|P E U T|

بسم الله الرحمن
Part 4

---


Masih di kota yang sama, seorang laki-laki bertubuh tegap nan gagah itu berdiri. Memandang sejauh mata mampu, meratapi sesuatu yang entah apa.

Kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celana kainnya. Mata tajamnya itu berkilat rasa yang selama ini dia pendam. Rasa yang selama ini disimpan rapat, dan tidak bisa diluahkan.

Senin sore, menjadi waktu dimana semua orang berhenti untuk beraktivitas. Dari lantai sembilan ini, laki-laki itu memantau padatnya jalanan ibukota. Ibukota tak pernah berubah, yang berubah hanya orang-orang yang memijak tanahnya.

Sama halnya dengan laki-laki yang berusia 28 tahun itu. Ibukota tidak pernah berubah dengan kemacetan, dan hatinya pun akan dia usahakan untuk tidak berubah,

mencintai dia.

Menunggu yang tidak pasti, hati yang menjadi imbasnya keletihan.

Daniel Aarav Madava. Nama yang begitu sempurna, melekat indah pada pahatan Allah di muka bumi ini. Daniel, panggilannya, laki-laki yang masih berdiam diri di kantornya.

Di usia yang masih dibilang muda dalam  kalangan bisnis, dia menjabat sebagai chief  executive offier. Atau yang sering kita kenal dengan CEO. Laki-laki proposional itu masih berdiri ditempatnya. Mulutnya sesekali menggumamkan nama seseorang.

"Aku harap, takdir masih berpihak padaku. Menunggumu walau tidak ada kabar sekalipun. Dan aku berdoa agar kita bersatu," lirih Daniel sendu.

Sore telah bergantikan malam, setelah shalat magrib di ruangan kantornya, Daniel bergegas pulang. Begitulah rutinitasnya selama ini. Pergi pagi-pagi, pulang ketika memasuki isya tiba. Satu alasannya, menghindari kedua orang tua, yang senantiasa merecokinya tentang pernikahan.

Dua tahun lamanya, dia sanggup mendengar kicauan sang ibu untuk menyuruhnya berumah tangga. Dan akhir-akhir ini ibunya itu makin gencar mendesaknya. Sudah beberapa anak temannya pun dikenalkan dan berakhir dengan Daniel yang tidak cocok dengan sang pilihan sang ibu.

Hatinya masih menunggu seseorang.

Walau disodorkan apapun, pasti tidak akan ada yang terpaut dengan hatinya. Seluruh hatinya itu sudah terkunci, dan kuncinya sudah dibawa oleh seseorang itu.

Mengambil jas yang tersampir di kursi kebanggaannya, Daniel melenggang keluar. Dirasakannya udara malam yang menusuk. Malam ini lebih dingin dari biasanya.

Ku selalu mencoba
Untuk menguatkan hati
Dari kamu yang belum juga kembali
Ada satu keyakinan
Yang membuatku bertahan
Penantian ini kan terbayar pasti

Alunan lagu Anji yang berjudul menunggu kamu, menemani perjalanan pulang Daniel. Jalanan ibukota tak lepas dari kemacetan. Menghela napas berkali-kali, Daniel mencoba untuk bersabar.

Lihat aku sayang
Yang sudah berjuang
Menunggumu datang
Menjemputmu pulang

Ingat s'lalu sayang
Hatiku kau genggam
Aku tak'kan pergi
Menunggumu kamu disini

Dalam hati, Daniel tertawa miris. Lagu itu begitu cocok untuk keadaannya saat ini. Tapi tak ayal, Daniel selalu memutar lagu itu untuk menguatkan hatinya sendiri. Sebagai penghibur rindu, yang selalu akan berjuang.

Mengikuti nada lagu, Mata Daniel berkeliaran keluar. Memandang kemacetan yang tak kunjung reda. Saat itu pula mata tajamnya itu menangkap hal yang sudah jarang orang lakukan.

Dari balik kemudinya, Daniel melihat jelas seorang gadis membelai kepala anak jalanan. Membuka sedikit kaca mobilnya agar nampak jelas, Daniel lalu melihat gadis itu menyerahkan uang berwarna biru pada anak yang baru saja menyelesaikan lagunya itu.

Tersenyum, secara tak sadar Daniel melihat gadis didalam mobil Audi itu.

'gadis baik,' batinnya.

• • •

"Bunda! Kok belum tidur?"

Wanita paruh baya itu menoleh, menyadari kalau putranya sudah pulang. Berdiri, mendekat kearah putra bungsunya itu.

"Kenapa baru pulang sekarang? Akhir-akhir ini bunda liat kamu pulang malam terus."

"Daniel ada kerjaan, Bun. Sore tadi ada meeting mendadak sama klien,"

Daniel. Laki-laki itu mencoba untuk menyakini bundanya. Menyipit, wanita paruh baya yang dipanggil bunda oleh Daniel itu memasang wajah garang.

"Kamu mau bohongin Bunda? Iyakan? Kata papa nggak ada meeting penting hari ini, dan juga tidak ada klien yang minta ketemu mendadak."

Salah alamat. Daniel merutuki kebodohannya sendiri dalam hati. Habis sudah malam ini, dia pasti akan kena omelan sang bunda panjang lebar. Lalu, untuk menetralisir keadaan Daniel menyengir tanpa dosa.

"Bukan maksud Daniel untuk bohongin Bunda, cuman tadi Daniel lagi ad__"

"Enggak, bunda nggak mau lagi dengerin alasan kamu itu. Bunda tau kalau kamu selalunya pergi pagi dan pulang malam kayak gini, karena bunda nyuruh kamu buat nikahkan?"

Daniel memutar matanya malas, kenapa bundanya bisa tau? Biasanya jam segini bundanya sudah tidur, dan malam ini pasti wanita paruh baya itu sengaja menunggu dirinya pulang.

"Bunda Lulu Darmaya, kesayangannya Daniel. Jangan suudzon sama anaknya sendiri, nggak baik loh,"

Badan Daniel sebenarnya sangat lelah, hatinya lebih lagi. Dan sekarang, lelahnya itu bertambah, seakan ada beban lagi yang menumpuk.

"Kamu udah umur 28 tahun, Nak. Udah waktunya nikah. Bunda udah capek milih calon buat kamu, yang itu nggak mau. Yang sana nggak cocok lah, bunda bingung, gimana sih tipe perempuan yang kamu sukai?"

'yang seperti dia, Bun.'

Bunda Lulu memijit pelipisnya, anak bungsunya satu ini selalu lari kalau dirinya membahas calon istri.

"Bun, jodoh itu nggak ada yang tau. Jodoh itu rahasia, bunda nggak usah khawatir perihal calon istri buat Daniel. Insya Allah, Daniel bisa cari sendiri." Jawab Daniel serius.

"Cari? Selama ini kamu belum pernah sekalipun ngenalin perempuan ke bunda, ya. Kalo nunggu kamu cari jodoh sendiri, sampai kapan? Sampai Bunda sama Papa udah nggak ada lagi! Baru kamu nikah,"

"Bunda!!"

Terhenyak, Bunda Lulu terkejut dengan oktaf suara Daniel.

"Maafin Daniel, Bun. Suara Daniel udah kelewat batas," sesal Daniel kemudian.

Daniel mendekat, memegang kedua pundak bundanya lembut. Lalu, mencium kening bundanya lama. Penuh kelembutan.

"Sekali lagi, Daniel minta maaf. Daniel nggak bermaksud buat bentak bunda."

"Please, kasih Daniel waktu sebentar lagi. Jangan desak Daniel kayak gini, Bun. Daniel juga pengen nikah sesegera mungkin, tapi belum saatnya."

Sorot mata penuh keseriusan, Daniel menatap lekat Bundanya. Dipeluknya tubuh sang Bunda, dan dicium keningnya lagi. Sedangkan, Bunda Lulu diam tak berkutik. Hatinya sedikit tersentil, saat anak bungsunya menaikkan suara didepannya. Seumur hidupnya, dia tidak pernah diperlakukan begini sama Daniel.

"Daniel naik ke atas dulu, Bun. Mau istirahat, Daniel udah capek banget," hanya anggukan dari Bunda Lulu yang didapat Daniel.

Sebelum menghilang sepenuhnya, Daniel berdiri diundukan tangga. Mengintip bundanya itu meneteskan air mata. Rasa bersalah Daniel kian bertambah, dia akui kalau dirinya sudah keterlaluan.

Satu alasan. Kenapa dirinya menghindar tiap kali orang tuanya membicarakan perihal pernikahan. Kontrol emosinya belum bisa dikendalikan. Dan sekarang, sudah terjadi, wanita yang amat disayanginya menangis disebabkan dirinya pula.

"Maafin Daniel, Bun. Sungguh Daniel nggak maksud buat bentak bunda," lirihnya saat sudah mencapai gagang pintu kamarnya.

Rasa lelah yang tadinya menggunung, digantikan dengan rasa bersalah serta gelisah secara bersamaan. Daniel menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Menatap langit-langit kamarnya kosong. Sampai kapan dia harus seperti ini? Hatinya nelangsa, memikirkan keputusan yang akan diambilnya kedepan.

Diraihnya laptop pribadi yang terletak di atas nakas. Membuka email, lalu bermain dengan lihai keyboardnya. Entah apa yang ditulis Daniel, yang pasti email-nya itu sudah terkirim.

Puluhan email sudah dia kirim, tapi tak ada respon sejak dua tahun terakhir. Daniel sebenarnya ingin menyerah akan semua ini. Tapi hatinya tak bisa. Terlalu mencintai, dan sudah terlena akan namanya yang selalu memenuhi hati Daniel.

Walau email-nya tak dibalas satupun, Daniel rutin tiap bulan mengirimkan email pada seseorang itu. Dan untuk bulan ini, terhitung sudah dua email yang dikirimnya.

Setelah bergelut dengan hatinya, Daniel beranjak untuk membersihkan dirinya. Mengambil air wudhu, dan melaksanakan shalat isya.

TBC

Gans, vote dan komen ya.

Karena, bintang yang kalian klik itu sungguh berharga untuk diriku.. kwkwk

Maafkan author yang lebay, yak😂

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top