Perfect 2 Me

-PERFECT 2 ME-
.

.

.

Orang-orang pasti akan saling pandang jika mendengarkan nama Mina Judistia. Bagi orang-orang nama Mina itu tidaklah eksis, tetapi coba jika ada yang bertanya tentang siapa Fat Mina, pasti secara otomatis semua orang akan berbondong-bondong untuk menjelaskan siapa itu Fat Mina—tentunya dengan menyebarkan hal-hal yang buruk.

Siapa sih di benua ini yang tidak mengenal Fat Mina, si gendut bertubuh pendek dengan wajahnya yang penuh dengan jerawat? Oh, tentu semua orang tahu siapa dia. Nama Fat Mina itu bagaikan nama seorang bunga desa. Namun, bunga desa yang ini berbeda. Mungkin orang-orang akan setuju jika Fat Mina disebut sebagai bunga desa yang berbau busuk.

Ah, begitulah manusia. Selalu bertindak jahat ketika melihat seseorang yang sekiranya "berbeda" dari pandangan mereka. Orang-orang memang sangat memandang rendah Mina, hanya karena Mina memiliki fisik dan wajah yang tidak "secantik" wanita-wanita yang selalu dipertontonkan oleh media-media. Padahal jika mau diperhatikan lebih lagi, Mina itu tergolong kedalam jajaran wanita pemilik senyum yang manis dan menawan.

Memang Mina tidaklah sempurna bagi orang-orang, tetapi Mina itu sempurna di mata Sang Pencipta. Tetapi sayangnya, Mina tidak menyadari akan hal itu. Terbukti saat ini, di bawah langit kelabu, di atas jembatan Lover Bridge, Mina sudah memantabkan tekad untuk mengakhiri hidupnya.

Untuk yang terakhir kalinya, Mina memandang ke sekeliling jembatan yang tidak begitu ramai. Jembatan ini adalah jalan penghubung antara distrik kanan dengan distrik kiri. Jembatan ini dipilih oleh Mina untuk melancarkan aksinya karena jika memasuki malam hari tidak banyak orang yang melewati jembatan ini. Mungkin hanya dua gelintir atau lima gelintir orang yang lewat. Tidak seperti saat di pagi hingga sore hari.

Disela-sela kesedihan dan frustasi yang dialami Mina, dia mencoba tersenyum, mencoba bahagia dihari terakhirnya melihat bulan dan bintang di langit sana. Sebenarnya sudah berkali-kali Mina mencoba untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak pernah terlaksana karena dia takut. Baru hari ini tekad Mina kembali timbul dengan sangat kuat.

Setelah menghirup nafas dalam, Mina mulai menghitung dari satu hingga sepuluh hitungan. Tepat ketika hitungan kesepuluh, Mina mulai menggerakan satu kakinya menaiki pembatas jembatan. Lalu saat satu kaki yang lainnya hendak menaiki pembatas jembatan, dengan sigap dan cekatan tubuh Mina ditarik menjauh oleh seseorang.

"Jangan coba-coba untuk mengakhiri hidupmu seperti ini. Jangan."

Nampaknya, Dewi Fortuna tidak ingin memberikan keberuntungannya untuk Mina. Mungkin Tuhan masih ingin mempermainkan hidup Mina.

"Lepaskan aku!" Mina mendorong mundur tubuh seorang perempuan yang tadi menyelamatkan dirinya. Mina mundur satu langkah, mendesah kesal, "Jangan coba-coba menghalangi aku!"

"Kau sudah hilang akal ya? Aku mencoba menyelamatkanmu!"

Mina menggelengkan kepalanya. "Kau tidak perlu menyelamatkan aku. Biarkan saja aku mati. Orang seperti aku tidak diinginkan oleh dunia ini. Untuk apa aku hidup?"

Perempuan "penyelamat" yang terlihat lebih tua satu tahun diatas Mina menggelengkan kepalanya, tidak setuju dengan perkataan Mina.

"Jangan berkata seperti itu. Tidak mungkin Tuhan menciptakan dirimu jika kau tidak berguna. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Kau itu masih muda, janganlah mengakhiri hidupmu dengan cara seperti itu. Jangan bertindak gegabah."

Mina kembali menggelengkan kepalanya berulang kali. Sudah sering Mina mendengarkan kata-kata motivasi di berbagai media sosial. Tetapi tidak ada yang berhasil mengubah pendirian Mina untuk tetap merasa dirinya tidak diinginkan oleh dunia ini. Mina sudah terlalu banyak menerima olokan dan ejekan dari orang-orang perihal fisik Mina yang "tidak sempurna".

"Biarkan aku mati. Aku lelah dengan hidup ini. Aku lelah menjadi bahan olokan karena aku tidak cantik. Lihat wajahku, ada banyak jerawat, pipiku chubby, banyak lemak yang menumpuk di daguku. Mereka bilang aku ini monster. Tidak ada yang mau berteman denganku. Aku benci dengan semua orang. Aku benci diriku sendiri!"

Mina menundukkan kepalanya, kepalanya pusing menahan air mata yang terus mendesak keluar. Mina ingin menangis, tapi tidak di hadapan perempuan yang dia tidak kenal sama sekali. Tidak untuk saat ini.

"Kau itu cantik kok. Pasti orang bodoh yang bilang kau jelek."

Mina menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan perkataan si perempuan "penyelamat" yang mendadak sok menjadi pahlawan. Mina tidak membutuhkan pahlawan, yang dibutuhkan Mina hanyalah keadilan. Keadilan dalam menjalani hidup sebagai seorang manusia.

"Cih, lip service! Aku tidak butuh pahlawan apalagi lip service seperti itu. Tidak pernah ada yang bilang aku cantik selain orangtuaku. Kau tidak perlu berbohong untuk menyenangkan aku!"

Perempuan "penyelamat" itu tersenyum, dia maju satu langkah mendekati Mina. Perempuan itu memegang bahu Mina dengan kedua tangannya. Perlakuan itu membuat Mina mendongakkan kepala karena kaget.

"Aku tidak berbohong. Kau memang cantik. Pada dasarnya setiap wanita itu cantik, bukan?"

Mina tersenyum sinis, dia mendorong mundur perempuan di hadapannya. "Kau bisa bilang seperti itu karena kau bukan aku. Kau tidak tahu rasanya jadi aku. Kau tidak tahu rasanya jadi jelek. Kau tidak tahu rasanya memiliki badan gemuk. Kau tidak tahu rasanya punya jerawat banyak. Lihat dirimu, kau bertubuh tinggi, kulitmu bersih—ya walaupun sedikit kusam—tapi kau cantik. Kau berbeda denganku yang tidak sempurna ini."

Akhirnya, air mata yang sudah tidak bisa dibendung lagi itu keluar dengan derasnya. Mina semakin frustasi dan tidak tahan lagi. Di dalam pikirannya saat ini adalah segera mengakhiri hidup.

Perempuan "penyelamat" itu menghela nafas, alam bawah sadarnya kembali mengingatkan dia tentang kejadian beberapa tahun silam ketika dia ada diposisi Mina. Ketika dia merasa hidupnya sudah tidak berarti lagi, ketika impiannya harus direnggut begitu saja. Kejadian beberapa tahun silam yang membuat hidup perempuan "penyelamat" itu berubah 180 derajat.

"Kau itu sempurna. Setidaknya kau masih memiliki kedua kakimu, kedua tanganmu, indra pendengaranmu, indra penciumanmu, bahkan kau masih bisa berbicara. Dan aku yakin, kau masih bisa berpikir. Asal kau tahu young blood, bunuh diri itu tidak menyelesaikan masalah."

Mina makin tidak bisa menahan air matanya. Mina menangis dan terus menangis. Dia sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. "Lantas aku harus bagaimana? Aku sudah tidak tahan lagi. Aku lelah menjadi bahan olokan."

Perempuan "penyelamat" itu kembali memberanikan diri untuk mendekati Mina, perempuan itu kembali memegang bahu Mina dengan kedua tangannya, mencoba memberikan kekuatan.

"Kau mau dengar cerita tentang seorang anak perempuan yang tidak sempurna tetapi dapat menjalani hidupnya dengan semangat?"

Mina mendongakkan kepalanya, dan mengangguk. Perempuan di hadapannya itu tersenyum, menghapus air mata Mina yang terus keluar. Sebelum ini, Mina tidak pernah merasa diperhatikan seperti ini. Mina merasa energi positif si perempuan "penyelamat" itu merasuki dirinya ketika perempuan itu menariknya ke dalam pelukannya.

**

To be continued....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top