7. Aqil Balig
╭─────── ۪۫ ❁ཻུ۪۪⸙͎.' ───────╮
Altair
╰─────── ۪۫ ❁ཻུ۪۪⸙͎.' ───────╯
Semua anak-anak ingin menjadi dewasa. Sama sepertiku. Aku sangat ingin menjadi dewasa.
Akhirnya aku sudah menginjak usia dimana aku bisa disebut dewasa. Aku tak sabar menjalani hari-hari sebagai orang dewasa. Orang dewasa bisa melakukan hal apa saja. Aku ingin seperti itu!
Tapi apa ini? Dari tadi orang ini berdiri di depanku. Orang ini, pria ini, berpakaian aneh sekali. Dari ujung kepala sampai ujung kaki semua warnanya hitam. Pakaiannya pun aneh, seperti bangsawan di buku-buku sejarah.
"Siapa kamu?" tanyaku.
"Aku Altair. Aku adalah sesuatu yang biasa kalianーpara manusiaーsebut Dewa Kematian. Aku datang untuk menjemputmu dan mengantarmu ke perjalananmu yang selanjutnya," jawab pria aneh itu.
"Dewa Kematian? Menjemputku?" Aku menahan tawa. Kasihan orang ini. Sudah gila rupanya.
"Ya, itu artinya kamu akan mati," ucapnya. "Nah, pegang tanganku dan aku akan mengantarmu ke perjalananmu yang selanjutnya." Pria itu mengulurkan tangannya.
Mati? Aku akan mati? Pria ini kelihatan sungguh-sungguh. Mana mungkin. Aku kan baru saja beranjak dewasa. Masih banyak hal yang ingin aku lakukan sebagai orang dewasa.
"Aku tidak mau!" jawabku tegas.
"Kalau begitu, aku akan mencabut nyawamu dengan paksa."
Seketika bulu kudukku berdiri. Payung hitam yang dipegang pria itu bersinar dan berubah menjadi sabit hitam besar. Pria itu mengayunkan sabit besar itu tanpa kesulitan dan menghunjamkannya ke dadaku.
"AAAAAAAAAAAAAAAGGGGGHHH!!!"
"Kalau kau menyerahkan nyawamu suka rela, kau tidak perlu merasakan kematian yang menyakitkan."
Pandanganku memburam. Ada sinar bola putih yang muncul dari dadaku. Pria itu mengambilnya dan dengan kekuatannya, bola putih itu perlahan lenyap.
"Selamat jalan," ucap pria itu.
Setelah itu, semua menjadi gelap. Tidak! Aku mati?! Padahal aku akhirnya jadi dewasa! Banyak yang ingin kulakukan saatー
"Manusia terkadang dibutakan oleh mimpi duniawi sampai tidak sadar kalau kematian mendatanginya. Sama seperti anak ini. Sangat ingin jadi dewasa. Tidak sadar walaupun ia mati karena dibunuh ibunya sendiri," gumam Altair. "Kasihan."
Altair pun menghilang pergi.
●●●
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top