who waits for love


Pagi menyapa lebih hangat dari biasanya, So Eun sudah rapi dengan pakaian kerjanya  hanya perlu memoleskan lip blam pada bibirnya sebagai sentuhan terakhir maka sempurnalah penampilannya pagi ini. Setelah kejadian dua hari yang lalu saat di kota Suwon senyum manis tidak pernah pudar dari bibir manis So Eun.

Hatinya kembali hangat setelah badai patah hatinya selama sebulan ini terbayarkan dengan pernyataan Kim Bum dua hari yang lalu. So eun menuruni anak tangga dengan bersenandung ria, bahkan tatapan heran Minho tak ia hiraukan.
"Selamat pagi" So Eun duduk di kursinya, senyum bahagia masih begitu ketara di wajah cantiknya. Taemin memandang So Eun dengan tatapan heran, baru 2 hari yang lalu kakaknya masih bersedih dan sekarang So Eun terlihat bahagia seperti tidak pernah terjadi sesuatu. Key datang menghampiri So Eun setelah selesai dengan kegiatan dapurnya .

Tangan kirinya menempel pada dahi So Eun sedangkan tangan kanannya menempel di dahinya sendiri layaknya seorang dokter yang sedang memeriksa pasiennya.

"Yaakk apa yang kau lakukan?" So Eun melepas tangan Key paksa, "aku hanya memastikan sesuatu, noona apa kau sakit? Apa separah itu penyakitmu?" Key memandang So Eun seolah-olah ia sedang khawatir

"Apa yang kau katakan aku tidak mengerti?" Baiklah So Eun mulai kesal sekarang Key mulai bertingkah aneh pikir So Eun.

"Noona tidak merasa tingkah laku noona sejak pulang kemarin sangat aneh? Noona bahkan senyum-senyum sendiri saat membaca pesan, apa noona terkena penyakit langka?" So Eun yang mendengar celotehan Key hanya tersenyum simpul.

Apa benar dirinya seperti itu, So Eun merasa bahwa dirinya biasa-biasa saja tapi orang lain malah melihatnya seperti orang aneh.

Entahlah So Eun tidak tahu mengapa ia merasa seperti remaja yang sedang jatuh cinta untuk pertama kali. Aaahh jika ia mengingat-ingat lagi penyebab dia seperti ini membuat pipinya bersemu merah. "Nahh lihatlah pipimu sekarang merona, apa penyakit noona sangat memprihatinkan?" Minho geli melihat so eun yang bertingkah seperti remaja labil mungkin kakaknya terserang 'virus cinta' pikir Minho.

So eun segera sadar dari lamunanya. 'Apa yang terjadi padaku? Hanya membayangkan wajah Kim Bum saja membuat pipi ku merona' batin So Eun
"Aku baik-baik saja, aku tidak sakit.—kilahnya— Oh iya dimana Onew? Apa dia belum bangun?" So Eun berusaha mengalihkan pembicaraan, tidak ingin hari indahnya rusak karena pertanyaan absrud mereka.

"Onew hyung ada urusan, dia akan di pindah tugaskan ke korea jadi banyak berkas yang harus ia kerjakan" Ujar Taemin. So Eun hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Kalian baik-baiklah selama aku bekerja, rekening kalian sudah di buka kemarin eoma memberitahuku ingat jangan menyusahkan eoma dan appa lagi, kalian mengerti?" So eun berpura-pura marah alih-alih takut mereka bertiga malah terlihat sangat senang. Mereka sudah besar tapi mereka tetap adik kecilku pikir so eun.

"Noona" panggil Taemin sebelum so eun beranjak. "Apa?" So eun,Minho dan Key menatap Taemin "Morning kiss" celetuk Taemin sambil menunjuk pipinya.

"Yaakk dari mana kau mendapat istilah seperti itu?" Marah Key dengan mata yang melotot.
"Apa kau sering menonton film dewasa?—tuduh minho— Yakk Taemin kau masih kecil berikan ponsel mu padaku biar ku hapus semuanya"
"apa salahnya minta cium pada kakak sendiri bukannya dulu kakak sering menciumku" ujarnya polos.

"Kalo begitu kami yang akan mewakili noona mencium mu "Minho dan Key mengejar Taemin yang berusaha menghindari ciuman maut mereka. Minho tidak menyianyiakan kesempatan untuk merebut ponsel Taemin yang di sembunyikannya di belakang punggung, bahkan mereka saling bergulat di atas lantai yang hanya dilapisi karpet berbulu yang lembut.

"Mereka tidak pernah berubah" gumam so eun kemudian beranjak pergi.

###

"Ayah apa maksud ini semua? Mengapa ayah tidak mengatakan padaku masalah  pernikahan ini?" Saat ini kim bum berada di ruang Kim Sang Joon, kemarahan jelas terlihat diwajah tampannya.

"Itu tidak perlu Kim Bum, karena cepat atau lambat kau akan tetap menikah dengan Ji Eun" tuan kim menatap kim bum santai. Kim bum tidak habis fikir saat dirinya sampai di kantor hal pertama yang ia lihat di meja kerjanya bukanlah dokumen penting melainkan kartu undangan yang tertera namanya dan Ji eun pada sampul depan. Bahkan tanggal pernikahan yang tertera pada undangan adalah tanggal 1 juli yang berarti hari minggu ini.

Bagaikan mimpi buruk di pagi hari kim bum langsung membuang undangan itu. "Ayah aku tidak akan menikah dengan Ji Eun apa pun yang terjadi, aku akan menikahi wanita yang aku cintai jadi batalkan pernikahan ini" tegas kim bum. "Hahahaha cinta? Kau masih mempercayai cinta? Kau anakku kim bum kau harus tahu tanpa cinta kau masih bisa hidup, tapi  tanpa uang kau tidak akan bisa bertahan. Siapa wanita yang kau cintai? Apa wanita yang bernama Kim So Eun itu? Aku bahkan bisa menyingkirkan wanita itu dalam sekejap"

"CUKKUUPP, jangan sekali pun ayah melukainya" Kim Bum benar-benar emosi saat ini. Sekarang Kim Bum akan memperjuangkan cintanya untuk So Eun apa pun yang terjadi, sudah cukup penderitaan yang ia berikan pada So Eun,Kim Bum akan menebusnya sekarang dan membuktikan jika ia sangat serius pada So Eun.
"Apa kau ingin kejadian di Suwon terulang?" Degg...Kim BMum membulatkan matanya apa dia tidak salah dengar? "Jadi ayah yang.." ucapan Kim Bum terhenti ia berharap dugaanya salah. "Aku bahkan bisa berbuat lebih dari itu"

"AYAHH, cukup, jangan lakukan apa pun padanya. Dia tidak memiliki salah apa pun." Emosi Kim Bum benar-benar tidak bisa ia tahan, ini menyangkut keselamatan So Eun dulu saat mereka berpisah membuat Kim bum seperti orang gila, ia seperti tidak memiliki semangat hidup. Jangan sampai ayahnya melakukan hal gila lagi. "Jika kau mau menikah dengan Ji Eun maka aku tidak akan menyakiti gadis itu. Tapi jika tidak kau tahu apa yang bisa aku lakukan padanya" Kim Bum lemah, ayahnya sangat keras apa pun yang ayahnya katakan maka itu akan ayahnya lakukan. Kim Bum tidak ingin So Eun celaka, apa yang harus ia lakukan sekarang? "Semua ada di tanganmu Kim Bum, jika kau ingin melihat So Eun mu selamat maka kau harus menikahi  Ji Eun"

kim bum mengepalkan kedua tangannya, menahan emosi yang mendidih dan siap untuk meledak. Tanpa menjawabnya kim bum pergi dari ruang kerja Sang Joon, jika lebih lama Kim Bum berada di sana akan membuat emosinya terpancing.

Kim bum berpapasan dengan So Eun sebelum ia memasuki ruangannya.
"Bisa kita bicara" kim bum menatap mata So Eun, mata kesedihan jelas terpancar dari sorot matanya. Kim bum melirik tangan so eun yang menggenggam sebuah undangan berwarna silver sama seperti undangan yang tadi ia buang ke tong sampah.
"Ikut aku" So Eun hanya mengikuti Kim Bum tanpa banyak bantahan. Mereka memang perlu bicara sekarang, mengingat hubungan mereka yang belum ada kejelasan.
Kim bum dan So Eun memasuki sebuah ruangan tak jauh dari ruangan mereka, masih satu lantai. Hanya ada rak-rak buku yang tersusun rapi di ruangan itu. Ini adalah ruang kosong yang Kim Bum jadikan perpustakaan pribadi di kantor jika merasa bosan sering kali ia membaca di tempat inu.

Hanya ada mereka berdua di ruang itu, Kim Bum duduk di sebuah kursi empuk sedangkan So Eun memilih untuk tetap berdiri.
"Apa ini benar" ujar So Eun memecah keheningan yang tercipta sejak tadi. Kim bum melirik So Eun, ia berdiri dan mendekati So Eun. Perasaan apa ini, saat melihat So Eun Kim Bum merasa segala kegundahannya menghilang, perasaan untuk selalu melindungi gadis ini semakin besar. Tidak, kali ini ia akan egois, tidak sanggup lagi rasanya untuk berjauhan dari so eun. Hanya wanita ini yang bisa menjungkir balikkan dunia seorang Kim Bum. "Katakan sesuatu bum~ah jangan diam saja" air mata So Eun turun dengan sendirinya, baru tadi pagi hatinya sangat gembira dan sekarang ia seperti mendapat mimpi buruk. "So eun~ah dengarkan aku baik-baik, aku sudah berjanji padamu untuk berjuang bersamakan. Aku tidak akan mengingkari janjiku" kim Bum menghapus air mata So Eun memandang mata indah itu begitu lekat. Kim Bum tidak berdaya saat berhadapan dengan So Eun, entah kemana perginya rasa takut dan khawatir yang sejak tadi menghantui pikirannya. Yang ada saat ini adalah rasa sayang dan keinginan untuk menjaga wanitanya bahkan dengan nyawanya sekali pun ia akan pertaruhkan. "Aku akan menunggumu kim bum" air mata So Eun terus mengalir pikiran dan hatinya bertolak belakang. Hatinya merasa resah dan takut kehilangan lagi dan di satu sisi ia mencoba berpikir positif jika Kim um benar-benar mencintainya dan mereka bisa seperti dulu lagi. Biarkan kali ini mereka egois, mereka juga ingin bahagia bersama, apa itu salah?.

###
Di dalam mobil hitam tua seorang pria dengan jaket hitam serta maskernya sedang menghubungi seseorang. Pandangannya lurus kedepan berharap menemukan target sasarannya kali ini.
"Halo"
"Dia sudah keluar bersama tuan kim Bum" ujarnya saat melihat So Eun dan Kim Bum keluar.
"Bunuh dia, kapan pun ada kesempatan. Ingat jangan melukai kim bum"
"Baik"
sambubgan terputus. Pria misterius itu mulai mengikuti mobil So Eun yang baru saja keluar perusahaan.
Diikutinya mobil itu dengan pelan.
So eun yang merasa diikuti menepikan mobilnya di depan sebuah mini market yang cukup ramai.

Dengan berada di keramaian mungkin akan lebih aman dari pada mengendari mobil sendirian. So eun berjalan ke dalam mini market dilihatnya mobil itu tetap berada di posisinya. Cukup lama so eun berada di mini market itu, saat dilihatnya mobil itu pergi so eun segera membayar minuman yang ia ambil dan keluar dari mini market tersebut. Saat so eun membuka mobilnya tiba-tiba saja ada seseorang yang merampas tas tanganya.

"Yaakkk kembalikan tas ku" teriaknya tapi orang itu berlari cepat keluar dari kerumunan orang-orang. So eun mengejarnya sampai pada sebuah gang kecil. Tunggu hal seperti ini pernah terjadi sebelumnya. Orang itu berhenti berlari dan menatap So Eun garang. Dilemparnya tas tangan itu dengan sembarang, sekarang orang yang ia incar sudah di depan mata. "Kau ingin mengatakan hal terakhir nona?" Ujarnya sambil mendekati so eun. "Apa maumu?" So eun gemetar bayangan kejadian di Kota Suwon masih melekat kuat. Bodohnya so eun mengejar pencopet ini seorang diri. Tanpa so eun sadari lelaki itu menarik tangan so eun dan mendorongnya sekuat tenaga ke dinding gang. Sungguh ini begitu sakit seperti jatuh dari ketinggian. Pria itu kemudian mencekik leher so eun kuat. So eun mencoba melawan dengan cara memukul wajah pria itu tapi dengan cepat pria itu menahan serangannya. Saat so eun mulai lemah pria itu mengeluarkan pisau dari saku jaketnya. Di lepaskannya cengraman pada leher so eun. So eun bisa bernafas sekarang tapi matanya berkunang saat melihat pria itu menggoreskan pisau pada lengannya. "ARRGGGHH" teriak so eun kencang.  Goresannya tidak terlalu dalam tapi rasanya sangat sakit dan perih. Pria itu tertawa melihat lawannya tak berdaya.

"Matilah kau" teriak pria itu
Bbuugghh... suara hantaman keras terdengar, tubuh pria itu menghantam keras ke dinding yang berada di belakangnya. Seorang pria berjas hitam datang dan memukul pria jahat itu dengan brutal, So eun tidak bisa melihat wajah pria itu karena matanya masih berkunang-kunang. Perlahan kesadaran so eun makin berkurang, dirasakannya tubuhnya di peluk dan di guncang cukup keras.

"Bertahanlah aku mohon" hanya itu yang so eun dengar sebelum kegelapan menelan seluruh  kesadarannya.

TBC

Ingat tgl 1 juli kim bum mau nikah lho, datang ya xixixixi

Oke masih ada yang menunggu kah?
Aku harap kalian masih antusias bacanya, dan kalo menurut kalian cerita ini makin membosankan silahkan coment biar aku bisa buat ending nya,
Biar gak terkesan bertele-tele. Cerita ini muncul begitu aja dari pikiranku kalo ada yang tidak suka silahkan coment, kritik bila perlu saran kalian agar fic ini bisa lebih baik.

Ok sampai berjumpa lagi (di pernikahan kim bum)

#plaakkk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top