XII

Author'POV

Ke-20 remaja pergi ke toko yang menjual mochi, para gadis hanya diam mengikuti terkadang mereka mengobrol dan tertawa cekikikan. Entah apa yang mereka obrolkan, yang penting pasti mereka sedang mengghibah. "Eh, kalian tau gak?" tanya Nna memulai sesi perghibahan. "Gak, kenapa Nna?" jawab Nida sambil menggeleng. "Kalian tau Lele kan?" tanya Nna lagi. Nayla mengangguk pertanda tau, "Tau, kenapa memangnya?"  Nna tersenyum lebar layaknya psikopat, yang lain bergidik ngeri. 'Waahh... Tidak warasnya sedang kumat nih,' batin ke-9 gadis. "Lele ternyata siluman buaya tau!" jawab Nna yang masih tersenyum lebar. Yang lain menatapnya tidak percaya, sampai Rinne membuka mulutnya. "Weh serius?!" tanya Zohra sambil mengguncangkan tubuh Nna. Nna yang tubuhnya diguncangkan merasa mual, dia mengangkat tangan kirinya menandakan stop. "Stop please, jangan guncangin aku. Pusing weh!" ujarnya sambil menutup mulutnya. "Oh maaf," ucap Zohra tanpa rasa bersalah. Nna menutup mulutnya dengan tangan kanannya sedangkan tangan kiri memegang kepalanya. "Mpus Zoh, si Nna mual. Hayo tak tau," ujar Nayla sambil makan pisang. Nna sedang menetralisir rasa mual dan pusingnya itu, setelah merasa baikkan Nna membuang napasnya lega. "Haa... Nyebelin kamu Zoh," ucapnya sambil melirik tajam. "Sudah ey, Nna itu serius?" lerai Tha sambil menatap Nna. Nna berpura-pura membuat raut wajah serius, "Iya serius".  "Kok bisa sih, Na?" tanya Rinne sambil melompat-lompat kecil. "Ya bisalah," ujar Nna sambil menatap ke depan. Cel yang sedaritadi diam membuka mulut, "Kamu bohong ya Na?"  Nna menggeleng pelan, "Gak Cel, kalo gak percaya tanya saja sama Lele". Dan berlanjutlah mereka mengghibah Lele yang tidak bersalah.

Mereka pun sampai di toko dan masuk ke dalam. "Silakan pilih mochi kesukaanmu," ujar pemuda itu. Nna bersorak kegirangan, dia langsung berlari dan memilih mochi kesukaannya. Sedangkan yang lain menatap Nna dengan datar. "Dasar maniak mochi," ucap Nazu dengan datar. Solar menatap Nazu sebentar. "Apa temanmu itu maniak mochi, Nazu?" tanya Solar. Nazu menatap Solar sambil mengangguk, "Iya, dia maniak mochi". Mereka berdua kembali menatap Nna yang tampak memborong semua mochi yang ada. Nna kembali ke mereka dengan 20 mochi berada di tangannya, jangan tanyakan bagaimana bisa dia memegang 20 mochi di tangannya. "Nih udah, kau bayarin ya!" ujar Nna senang. Yang lain menganga, tidak menyangka bahwa gadis ini akan membeli 20 mochi. "Serius Na, beli 20 mochi?" tanya Ayu sambil menunjuk ke arah Nna. Sedangkan yang ditunjuk menganggukkan kepalanya. "Iyaa, mumpung dibayarin sama dia jadi aku beli 20 mochi! Lagipula ini buat nanti malam kalau mau begadang," jawabnya semangat. Yang lain menatap orang yang menabrak Nna, yang ditatap menghela napas. "Baiklah, tidak ada lagi kan?" tanya orang itu. Nna mengangguk lalu pemuda itu berjalan menuju kasir dan membayar mochi itu.

Mereka pun keluar dari toko itu dan mereka saling bertatapan. Nna masih menampilkan senyuman cerianya. "Terima kasih telah membelikanku mochi sebanyak ini," ujar Nna sambil tersenyum ceria. Pemuda itu membalas senyuman itu dengan manis, "Sama-sama. Omong-omong siapa nama kalian, nona-nona?"  Para gadis saling bertatapan sebentar lalu kembali menatap pemuda itu. "Oh, namaku Yukikume Kannataria panggil saja Nna, yang ini namanya Zohra Fera Pratama panggil saja Zohra, yang sedang ngaca itu namanya Nazura Asshabellia Gracelia panggil saja Nazu, yang lagi makan pisang namanya Nayla Galante panggil saja Nayla, yang pakai kacamata berwarna krem namanya Cecilia Purnantari panggil saja Cel, yang sedang makan permen namanya Virinne Aurora Shiraito panggil saja Rinne, yang berwajah datar nan dingin namanya Putri Alexandria panggil saja Putri, yang lagi berdekap namanya Skyler Agatha panggil saja Tha, yang lagi memegang tangan kiri namanya Saori Nida panggil saja Nida, daaann yang menatap keadaan sekitar namanya Mikayla Ayu Cahyani panggil saja Ayu sekiaann," ucap Nna memperkenalkan diri beserta sahabatnya dengan satu napas saja.

Ke-10 pemuda itu manggut-manggut pertanda mengerti. "Kalau begitu salam kenal. Perkenalkan namaku Frostfire Daichi panggil saja Frostfire, yang bermata hijau zamrud itu namanya Thorn Akiyama panggil saja Thorn, yang memakai kacamata kuning ke oranye namanya Solar Arta panggil saja Solar, yang memakai kacamata merah kekuningan itu namanya Supra Bruce panggil saja Supra, yang pakai topi hitam bergaris merah namanya Halilintar Ambrosius panggil saja Hali, yang bertopi putih bergaris biru langit namanya Taufan Ambrosius panggil saja Taufan, yang berjaket berwarna merah namanya Blaze Aryata panggil saja Blaze, yang bertopi biru laut namanya Ice Arta panggil saja Ice, yang berjaket coklat keemasan namanya Gempa Daichi panggil saja Gempa, dan yang terakhir namanya Glacier Bruce panggil saja Glacier. Salam kenal semua," ujar Frostfire memperkenalkan diri beserta teman-temannya. Para gadis itu mengangguk mengerti. "Nama kalian unik-unik ya, apa kalian asli masyarakat Jepang?" ujar Tha memuji. "Terima kasih atas pujiannya, nona. Tidak semuanya kami asli dari Jepang. Taufan dan Hali berasal dari Belanda, Supra dan Glacier berasal dari Inggris. Kalau kalian?" jawab Blaze sambil tersenyumm "Kami dari Indonesia, ya sedang berlibur saja di sini. Kalau begitu kami pergi dulu ya," kata Nayla sambil balik badan. Begitupun yang lain, mereka balik depan dan mulai melangkahkan kakinya pergi dari toko itu.

"Tunggu!"

Para gadis itu berhenti dan membalikkan badan lalu menatapnya dengan heran. "Kalian mau ke hotel bukan, kami antarkan ya. Lagipun sebentar lagi mau malam," tawar Taufan. Ke-10 gadis saling bertatapan dan kembali menatap Taufan. "Gak, makasih. Kami bisa pergi ke hotel sendiri, sampai jumpa!" ujar Zohra sambil menarik tangan Cel dan Nazu pergi dari situ. Yang lain hanya mengikuti Zohra meninggalkan para lelaki itu.

"Heh, kita ikuti mereka?" tanya Blaze sambil menatap yang lain. Supra menggeleng pelan lalu menatap datar. "Tidak perlu, aku sudah memasang alat pelacak di salah satu tas mereka. Kita tidak perlu mengikutinya," jawab Supra dengan datar. "Naissuuu!!! Kau hebat Supra, tidak seperti si bensin itu. Kau memang hebat," ucap Taufan sambil menyindir Solar. Solar yang ingin marah terhenti karena Gempa sudah membuka mulut. "Sudahlah, ini sedikit lagi mau malam. Kita pulang ke rumah masing-masing sekarang, jangan ada yang bertengkar. Mengerti?" ucap Gempa sambil tersenyum manis. Yang lain mengangguk nurut, tidak mau Gempa berubah menjadi ibu-ibu yang lagi marahi anak. Mereka mulai melangkahkan kakinya meninggalkan toko itu.

TBC

Hae kalian, maaf baru up.

Besok atau gak hari ini aku mau up lagi, pengen cepet2 selesai soalnya:')

Sampai jumpa di chap selanjutnya~

Salam dingin
Natha❄

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top