|P E U T B L A H|

بسم الله الرحمن
Part 14
---

Sebelum adzan Maghrib, Ananda dan Daniel tiba dikediaman Madava. Selama di dalam mobil pula, kedua orang dewasa itu tidak membuka suara satu sama lain. Hanya Nara, Wawa, dan Brian yang berceloteh ria, menemani sore padatnya jalanan ibukota.

Ananda rasa, ada sesuatu yang menjadikan Daniel datar seperti ini. Jika boleh berangan, hati Ananda sedikit menduga bahwa Daniel mendengar guyonan dari Imam, saat di parkiran tadi. Daniel cemburu kah?

Oh, Ananda tidak boleh berpendapat sendiri.

Itu terlalu bahaya, untuk keselamatan hatinya dari kecewa yang akan datang.

Tanpa kata, Daniel langsung melengos memasuki rumahnya. Ananda tersenyum geli, jika iya Daniel cemburu. Bolehkah dirinya bahagia?
Itu berarti, ada sedikit rasa tumbuh di hati laki-laki itu. Rasa apapun itu!

"Wah, cucu-cucu nenek udah pulang! Gimana seru nggak jalannya?" Sambut Bunda Lulu mereka sudah masuk.

Dengan antusias, ketiga bocah itu menyahuti neneknya. Ananda pamit pada Bunda Lulu untuk ke atas, lebih tepatnya ke kamar Daniel. Dia ingin menyiapkan pakaian laki-laki itu, untuk ke Masjid.

"Daniel, bajunya udah aku siapin,"

Setelah mengatakan itu, Ananda gelagapan sendiri. Gadis itu terbelalak kaget saat mendapati Daniel keluar dari kamar mandi, hanya menggunakan handuk kecil melilit di pinggangnya. Ananda pikir, Daniel di kamar mandi hanya buang air saat dirinya tiba di kamar barusan.

"Kenapa?" Tanya Daniel heran dengan reaksi aneh Ananda.

"Enggak, nggak ada apa-apa kok."

Daniel yang melihat Ananda malah membelakanginya, mendekat secara perlahan. Senyum liciknya terbit seketika. Ananda mendengar derab langkah itu mendekat. Dengan spontan, dia berujar. "Ngapain mendekat, kamu pakai baju dulu."

"Kenapa memangnya?" Tanya Daniel lagi, setelah berhasil membuat Ananda menghadap ke arahnya. "Kita sudah halal bukan? Jadi tidak masalah, kalau kamu lihat aku seperti ini, telanjang dada."

Daniel mendekat, otomatis Ananda memundurkan langkahnya. Dengan sigap Daniel lalu menahan bobot tubuh Ananda. Ananda mematung bagaikan orang bodoh menatap wajah tampan Daniel. Sedekat ini dengan wajahnya, Ananda blank seketika.

Wajah Daniel mendekat, lebih dekat dengan wajahnya. Dan...

"Aaaaa... Tante sama Om Daniel ciuman!!!!"

Dengan refleks Ananda mendorong tubuh kekar Daniel dengan tenaganya. Gadis itu malu, suara kencang Nara menyelamatkan Ananda dari godaan Daniel. Diliriknya Nara yang sudah berlari dari pintu kamar Daniel.

Ananda memegang dadanya, wajahnya sudah pasti memerah. Degub jantungnya jangan dipertanyakan. Sungguh, seperti orang yang sedang lari maraton.

"Aku permisi," pamit Ananda langsung keluar dari kamar Daniel tanpa melihat empunya.

Sepeninggal Ananda, Daniel terkekeh. Melihat semburat merah di wajah Ananda, mampu mengembalikan mood-nya yang tadi sempat hancur. Entah dapat keisengan dari mana, Daniel menggoda Ananda seperti itu.

Selama hampir tiga bulan hidup bersama, satu atap dan satu ranjang bersama Ananda, Daniel belum pernah melakukan hal lebih pada gadis itu. Ciuman saja mereka belum melakukan. Jenis suami istri macam apa mereka?

Dan soal panggilan, aku-kamu Daniel sendiri yang mengubahnya tanpa Ananda minta.

Daniel Aarav Madava, satu hal yang perlu kalian ketahui. Dia sebenarnya, bukan laki-laki dingin yang irit bicara. Dia laki-laki hangat yang bersembunyi di balik topeng kedatarannya itu.

Sifat dingin dan datar itu hanya ditujukan kepada Ananda selama mereka menikah. Pernikahan yang tidak Daniel inginkan. Dan mari kita lihat, sampai kapan Daniel mampu bersembunyi dengan sikapnya itu? Selamanya kah? Atau beberapa hari lagi akan luntur?

•••

"Mama, mata Nara dosa nggak ya? Liat orang dewasa ciuman."

Ananda tersedak, mendengar pertanyaan Nara yang membuka suara saat makan malam sedang berlangsung. Daniel yang di samping gadis itu, mengangsurkan gelas berisi air putih. Dan segera diterima oleh Ananda.

"Hmm? Nggak tau sih, menurut sikonnya juga. Kalo orang dewasa itu melakukannya ditempat umum, mama rasa kita yang lihat tidak masalah. Tapi, kalo mereka melakukannya ditempat semestinya, dosa lah kita, ngapain nerobos ngintipin mereka." Jawab Freya santai.

Ananda jadi salah tingkah sendiri, melihat semua orang di meja makan menatap dirinya dan Daniel. Padahal tadi dirinya dan Daniel tidak berciuman, tapi hampir kan?

Ah, Nara. Gadis kecil itu sudah pandai membuat drama.

Bunda Lulu, Papa Gaza dan Tazkia menahan senyum sedaritadi. Tak lupa pula suami Freya dan Tazkia. Kedua pria itu sudah daritadi mengecengi Daniel sepulang dari Masjid komplek.

Sesaat setelah kejadian sebelum magrib tadi, Nara turun dengan hebohnya. Memberitahu semua orang kalau dia melihat om dan tantenya berciuman di kamar. Dengan telak gadis itu mengatakan sedang melakukan, bukan hampir melakukan. Ananda jadi malu, saat kedua kakak iparnya mengecengi dirinya tadi.

Setelah selesai sarapan, para perempuan membersihkan sisa makanan dan mencuci piring. Dan para pria, mereka duduk bersantai di ruang keluarga beserta para bocah.

"Anan, kira-kira udah isi belum?"

Ananda menoleh, saat ibu mertuanya bertanya. Keningnya mengeryit bingung, isi? Isi apa, otaknya mencerna kata isi.

"Itu loh, maksud bunda hamil, Anan." Celetuk Tazkia terkekeh, "bunda kalo ngomong jangan pakek kode dong."

"Iya nih, Bunda, pakek kode aja kerjaannya." Sambung Freya.

Ananda tersenyum, lalu menggeleng.
"Belum, bunda."

Bunda Lulu mendekat, dan memegang pundak Ananda lembut.
"Ah, bunda nggak bermaksud apa-apa kok, Nak. Cuman mau tau aja, mungkin belum rezeki kalian."

Ananda tersenyum maklum. Bahkan sangat maklum, setiap orang tua pasti ingin mempunyai cucu dari anaknya.
Walaupun si orang tua itu memiliki cucu lain dari anak sebelumnya.

"Nggak apa-apa, bunda. Anan juga santai kok, ini juga Anan lagi datang bulan."

"Biarin aja mereka, Bun. Mau pacaran dulu, kan mereka belum pacaran. Langsung nikah, pengen uwwu-uwwu dulu sebelum nanti bertiga." Samber Freya lagi.

"Benar apa kata kak Frey, Bun. Mereka kan langsung halal, menikmati momen berdua aja dulu. Bucin-bucinan dululah," tawa Tazkia mengudara saat setelah melempar godaan lada adik iparnya.

"Daniel di ranjang gimana? Hebat nggak, Anan?"

"Astagfirullahaladzim, Freya!!!"

Suara jeritan Bunda Lulu malah membuat Freya tertawa tanpa dosa.
Anak pertama keluarga Madava itu memang luar biasa.

"Emak sama anaknya, nggak ada beda. Sama-sama lemes," dengus Tazkia akhirnya.

Ananda. Gadis itu terkekeh, melihat keluarga suaminya yang begitu hangat. Arti keluarga jelas sekali tertanam untuk pondasi awal di keluarga ini. Berada ditengah-tengah mereka, mengusir kesepian yang selama ini Ananda rasakan. Disini, dia mendapat perhatian kedua orang tua, mendapat dua kakak yang ramah terhadapnya.

Tapi, satu hal yang belum di dapatnya.

Suami?

Mereka semua tidak pernah tau, bagaimana sebenarnya cerita rumah tangga Ananda. Jika keluarga Daniel tau, entah apa yang mereka lakukan. Yang pasti mereka tidak akan tertawa senang di depan Ananda? Seperti saat ini.

Lepaskan segala sesuatu yang membuatmu stres dan sedih.
    _ Ali bin Abi Thalib


Kata-kata dari salah satu sahabat Nabi itu, mampu menampar Ananda untuk melepaskan bebannya. Untuk tidak terlarut dengan kesedihan, dan Kula dengan nikmat Allah yang telah diberikan untuknya.

• • •

Daniel masih belum mengantuk juga, laki-laki itu seakan gelisah di atas pembaringannya. Dan dia juga tau kalau Ananda belum juga tidur. Gadis itu hanya memejamkan matanya, dan juga membelakanginya tidur. Untuk pertama kali, Ananda membelakangi
saat tidur dengannya. Jangan salah, Ananda tidak marah. Gadis itu masih malu dengan kejadian magrib tadi.

"Ananda."

Mata yang tadinya terpejam, terbuka begitu lebar. Daniel memanggilnya dengan sebutan nama? Damn, ada sesuatu yang bergetar hebat dalam dori Ananda, untuk pertama kali mendengar namanya diucap oleh Daniel. Daniel memanggilnya untuk apa? Gadis itu berusaha membalikkan tubuhnya menghadap suaminya. Dengan canggung.

"Aku mau bicara," ujar Daniel lagi. Lalu ia bangun, untuk duduk menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.

Ananda menyusul, gadis itu pun ikutan duduk. Rambut panjang yang digerainya itu menutupi sebagian wajahnya.

"Ada apa, Daniel?"

"Ayo kita mulai semuanya, mencoba untuk awal yang semestinya sudah kita lakukan sejak dulu."

Daniel menatap lekat Ananda, gadis itu mendongak menatap juga Daniel dengan lekat. Daniel masih menunggu reaksi Ananda, istrinya. Gadis itu masih diam, bingungkah? Belum mencerna ucapan Daniel barusan?

Daniel gemas dalam hati, bagaimana bisa istrinya itu menatap dirinya tanpa kedip hampir beberapa menit. Padahal dirinya serius mengatakan hal barusan, mengukir awal rumah tangganya yang belum dimulai sudah diujung prahara.

"Bantu aku, Ananda. Untuk mencoba membuka diri membangun rumah tangga kita. Ayo, kita mulai sama-sama, dengan aku yang akan menjadi suami dan kamu istriku."

Bisa Daniel lihat, kedua ujung mata Ananda berair. Itu berarti, Ananda sudah paham akan ucapannya. Gadis itu lalu tanpa sadar meneteskan air matanya. Daniel dibuat bingung oleh Ananda, kenapa gadis itu malah menangis?

"Why are you crying?"

"Benarkah? Apa aku sedang tidak bermimpi?" Tanya Ananda lada akhirnya, terlihat jelas seperti orang linglung.

Daniel tersenyum mengerti, lalu Daniel mengambil kedua tangan Ananda. Digenggamnya dengan erat, bisa dirasakan tangan mungil Ananda dingin. Menatap Ananda penuh keyakinan, dengan mata teduhnya.

"Apa aku terlihat sedang bercanda? Tidak, bukan? Aku serius Ananda, ayo bantu aku untuk semua itu, kita sama-sama memulainya." Tambah Daniel untuk kesekian kalinya.

"Menjadi suami istri yang sesungguhnya."

Ananda dengan segera menumbruk tubuh kekar Daniel. Gadis itu memeluk Daniel begitu erat, sangat erat. Ini yang dimaunya, keinginan yang selalu dia doakan dalam shalatnya, selama hampir tiga bulan ini. rabb-Nya, mengabulkan.

Tangisan haru Ananda, begitu membuat Daniel merasa bersalah selama tiga bulan ini. Dia merasa telah membuat dosa besar, dengan mengabaikan istrinya selama ini. Dalam pelukan Daniel, Ananda menumpahkan isi hatinya. Tangan kekar Daniel pun bermain, mengucap rambut dan punggung Ananda dengan lembut.

Hingga, gadis itu tertidur dalam pelukan hangat sang suami, untuk pertama kalinya.

Dan Ananda harap, ini bukan mimpi, si bunga tidur.

TBC

Haiii guyss,,, udah uwwu belum sehhhh???

Jawab dong!!! Akutuh nggak bisa buat scene-scene uwwu, nggak berpengalaman hu hu hu.

Oke, terima kasih.

Pendapat kalian di part ini?

Vote jangan lupa, klik ⭐ di pojok kiri yaaa!!

Aceh, 03 September 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top