Sebuah Rencana
Happy reading
Maaf jika penulisannya buruk dan gx rapi
Minho meminum kopi hangatnya perlahan. Cuaca pagi yang dingin membuat kopi terasa lebih nikmat, mungkin bagi mereka pecinta kopi akan merasa biasa saja, rasa pahit dan aroma yang nikmat sungguh menggunggah selera. Minho berjalan menuju tempat penyebrangan sesekali ia meminum kopi yang masih mengepulkan asapnya.
Minho mengedarkan pandangannya Tak sengaja ia melihat seorang wanita cantik yang turun dari mobil mewah berwarna merah. 'Sepertinya aku pernah melihatnya' gumam minho. Ia berjalan mendekati gadis itu dirasa sudah cukup dekat minho memperhatikan gadis itu memasuki sebuah restaurant mewah. Minho mengikuti gadis itu memasuki restaurant ia mengambil tempat duduk di meja tepat di belakang gadis itu. Seorang pelayan menghampirinya dan memberikan daftar menu.
"Terimakasih" ujar minho pada sang pelayan. Setelah pelayan itu pergi minho kembali fokus pada tujuannya. Dilihatnya wanita itu sedang asik bermain ponsel, selang beberapa menit seorang pemuda tampan datang menemui wanita itu. Minho bisa menebak jika pria itu adalah seorang pengusaha muda terlihat dari pakaian yang ia kenakan.
"Kau menunggu lama?" Ujar pria itu dengan senyum. "Oppa, kau selalu membuatku menunggumu" ujar wanita itu manja. "Maaf Ji Eun~ah aku sibuk akhir-akhir ini. Bagaimana hubunganmu dengan lelaki itu?" Meski minho tidak bisa melihat ekspresi wajah wanita itu tapi ia tahu jika wanita itu tengah kesal dari gestur tubuhnya.
"Kenapa kau menanyakannya saat bersamaku? Aku tidak menyukainya, aku lelah harus berpura-pura menyukainya oppa. Aku hanya menyukaimu" ujarnya manja. "Maafkan aku, jangan tunjukkan wajah kusutmu lagi. Bersabarlah, aku akan meyakinkan ayahmu. Segera." Pria itu menggenggam tangan Ji Eun erat.
"Apa Oppa berjanji?" Pria itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Minho memperhatikan dan terus fokus mendengar percakapan kedua orang itu, sampai ia dapat menyimpulkan informasi di kepalanya ia pun pergi meninggalkan restaurant itu.
###
So eun terbangun cukup siang hari ini. Saat ia menggerakan badannya ia merasakan sesuatu melingkar di pinggangnya, suara hembusan nafas teratur dapat ia rasakan di lehernya. Perlahan so eun membuka matanya, cukup kaget saat so eun melihat kim bum memeluknya erat. Kapan pria ini datang? Biasanya kim bum sangat disiplin, sekali pun ia tidak punya waktu istirahat ia tidak pernah bangun sesiang ini.
So eun membelai rambut kim bum lembut, takut jika kim bum terbangun dengan perlahan so eun mulai membebaskan diri dari pelukan kim bum meski membutuhkan waktu yang cukup lama. So eun memandang kim bum yang tertidur pulas dengan wajah polosnya.
Meski penampilannya berantakan tapi di mata so eun kim bum tetap terlihat tampan. So eun pergi ke kamar mandi untuk membersih diri. Setelah berganti pakaian so eun keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih bertengger manis di kepalanya. Dilihatnya ranjangnya sudah kosong tidak ada siapa pun disana, tidak ada kim bum yang tertidur pulas seperti beberapa menit yang lalu. 'Kemana dia?' Gumam so eun cemberut. So eun berjalan ke arah ranjang dan mulai memperbaiki selimut serta bad cover yang kusut. Dilihatnya secarik kertas berada di meja dekat tempat tidurnya. So eun membacanya dan melipat kembali memo dari kim bum.
So eun keluar dari kamar menuju dapur perutnya sudah keroncongan minta diisi. Jam menunjukkan pukul 10.30 breakfast dan lunch bersamaan mungkin bukan sesuatu yang buruk pikir so eun. Taemin yang berada di dapur memandang So Eun dengan senyum menggoda.
"Kau kenapa?" So eun menatap Taemin bingung. "Apa yang noona lakukan semalam? Mengapa Kim Bum hyung penampilannya berantakan saat pergi" Taemin bertanya dengan polosnya tanpa sadar pertanyaannya membuat so eun merona. "Yakk apa yang kau katakan? Kami tidak melakukan apa pun semalam, aku bahkan tidak tau jika ia semalam ada di kamarku" so eun menuangkan susu segar ke dalam gelasnya.
"Benarkah?" Taemin masih menggoda so eun berharap kakaknya mau berkata sejujurnya. "Aiisshh kau ini, sudahlah jangan membicarakan hal yang tidak penting ~so eun meneguk susunya~dimana Minho? Aku tidak melihatnya dari kemarin" Taemin duduk di kursi dekat so eun dan ikut menuangkan susu yang so eun ambil tadi.
"Minho hyung sangat sibuk, ia membantu Onew hyung di kepolisian" so eun shock mendengarnya, untuk apa minho bekerja di kepolisian? Bukankah ia ingin menjadi seorang atlet?. "Untuk apa dia melakukan itu?" Taemin menatap so eun setelah menandaskan susunya.
"Minho hyung bilang ia ingin menjadi detective seperti Onew hyung, awalnya Onew hyung tetap ingin menjadi Detective swasta di jepang tapi ia merubah pikirannya karena sebuah kasus. Dan ia pun pindah ke seoul untuk menyelidikinya. Dan Minho hyung tertarik untuk membantunya
Singkatnya seperti itu" jelas Taemin panjang lebar. So eun mengangguk paham.
"Bagaimana dengan Key? Dimana dia sekarang?" Taemin berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan so eun. "Aku tidak tau,Key hyung bilang ia ada pekerjaan. Entahlah aku tidak mengerti pekerjaannya" So eun menghela nafas panjang. Tidak heran jika eomanya sering pusing gara-gara tingkah mereka yang tidak bisa di atur.
###
Onew menghentikan mobilnya di sebuah rumah tua, beberapa mobil hitam lainnya mengikutinya dari belakang. Menurut informasi yang ia dapatkan markas mereka ada di gedung itu. "Tuan apa kita langsung masuk ke dalam untuk memastikan?" Ujar seorang anggotanya. "Aku tidak yakin ini tempatnya, terlalu mudah untuk mengakses dan menemukan tempat ini. Mereka bukan orang sembarangan yang dengan mudah kita tangkap" ujar Onew memperhatikan sekitarnya.
"Apa maksud tuan ini jebagan?" "Bisa ia dan bisa tidak. Mereka bisa saja memasang jebagan di gedung ini dan ada kemungkinan gedung ini kosong. Kalian pergilah biar aku dan pasukan khusus saja yang masuk. Kalian bisa memantau dari kejauhan, jika kalian menemukan kejanggalan segera beritahu aku" tegas onew yang dianggukin oleh bawahannya.
Pasukan khusus yang Onew maksud berjumlah 3 orang belum termasuk dirinya, setelah menerima perintah, semua bawahan Onew pergi dari tempat itu dan hanya menyisakan mereka berempat yang masih tetap disana. "Atur waktu" perintah onew memperbaiki jam tangan khusus mereka dengan waktu yang sama. Setelah memastikan semua jam dengan waktu yang tepat onew kembali memberikan perintahnya. "Menit ke 2 kalian berdua harus sudah berada di posisi masing-masing, selalu berkoordinasi jika ada sesuatu yang terjadi apa kalian mengerti?"
"Siap kami mengerti"
"baik, kalian berhati-hatilah. Keselamatan kalian yang terpenting dalam misi ini. Tujuan misi ini hanya untuk memastikan informasi yang kita dapat dari informan, jika terbukti benar ini akan mempermudah kita membongkar kasus,jika salah maka kita dalam bahaya" Setelah onew memberi arahan mereka pun berpencar dan terbagi menjadi 2 kelompok dengan masing-masing beranggota 2 orang. Onew berjalan mendekati gedung dari arah depan, ia menjadikan dirinya sebagai umpan. Sedangkan teman setimnya bersembunyi untuk memantau situasi dan tim kedua mulai pergerakan dari samping gedung untuk memantau keseluruhan .
"Tidak ada pergerakan dari musuh," terdengar informasi dari headset di telinganya. "Pantau terus jangan sampai lengah, mereka sangat pandai" bisik onew yang terus berjalan mendekati gedung di depannya. Onew membuka pintu itu perlahan. 'Tidak terkunci' pikirnya janggal. Onew menghentikan gerakannya yang membuka pintu, dan mengambil ancang-ancang untuk menendang pintu besar itu. Tendangan onew cukup keras membuat pintu tua yang tidak terkunci itu ambruk dan saat yang bersamaan dengan ambruknya pintu itu ribuan peluru melesat kearahnya. Beruntung insting onew tepat, belum sempat peluru itu mengenainya ia sudah terlebih dahulu menyelamatkan diri di balik tembok balkon. Onew menenangkan degub jantungnya, suara dari headsetnya kembali terdengar. "Bos apa kau terluka"
"aku baik-baik saja, tetap fokus dengan tugas kalian aku akan menyelinap masuk" Onew mengintip kedalam melalui jendela yang penuh debu, diusapnya debu itu untuk memudahkan pengelihatannya ke dalam ruangan. Tepat seperti dugaanya, tidak ada seorang pun di dalam sana hanya beberapa senjata yang masih memuntahkan ribuan peluru kearah pintu masuk itu. Onew bisa melihat senjata-senjata itu dilengkapi sensor gerak dimana saat pintu terbuka maka secara otomatis senjata itu akan aktif dan memuntahkan seluruh peluru yang ada. Jika membuka pelan pintu itu dan terlambat menghindari serangan bisa dibayangkan bagaimana ribuan peluru itu menghujami tubuhnya.
Keringat mulai membasahi wajah Onew, ' Ini akan menjadi hari yang panjang dan merepotkan' gumam Onew.
###
So eun benar-benar bosan seharian ini ia hanya berada di rumah, tidak ada kegiatan yang bisa ia lakukan selain menonton tv. Ingin rasanya ia pergi keluar untuk menghirup udara segar tapi ia merasa takut kejadian yang sama akan terulang lagi. Beruntung ia masih bisa selamat dalam tragedi itu, membayangkan saja membuatnya merinding.
"Aku pulang," itu suara Key, so eun sangat mengenalinya. "Kau darimana saja?" So eun melipat tangannya di depan dada seolah ia sedang marah. "Aku ada sedikit urusan noona, aku bawakan makanan untukmu dan Taemin" Key berjalan menuju dapur dan diekori oleh so eun.
"Key aku bosan" rengek So eun. Key memandang so eun dengan senyum. "Benarkah? Aigo noona ku ternyata bisa bosan juga, apa kemarin malam itu kurang?" Key mengedipkan matanya menggoda melihat pipi so eun merona.
"Yakk apa yang kau katakan? Kami tidak melakukan apa pun" So eun cemberut seperti anak kecil yang tidak di belikan mainan. "Baiklah-baiklah aku percaya~key meletakkan piring berisi daging ayam panggang di hadapan so eun~makanlah dulu setelah itu kita akan jalan-jalan" mendengar ajakan key membuat mood so eun langsung membaik. "Benarkah? Kita akan pergi kemana?" Ujar so eun antusias dengan mata berbinar senang. "Kita akan mengelilingi rumah ini dari halaman depan dan halaman belakang. Aku rasa itu menyenangkan" So eun menghilangkan senyumnya ketika mendengar ucapan key. Moodnya kembali turun derastis, dengan kesal so eun meletakkan pisau dan garpu yang ia pegang. Key yang melihatnya hanya tersenyum simpul. "Aku tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi noona, untuk sementara kau diam di rumah sampai keadaan membaik" so eun tau bahwa beberapa hari kedepan hidupnya bagaikan di penjara, ia tidak bisa bebas pergi ke luar rumah setidaknya harus ada yang menemaninya.
###
Kim bum duduk di sebuah meja makan mewah ,di depannya seorang wanita cantik dengan gaun seksi menatapnya menggoda. "Aku tidak menyangka kita akan segera menikah oppa, tinggal beberapa hari lagi aku akan menjadi istrimu" ujar Han Ji Eun dengan senyumnya. Kim hanya tersenyum miring mendengar nada percaya diri dari wanita itu.
"Begitukah? Tetapi aku tidak pernah berfikir akan secepat itu, mungkin hari itu akan menjadi hari tersulit bagimu" ujar kim bum, Ji Eun hanya menatap Kim Bum datar tidak ingin emosinya terpancing oleh ujaran kim bum.
Ketegangan diantara mereka terputus saat seorang pria paruh baya datang dan ikut bergabung dengan mereka di meja makan itu. "Wahh kim bum kau sangat tampan, aku tidak salah memilih calon suami untuk anakku" Tuan Han tertawa dengan gembira saat menyapa kim bum, sedangkan kim bum hanya tersenyum tipis atas pujian 'calon mertuanya'. Malam itu mereka makan dengan suasana kaku meski sesekali tuan Han mencoba melemparkan lelucon untuk mencairkan suasana tapi tidak dengan kedua insan yang masih bersitegang itu.
###
Minho berlari menuju ruang inap rumah sakit Seoul, saat seorang dari tim khusus melaporkan bahwa dua anggotanya terkena tembakan saat melakukan operasi penyergapan tadi sore.
Minho memasuki ruang inap itu, terlihat dua orang dengan pakaian hitamnya duduk di ranjang dengan lengan yang di perban. Minho mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Onew. "Ohh kau datang?" Minho membalikkan tubuhnya kearah pintu. Dilihatnya onew berjalan mendekat. "Hyung kau tidak apa-apa?" Ujar minho kalut. Onew hanya tersenyum dan menepuk pundak Minho. "Kau tenang saja, aku baik, tidak ada yang terluka di tubuhku" Onew mengalihkan pandanganya ke arah anak buahnya. "Dokter bilang luka kalian tidak parah,jika kalian ingin pulang kalian bisa pulang malam ini tapi jika kalian ingin beristirahat disini kalian bisa pulang besok pagi" ujar Onew.
"Kami akan pulang dan beristirahat dirumah saja" ujar mereka.
"Baiklah jaga diri kalian dengan baik, terimakasih untuk hari ini. Kalian memang luar biasa. Ayo minho." Onew dan Minho keluar dari ruang inap itu.
"Hyung apa yang kau temukan?" Onew hanya diam dengan wajah seriusnya. "Mereka menjebag kita, aku hanya menemukan sedikit bukti disana dan kurasa mereka sudah memantau kita dari cctv yang ada disana. Dengan kata lain itu adalah upacara penyambutan dan sekaligus peringatan perang" Minho menganggukan kepalanya mengerti.
"Apa yang kita lakukan selanjutnya" Onew dan Minho memasuki mobil hitamnya dan memasang sabuk pengaman. "Rencana selanjutnya tergantung pada Kim Bum, jika ia berhasil menjalankan misinya maka rencana kita akan semakin mudah tapi jika dia gagal kita dalam bahaya" Onew melajukan mobilnya perlahan meninggalkan rumah sakit itu.
###
Sang Joon duduk di sebuah sofa mewah, di depannya sudah ada seorang pria berjas hitam dengan wajah tegasnya. "Aku tidak ingin kau gagal, selidiki tuan Han dan anaknya. Berikan aku informasi secepatnya sebelum pernikahan Kim Bum dilaksanakan kita harus bisa memecahkan masalah ini. Apa kau mengerti?"
"Baik"
Pria itu pergi setelah Sang Joon mengibaskan tangannya. Setelah pria itu pergi pintu di ruanganya terbuka. Istri cantiknya muncul dari balik pintu, meski sudah tidak muda lagi tapi Kang Sena tetap mempesona dan cantik seperti dulu. "Apa yang kau rencanakan?" Ujar Sena tanpa basa-basi. "Aku hanya melakukan apa yang seorang ayah lakukan untuk anaknya".
Sena membuang nafasnya kasar. "Apa pun yang kau lakukan tolong lindungi kim bum" ditatapnya sang suami yang masih sibuk dengan dokumennya merasa terabaikan Sena pun pergi dari ruang kerja Kim Sang Joon. 'Sudah bertahun-tahun kita bersama tapi kau tidak memahamiku sama sekali' batin sang joon.
TBC
OK SEGINI DULU YA,, MASIHKAH ADA YANG MENUNGGU FF INI?
MAAF JIKA PENULISANNYA MASIH HANCUR DAN KURANG RAPI AKU BELUM EDIT CERITANYA. MAUNYA SEKALIAN AJA KALAU SUDAH END
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA JANGAN LUPA DI VOTE YA
SALAM
MADIANI—SHAWOL
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top