2. Gadis Asing di Dalam Rengkuhan
Anata No Motto Shiritai
(Aku Ingin Tahu Lebih Banyak Tentangmu)
Story by zhaErza
Naruto by Masashi Kishimoto
.
.
.
BAB II
Gadis Asing di Dalam Rengkuhan
.
.
.
Matahari menyingsing ketika mereka mulai bergerak dengan kuda, untuk memeriksa keadaan, selama beberapa menit Sasuke telah melihat situasi dengan cara menaiki atas pohon dan memantau cakra ninja pemburu dengan kemampuan mata Sharingan. Hasilnya, dari jarak yang dapat ia lihat, tidak ada aktivitas cakra mencurigakan. Maka dari itu, mereka mulai bergerak menuju Desa Konoha.
Sakura tertidur dan tengah berada di rengkuhan, jubah hitam Sasuke telah ia buka dan menutupi bagian depan gadis yang sekarang tidak sadarkan diri lagi, ikat kepala yang biasa disimpan Sasuke kini berada di dahi si dara, tidak ingin tanda iblis muncul dan mengacaukan rencana. Mengambil jalur berbeda, Sasuke memastikan mereka tidak berselisih jalan dengan pemburu junior karena ingin berlatih di hutan atau para pemburu lain yang ingin keluar kawasan hutan perbatasan.
Nyaris sore ketika mereka sampai di desa, gadis itu telah tersadar dan memandang dengan mata sayu orang-orang yang berada tidak jauh dari mereka. Beberapa menghampiri Sasuke dan memberikan sambutan atas kedatangannya. Sang lelaki menganggukkan kepala sebagai balasan untuk bersopan santun.
Suara teriakan terdengar, seorang lelaki mendekat dengan cengiran lebar, kemudian berkacak pinggang dan bersungut-sungut.
"Dasar kau berengsek! Kenapa tidak mengajakku untuk berlatih ke hutan perbatasan, hah!"
"Berisik, Naruto," ujarnya dingin, kemudian melanjutkan langkah kuda yang sempat berhenti dengan menghentak tali kekang.
Naas, Sasuke berada di jalanan desa, dan tidak mungkin berkuda dengan laju, ia menghela napas karena lelaki itu mengikuti berjalan santai di sebelah kuda.
"Oh, ya? Kau membawa siapa? Dia tertidur?" tanya Naruto, mata nan biru melebar, sementara kedua tangan berada di belakang leher.
Tertawa karena tidak mendapatkan jawaban, Naruto malah berbicara dengan sembarangan.
"Tidak kusangka kau membawa seorang gadis, padahal kukira kau adalah homo." Naruto sama sekali tidak sadar diri, padahal dia sendiri tidak memiliki kekasih.
Uchiha Sasuke mengerutkan alis, mungkin di dalam hati tengah memotivasi dirinya agar jangan mejawab perkataan si kuning itu dengan umpatan.
Teriakan lain datang beberapa saat kemudian, Sasuke memutar bolah mata, di batin berkata si pembuat onar mulai berdatangan. Chouji dan Shikamaru bergabung, lelaki berbadan gempal terlihat menegur Naruto yang sudah terlambat, padahal seharusnya mereka memberikan laporan misi setelah seminggu berada di luar desa.
Itulah hal yang menyebabkan si kuning tidak mengekori Sasuke berlatih di hutan, tetapi Naruto tetap saja menyebalkan dengan berkata seolah ini semua disengaja olehnya, walau memang benar. Ia tidak ingin repot-repot mendengarkan celotehan si kuning ketika berlatih, itu adalah alasan Sasuke pergi ke hutan seorang diri di saat Naruto memiliki misi.
Sekali lagi, fakta Sasuke membawa seorang gadis menjadi fokus dua sahabat yang selalu ke mana-mana bersama. Sasuke yang tidak mau repot, menghentak tali kekang hingga laju kuda meningkat, lagi pula sekarang kondisi jalan agak lenggang.
Kepulangannya disambut sang ibu, wanita yang masih terlihat awet muda itu tersenyum lebar, setelahnya terheran dengan seorang gadis yang berada di gendongan Sasuke.
"Ibu, bisa tolong siapkan futonku di kamar, dia terluka dan harus beristirahat."
"Ah, baiklah, hati-hati membawanya, Sasuke-kun."
Mikoto masih terheran, setelah gadis itu diletakkan di kasur, Sasuke berjongkok dan memeriksa suhu tubuh dengan jari. Syukurlah, dia baik-baik saja untuk saat ini.
"Apa yang terjadi, Sasuke-kun?"
"Dia kenalanku, aku menemukannya terluka ketika berlatih, jadi kubawa pulang karena tidak tahu di mana dia tinggal."
"Astaga, tubuhnya agak kotor, akan Ibu bantu bersihkan, ya. Namanya siapa, Sasuke-kun?"
Terdiam sejenak, Sasuke lantas melihat rambut merah muda sang gadis.
"Sakura, namanya Sakura, Bu."
Mikoto menganggukkan kepala, kemudian mulai mempersiapkan apa yang ia butuhkan untuk membersihkan tubuh si gadis. Senyumnya melebar, ia benar-benar mendadak merasa senang karena sangat mustahil melihat anak lelakinya membawa seorang gadis secantik ini, apalagi dengann rambut merah muda panjang. Sangat indah sekali, batin wanita berambut kelam dengan wajah mirip Uchiha Sasuke.
Setelah selesai, Mikoto keluar dari kamar, menemukan sang anak baru saja mandi dan memakai kaus belengan pendek, salah satu terlihat tengah mengusap kepala dengan handuk.
"Ibu memakaikannya kimono tidur berbahan sutra milik Ibu ketika masih muda, sangat cocok dan indah. Perban juga sudah diganti, kasihan sekali Sakura-chan, dengan luka seperti itu, pasti menyakitkan." Setelah berwajah bersedih hati, Mikoto menghela napas. "Ah, kalau begitu, Ibu akan masakkan sup dan bubur, mungkin sebentar lagi ia sadarkan diri," ujarnya dengan senyuman lembut dan melangkah menuju dapur dengan apron yang telah terpasang rapi.
Membuka pintu kamar, Sasuke menatap Sakura yang sedang terlelap dengan pakaian yang diceritakan wanita setengah baya tadi. Ayahnya sedang bekerja dan agak jarang pulang, mungkin beberapa kali seminggu, sedang Itachi berada di kantor Hokage, laki-laki itu akan menjadi Hokage setelah Kakashi dan tengah mempelajari banyak hal di ruangan sang pemimpin. Untuk sementara keadaan Sakura aman, sebenarnya yang paling sulit adalah sang ayah, jika sapai bau iblis tercium oleh mereka, kecurigaan pasti akan meningkat. Begitu pula dengan Mikoto, tetapi kemungkinan sang ibu masih bisa mengerti apa yang ia lakukan sekarang.
.
.
.
Perlahan-lahan, kelopak mata Sakura terbuka. Menampakkan emerald yang memandang sayu dan merasa silau karena cahaya mentari yang masuk dari jendela. Setelah mendapatkan fokus, ia terpaku sejenak karena mendapati seorang wanita asing berada tidak jauh darinya.
Membawakan sup dan bubur dengan wajah bersahaja. Wanita itu menyerukan agar Sakura menyantap hidangan yang tersaji, untuk meningkatkan stamina dan menyembuhkan luka. Padahal, Sakura hanya butuh beristirahat, sebagai iblis, ia tidak terlalu sering merasa lapar.
Menebak-nebak, kemungkinan ia berada di rumah orang si lelaki asing.
Atensi Sakura berpindah, ia menatap wajah si wanita paruh baya yang memandanginya dengan lembut, terlihat sangat berjiwa keibuan. Hingga menjadikan perasaan Sakura campur aduk, membawa pada kenangan buruk berupa ingatan tentang sang ibu yang telah tertangkap. Berpukir, pasti tidak memiliki harapan untuk bisa menyelamatkan kedua orang tuanya lagi.
Lensa emerald itu berkaca-kaca, menarik napas, Sakura berujar terima kasih, dan menyembunyikan kesedihan yang mendera.
"Sakura-chan, semoga lekas sehat, ya."
Kepala Sakura terangkat sedikit karena mendengar sang wanita memanggil namanya, berpikir darimana dia tahu, kemudian Sakura menatap Sasuke yang baru saja datang. Ah, benar, lelaki itu pasti menamai demikian karena melihat warna rambut ini.
"Terima kasih, Bi."
Setelah wanita itu keluar, Sasuke duduk berhadapan dengan Sakura, menatap wajah yang telah terlihat lebih baik setelah berisitrahat.
"Untuk sementara, kau akan tinggal di rumah kami. Di sini adalah empat orang yang tinggal selain aku; Uchiha Sasuke dan ibuku; Uchiha Mikoto. Mereka adalah Uchiha Itachi yang kau tahu sebagai kakakku, dan juga ayahku; Uchiha Fugaku."
Sakura mengingat laki-laki yang dimaksud oleh Sasuke, dia yang dahulu pernah ia selamatkan di hutan perbatasan ketika mereka menjelajah bersama ayah dan ibu.
"Aku berani menjamin, jika Itachi pasti mengerti kenapa kau kubawa kemari, dia juga tipikal laki-laki yang membalas budi. Namun, yang perlu kau ingat adalah tentang ayahku. Beliau adalah sosok laki-laki yang sangat tegas dan berwibawa, jika beliau tahu, kemungkinan kau akan dibawa ke penjara."
Detak jantung Sakura meningkat drastis, ia berkeringat dan tidak tahu harus melakukan apa di saat seperti ini.
"Keuntungannya, ayahku sangat jarang berada di rumah karena adalah seorang kepala kepolisian Desa Konoha."
Gadis itu hanya bisa menganggukkan kepala, walau di hatinya bersarang benci karena ulah manusia yang menangkap kedua orang tuanya, ia mencoba menahan diri, sangat tidak nyaman berada dekat dengan makhluk yang satu ras dengan golongan itu, apalagi Sasuke juga adalah seorang ninja pemburu. Trauma yang dialami Sakura memang sangat mendalam, mereka selalu membantu siapa pun, apa pun makhluk yang terluka, itu yang diajarkan orang tuanya, tetapi mereka diburu demikian rupa.
Ia benar-benar tidak menyangka, bahkan darah dan jantung mereka dihargai teramat mahal.
"Sampai kapan sisa-sisa racunnya akan bersarang di tubuhku?"
Sasuke berpikir sejenak, racun akan terus beraksi walau telah dikeluarkan, walau waktunya tidak ditentukan, tetapi akan terus menyisakan efeknya.
"Aku rasa beberapa tahun, tidak mudah menghilangkannya. Maka dari itu, ini menjadi sangat berguna bagi para ninja pemburu untuk menangkap iblis."
Mendengar ucapan Sasuke, dada Sakura terasa panas, perkataan laki-laki itu menyakiti perasaan.
"Bisa kau tinggalkan aku sendiri," ujarnya, Sakura lantas menidurkan tubuh dan menghadap arah lain untuk membelakangi lelaki itu.
"Hm, aku akan memberimu privasi."
.
.
.
Esok pagi, Mikoto datang ke kamar dengan mengetuk pintu setelah melihat si bungsu keluar untuk sarapan. Wanita itu membawakan sebaskom air hangat dengan handuk, sehingga Sakura yang baru saja terbangun pun mengerutkan alis.
Tubuh Sakuea sudah terasa lebaik baik, ia mendudukkan diri dan melebarkan mata karena melihat wanita itu tersenyum.
"Selamat pagi, Sakura-chan. Bagaimana tidurmu?"
"Se-selamat pagi, Bi. Tidurku sangat lelap."
Wanita itu tertewa kecil, meletakkan ember di lantai dan duduk berhadapan dengan Sakura, membantu sang gadis membuka pakaian walau Sakura merasa teramat malu, tetapi setelah diberikan petuah, akhinya mau menuturi dengan sungkan.
"Tidak mengapa, kita sama-sama wanita, kan? Lagi pula, Sakura-chan masih terluka. Perbannya tidak boleh tersentuh air dulu, kau akan kesusahan kalau seorang diri."
Gadis itu hanya bisa mengucapkan terima kasih, memandangi wajah Mikoto, perasaan itu selalu datang dan membuat sang gadis mengeha napas pelan untuk mengendalikan perasaannya.
"Ada apa, Sakura-chan? Bibi membuatmu tidak nyaman, ya?"
"Eh? Tidak, kok. Sama sekali tidak, hanya saja Bibi sangat cantik, ya."
Tertawa kecil, wanita itu menggelengkan kepala.
"Jangan berkata begitu, Bibi sudah tua, sudah tidak cantik lagi dan tidak secantik Sakura-chan." Mendengar ucapan Mikoto, Sakura menjadi semakin sungkan dan mengelengkan kepala panik dengan ucapan tidak setuju.
Yang didengar adalah tawa kecil, kemudian handuk diletakkan di baskom dan wanita itu memakaikan pakaian kepada sang gadis.
"Bibi sangat bersyukur, akhirnya Sasuke-kun membawa seorang gadis. Dia itu sangat kaku seperti ayahnya dan sangat tidak bisa akrab dengan perempuan. Hah, rasanya lega sekali karena anak Bibi sekarang telah berubah."
"Eh?"
Sakura terperangah, tidak terlalu mengerti arah pembicaraan Mikoto. Entah karena ia yang baru saja bangun tidur atau memang tengah kebingungan.
"Baiklah, sudah selesai. Sakura-chan, apa kau sudah bisa berjalan? Berada di kamar terus sangat tidak sehat, sebaiknya ikut makan bersama kami dan berkeliling rumah, bagaimana?"
Terdiam sejenak, sebelum Mikoto mengangkat baskom dan keluar dari kamar, Sakura pun bertanya siapa saja yang berada di meja makan, dan wanita itu menjelaskan hanya ada mereka bertiga.
Menganggukkan kepala, ia pun mengiyakan.
Sasuke cukup terkejut dengan kehadiran Sakura di meja makan pagi ini, ia menandangi dan melihat Sakura yang seperti sengaja tidak mau menatap dirinya. Mendapatkan senggolan siku pada lengan atasnya dari sang ibu, Sasuke menolehkan kepala.
"Jangan memandanginya dengan seram seperti itu? Sampai kapan kau mau menyimpan gadis secantik ini di kamarmu, hah?"
Wanita itu berkacak pinggang, dengan sendok nasi yang berada di genggaman tangan.
Tidak menjawab pertanyaan ibunya, Sasuke menghela napas dan menggendikkan bahu, terserah saja ibunya memikirkan apa, yang penting tidak mencurigai Sakura. Berbeda dengan Sakura, wajah gadis itu lantas memerah karena mendangar perkataan terang-terangan Mikoto.
Apa yang sebenarnya dipikirkan wanita paruh baya itu terhadap mereka?
.
.
.
Bersambung
Mikoto unyu sekali yaaa. Ahahahah
Semoga pada sukaaaa.
Jangan lupa vote dan komen.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top