan karena pengaruh racun akan membuatmu kehilangan kontrol kekuatan. Setidaknya, ketika efek racun muncul lagi, aura iblis tidak akan menguar."

Emerald menatap haru hingga berkaca-kaca,]Sakura mengangguk dan tersenyum lebar, walau air mata menggenang, entah kenapa dadanya terasa hangat. Itachi benar-benar laki-laki yang baik dan semudah ini membuatnya nyaman.

"Terima kasih, Kak Itachi."

.

.

.

"Sasu-Teme menyembunyikan seorang gadis cantik di rumahnya!"

Teriakan Naruto membuat rekan-rekan tim tujuh dan tim lain terkejut bukan main. Beberapa dari mereka melogo, beberapa tidak memercayai ucapan Naruto dan balik meneriaki, ada yang memerah malu dan juga tidak peduli dengan informasi tak penting ini.

"Kalau tidak percaya, tanya saja pada Chouji dan Shikamaru! Kalian ini dasar menyebalkan!"

"Aku percaya, Naruto-kun!" seru Lee dengan mata berapi-api. Diikuti anggukan kepala Hinata yang menggoyangkan poni.

Dua orang yang disebutkan namanya oleh Naruto mengangguk, satu sama lain terlihat berbanding terbalik, semangat dan malas.

"Gadis itu tertidur di atas kuda dengan Sasuke menjadi tumpuan!" seru Chouji, awalnya dia sempat berpikir kalau itu hanya ilusi dari si Uchiha karena tidak mau dikatai homo dan memiliki hubungan khusus dengan Naruto.

"Tidak! Tidak! Tidak mungkin Sasuke-kun membawa seorang gadis dan menyembunyikannya di rumah!" Ino berteriak nyaring, mengelengkan kepala dengan dramatis, tidak peduli musim dingin masih membekukan, gadis itu nekat berpakaian seksi dengan dandanan eksotis.

Hinata yang masih memerah diam-diam bersyukur, rumor mengerikan itu ternyata tidak benar. Ia akan bersumpah untuk mendukung hubungan Sasuke dengan si gadis misterius.

"Khah! Aku tidak percaya kalau belum melihatnya sendiri!" Seru Kiba dan disahuti oleh Akamaru yang menyalak, anjing kesayangnya.

"Kalau begitu, kita pergi ke rumah Sasuke-kun saja untuk membuktikan." Ino terlihat tidak sabar, tidak sabar untuk patah hati seribu kali, ia tidak akan peduli. Walau gadis Yamanaka itu sudah punya Sai, hati kecilnya tetap bergemelut karena ada seorang gadis yang menakhlukkan Uchiha Sasuke.

"Tidak mungkin, kalau di sana ada Uchiha-sama, kita akan sangat sungkan." Neji yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara untuk menghentikan rencana gila ini.

"Itu benar," ujar Tenten.

.

.

.

Sore hari, akhirnya Naruto, Hinata dan Ino datang berkunjung. Membawakan masakan buatan si gadis indigo dan bunga dari toko Yamanaka, mereka nekat untuk membuktikan. Jika mengetahui Uchiha Fugaku tidak ada di rumah, Naruto akan mengirimkan sinyal kepada bunshin di luar sana agar yang lain ikut masuk. Namun, nasib tiada yang tahu, lelaki kaku bin seram itu ada di ruangan keluarga dengan Sakura dan Itachi yang duduk sambil menikmati teh.

Mikoto yang membukakan pintu membawa mereka kepada Sakura, dan Naruto terpelongo karena seperti melihat sang dara adalah seorang istri dari salah satu anak pasangan Uchiha. Dan di mana si Sasuke sialan itu? Oh, dia sedang pergi misi hari ini.

"Se-se-se-selamat pagi, Paman Fugaku yang ganteng." Mendadak, Naruto menjadi gagap dan otaknya bagai lumpuh sampai salah menyebutkan waktu, padahal sekarang sudah sore hari. Jika bukan karena Ino yang menepuk punggung si kuning, lelaki berusia sembilan belas itu akan terus mengucapkan 'se' sampai esok hari.

Semua orang mendadak menatap Naruto, minus Fugaku yang memejamkan mata dengan alis berkerut.

Dalam batin, Ino berteriak dengan nyaring dan membayangkan tengah menguliti si pemilik roh ganas kyubi.

"Selamat sore, Uchiha-sama, Itachi-san dan Sakura-san." Akhirnya, Hinata yang mengucapkan dengan benar dan mereka pun membungkuk sopan.

"Ekhm, selamat sore."

Semua terdiam, Sakura menatap heran orang-orang yang datang ke kediaman ini, salah satunya dapat ia ingat sebelum terlelap kembali ketika berkuda dengan Sasuke.

"Semuanya, ayo, duduk. Jangan sungkan, biar Bibi buatkan teh dan ambilkan camilan, ya."

"Terima kasih, Bi." Hinata menyahuti, dua orang lainnya masih terdiam, satu menatap Sakura  saksama dengan pandangan menilai, satu lagi hanya meringis menatap wajah seram Fugaku.

Bunga dan masakan diserahkan kepada Sakura, gadis itu melebarkan mata dan menatap Itachi, sedang yang ditatap hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.

Menerima hadiah tersebut, Sakura mengucapkan terima kasih atas perhatian rekan-rekan satu angkatan Sasuke.

Ino mengambil duduk tepat di hadapan Sakura, Hinata di sebelah gadis itu, sedang Naruto yang ingin duduk di sebelah Sakura, meringis ngeri karena berarti otomatis duduk di dekat Fugaku. Oleh karena itu, ia mengambil tempat di sebelah Itachi, yang menjadi penyesalan abadi karena berhadapan langsung dengan Fugaku yang berada di kepala meja.

"Sakura-chan! Sakura-chan! Kenapa kau mau tinggal dengan Sasuke, kuberitahu saja, dia itu menyebalkan dan sangat tidak berperasaan. Aku saja...."

"Ekhm! Naruto, walau kau dan putraku adalah pahlawan utama perang, tidak sepantasnya ninja pemburu bersantai seperti ini."

Mendengar Fugaku berdeham kuat, Naruto mencicit hingga suara pun menghilang, dan tidak menyelesaikan kalimat terakhir.

"Kami sudah berlatih dari siang tadi, Paman." Tentu saja itu bohong, hal yang sebenarnya terjadi adalah sejak siang tadi mereka bergosip tentang fakta Sasuke menyimpan gadis misterius di rumah ini.

Seruputan teh terdengar, Naruto terlihat menghela napas, mungkin cakra kyubi pun akan terkuras kalau terus dipelototi Fugaku.

"Kalau begitu, sebelumnya salam kenal, Sakura-san. Namaku Hyuuga Hinata." Mengambil alih suasana, Hinata mulai berkenalan.

Sakura tersenyum karena melihat si gadis tersenyum, wajah yang anggun dan terlihat ramah membuat ia mudah menerim kehadiran gadis itu.

"Salam kenal, Hyuuga-san." Sakura pun membalas.

"Hinata saja," ujar gadis itu.

Anggukan terlihat.

"Ah, kalau begitu aku! Aku juga mau berkenalan. Aku adalah Uzumaki Naruto, cita-citaku ingin menjadi Hokage dan aku suka ramen." Lelaki berambut kuning pun tersenyum percaya diri.

Tertawa kecil, Sakura menganggukkan kepala dan membalas perkenalan lelaki energik itu.

"Aku Yamanaka Ino."

"Salam kenal juga, kau bisa panggil aku Sakura."

Karena asik saling bercerita, Naruto melupakan tugasnya untuk mengirimkan sinyal kepada bayangan di luar sana. Alhasil, teman-teman yang menunggu mulai risau dan beberapa ingin mengetuk pintu untuk masuk. Namun, Neji dan Shikamaru menghentikan Lee dan Kiba yang sudah bersikeras.

Beruntung beberapa saat kemudian, mereka mendapatkan informasi dari Ino yang berpura-pura ingin ke kamar mandi. Sambil menghela napas, ia mencibir karena Naruto benar-benar tidak bisa diharapkan.

Mengetahui Fugaku yang berada di rumah, semangat mereka untuk bertemu Sakura berganti dengan rasa tegang. Untuk itu, Ino mejelaskan sebisa mungkin akan mengajak Sakura berjalan-jalan mengelilingi desa. Apalagi, gadis itu sama sekali belum pernah keluar dari rumah.

Namun, sepertinya tidak akan semudah itu, Itachi tentu tidak akan mengizinkan Sakura berkeliaran untuk waktu dekat ini.

.

.

.

Bersambung

Ahhhhh akhirnya selesai ngedit, hahahahha.

Suka banget tahu, kalau udah ada scene anggota rookie sembilan dan plus tim Neji yang ngumpul gini.

Hayoooo, di antara kumpulan itu, selain Sasuke, siapa lagi yang karakternya tidak terlibat gosip ini?

Jangan lupa berikan vote, komen, kritik dan saran yaaaa.

Semoga bisa update cepat lagi heheh.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top