Part 7
Aku mengangkat tanganku menyentuh kening dimana satu kecupan hangat telah mendarat disana. Dan aku hanya bisa berdiri seperti orang bodoh disini setelah Revan meninggalkanku.
Tunggu..
Apa dia bilang?
Menikah?
Me-Ni-Kah?
Dia bilang menikah?
Denganku?
Aku menggigit bibir bawahku sebelum melangkah memasuki kamar Revan. Aku mencarinya disegala tempat dan aku masih tidak menemukannya.
Apa apaan dia?
Melamarku dan pergi begitu saja?
Brengsek!
Keparat!
Bajingan!
Apa aku sedang dipermainkan?
Dengan kesal aku melangkah menuju Walk in closet. Aku tidak peduli ini sudah malam dengan Angin sedingin es.
Aku. Ingin. Berenang.
**
Aku menempelkan punggungku pada dinding kolam, mendongak menatap gugusan bintang yang begitu indah menghias kegelapan malam. Aku menghela nafasku, uap yang keluar dari mulutku membuktikan betapa dinginnya suhu malam ini dan aku benar benar tidak peduli.
"Amoura!"
Aku tersentak, itu suara Revan. Tidak lama aku mendengar pintu sekat terbuka dengan kasar mengiringi langkahnya.
Siap siaplah Amoura jangan sampai kau tuli karna omelannya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Berenang."
Sahutku masih kesal belum lagi dia kembali menjadi Revan yang sangat menyebalkan.
"Keluar!"
Aku menetap mata birunya yang menggelap, apa ia marah aku menggunakan kolam renangnya?
"Iya."
Gumamku menyerah, aku bergerak pelan menuju undakan tangga dari dasar kolam. Sekarang aku benar benar tidak peduli ia akan melihat tubuhku yang hanya menggunakan bikini biru. Hah. Aku bahkan malas menoleh pada pria itu. Dengan sedikit keras aku membanting pintu kamar mandi.
***
Aku meletakkan garpuku sebelum menatap Revan yang sejak tadi mengawasiku makan. Ini waktunya untuk bicara serius dengan pria satu ini.
"Dimana keluargamu?"
Aku mengernyit tidak suka mendengar pertanyaan Revan yang mendahuluiku.
"Tidak ada."
Gumamku nyaris tak terdengar, Revan menajamkan matanya menatapku tajam seolah aku adalah pelaku kejahatan yang baru saja berbohong padanya.
"Dimana kau tinggal?"
"Di Apartemen."
Revan bersecak kesal mendengar ucapanku.
Aku memang tidak berbohong.
"Aku tahu, sebelum itu kau tinggal dimana?"
Aku tertunduk malas menjawab pertanyaan Revan yang berusaha mengorek kehidupanku.
Ayolah, aku bahkan tidak pernah bertanya siapa dia sebenarnya.
"Akan kuberitahu setelah kau menceritakan siapa kau dan maksud ucapanmu sore tadi!"
Aku menaikkan alisku saat mendapati Revan yang menatapku tidak percaya.
Apa ada yang salah?
"Kau tidak tahu siapa aku?"
Bagaikan orang tolol aku hanya menggeleng, tapi aku benar benar tidak tahu siapa sebenarnya pria dihadapanku.
Aku hanya tahu dia bernama Revan dan dia adalah pria super kaya raya.
"Ya tuhan! Kau hidup dimana sekama ini, Amoura?"
Aku hanya mengedikkan bahuku tidak peduli sindiran Revan. Jangankan ia, Selebriti dikota ini pun aku tidak tau.
"Di Apartement."
"Aku sudah tahu!"
Kesal Revan, aku memutar bola mataku sebenarnya malas terlibat perdebatan dengan dia.
"Sebaiknya cepat kau katakan apa maksud ucapanmu Sore tadi!"
Ia menghela nafasnya berat sebelum menatapku dengan serius. Cukup lama hingga ia membuka suara.
"Aku ingin kau menikah denganku."
"Iya, tapi untuk apa? Kita baru saja mengenal. Kau tidak sedang mempermainkanku, bukan?"
Hilang sudah kesabaranku, Revan kembali menghela nafasnya sebelum tangannya terulur menggenggam tanganku yang masih dingin sehabis mandi dengan erat.
"Katakan padaku, apa yang kau inginkan asal kau mau menikah dengaku?"
Aku melepaskan genggaman tangan Revan yang hangat ssdikit tidak rela sebenarnya.
"Tapi untuk apa Revan?"
Revan masih menatapku dengan lekat lekat. Kedua tangannya saling bertautan tepat dedepan dagunya tampak sedang menimbang nimbang.
"Ayahku sedang sakit, Dia ingin aku menikah dan mempunyai anak. Jika aku tidak mau menikah bulan ini aku akan dijodohkan dan semua aset atas namaku akan menjadi
milik adikku!"
"Memang kenapa kalau itu jadi milik adikmu?"
"Masalahnya dia seorang Model dan dia sama sekali tidak tahu apapun!"
Aku menunduk bingung, merasa bimbang dan cemas juga benar benar pusing dengan ucapan Revan.
"Dan kenapa aku?"
Tanyaku kembali menatap mata indah milik Revan.
"Karna kau satu satunya orang yang sama sekalibtidak terpengaruh dengan apa yang aku miliki!"
Hanya karna itu?
Oh Bumi, telan aku saat ini juga.
Kenapa Revan sangat suka membuatku gila karnanya?
"Amoura.."
Aku menunduk menatap piringku yang setengah kosong, Aku benar benar bingung sekarang.
"Aku akan menuruti semua permintaamu termasuk surat perjanjian."
Aku mengangkat wajahku capat menatap Revan dengan tidak suka.
"Aku tidak mau!"
Tolakku dan bergegas bangkit, meniggalkan meja makan. Namun belum sempat aku meraih gagang pintu tangan besar Revan menarik lenganku.
"Apa lagi?"
Gumamku, Revan menggela nafasnya tatapan mulai melunak melihat aku yang menolak lamaran menggiurkanya mentah mentah.
"Aku Mohon."
Dan sekarang ia memohon, ayolah aku hanya seorang wanita. Dan melihat pria brengsek yang memiliki pesona luar biasa memohon padamu bukanlah sesuatu yang mudah.
"Maaf, Tapi aku tidak mau!"
Aku menyantak lengan Revan dan berbalik memegang gagang pintu.
"Hei-"
Aku memekik saat Revan Mendorongku ketembok sedikit kasar, genggamannya dilenganku mengetat dan rahang pria itu mengeras.
"Revan!"
Aku membulatkan mataku saat merasakan bibir itu melumat dan menghisal bibirku dengan kasar begitu liar seolah tidak ada hari esok. Aku terengah saat ia melepas ciuman sialan panasnya.
"Aku akan menuruti semua keinginanmu asal kau mau menikah denganku!"
"Aku tidak mau!"
Revan menghela nafasnya sebelum melangkah menuju Pantry Bar dan duduk membelakangiku.
"Kenapa kau menolakku?"
Aku menunduk menatap kaki telanjangku yang tidak menggunakan alas apapun.
Dan sekarang kami terlihat seperti bocah yang berbicara dengan saling memunggungi.
"Pernikahan tidak hanya tentang kau dan aku, Revan. Tapi ini tentang keluarga kita. Apa mereka akan menerimaku? Apa mereka akan baik baik saja dengan keluargaku? Aku memang belum tahu sepenuhnya tentangmu tapi aku jelas tahu kau dari keluarga yang terhormat.."
Aku tersentak saat merasakan sentuhan lembut dilenganku. aku hanya diam membiarkan Revan membawaku dan mendudukkanku di Sofa empuknya.
"Aku tidak peduli, aku hanya ingin kau menikah denganku."
"Aku tidak maum"
Dan sekarang aku semakin merasa tidak tahu malu saat Revan mengobati memar dilenganku meskipun itu karna ulahnya sendiri.
"Menikahlah denganku Amoura."
Aku menatap Kedua mata yang selalu mampu membuatku tennggelam disamudra birunya
"Aku tidak mau."
"Amoura.."
"Aku tidak mau ada surat perjanjian dan aku tidak mau mendengar kau akan menuruti segala permintaanku. kau tahu? itu terdengar seolah aku adalah perempuan murahan yang menikah hanya untuk uang!"
Revan terdiam ia mengerjap sekali menatapku seolah olah aku baru saja mengatakan sesuatu yang luar biasa.
"Revan?"
Dan detik berikutnya aku nyaris kehabisan nafas karna sepasang lengan kekar yang memelukku begitu erat.
Ya tuhan!
Pria ini benar benar gila!
***
Jangan Lupa Vomment
Maaf typo
Siera
**
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top