[ 01 ] Meet Cute ...

01. Meet Cute, They Say

usiaku 23 tahun saat itu dan di usia yang aku kira muda, aku bertemu dengan dia – m.r.(s)


To: All_Batch_Bitjh_SMF Consulting

From: [email protected]

Subject: Christmas Party Invitation

Dear All,

On behalf of Batch Bitjh Christmas Party Event Committe, I'd like to invite you to our Christmas dinner and celebration that will be held with detail as follows:

Date: Next Friday on 1st December

Time: 7.00 PM – till drop

Place: kotakota restaurant at Senopati

Event: Christmas party, secret santa, dinner, karaoke and many more

Attached also the link to our RSVP and secret santa website. Each invitee will be given a random name of other invitee. Once you got the name, you have to get him/her the Christmas present per their request as their Secret Santa. You also have to submit you Christmas wishlist to ensure that your Secret Santa will get you the right present.

Remember that this whole Secret Santa event is designed to be a secret surprise for all the party attendee. So, do not spoil the name you have with others! Make it secret, surprise & spectacular!

Thank you!

Hope you enjoy the event and see you soon.

Regards,

Christmas Party Event Committee

Seminggu yang lalu Miruna menerima surel itu dan dengan bersemangat langsung mengakses link yang diberikan di lampiran surel. Miruna selalu suka dengan hal-hal berbau kejutan dan pesta, terhitung sejak dia lulus kuliah. Meski bukan orang yang gemar berada dalam kerumunan manusia tapi Miruna selalu senang jika bisa merasakan suasana bahagia tanpa beban yang akan selalu terasa di acara pesta. Baginya yang sudah hampir setahun bekerja di kantor konsultan sejak lulus kuliah, suasana pesta selalu menyenangkan karena setidaknya untuk beberapa jam waktunya berpesta, Miruna bisa melupakan tumpukan pekerjaannya yang seperti tidak akan pernah selesai itu.

Sejak mulai bergabung di kantornya bersama kurang lebih dua puluh orang lainnya di akhir tahun lalu, baru satu kali kelompok mereka – yang kerap menyebut diri Batch Bitjh – menggelar acara pesta dan makan-makan. Pesta pertama itu diadakan ada di akhir bulan Oktober tahun ini untuk merayakan Halloween. Saat itu, meski tertera di undangan surel untuk mengenakan kostum, seluruh orang yang hadir di pesta memilih untuk memakai pakaian kerja mereka. Alasannya sama, "gue lagi cosplay jadi zombie!" Miruna ingin tergelak lagi mengingat pesta terakhir Batch Bitjh beberapa bulan lalu itu.

Belajar dari pengalaman, panitia acara pesta natal tahun ini akhirnya memutuskan untuk tidak memberikan dresscode maupun permintaan untuk mengenakan kostum untuk hari ini. Miruna hanya perlu merapikan laptop dan peralatan kantornya, memastikan kado natalnya sudah dibawa, dan dia sudah siap untuk berjalan ke lokasi pesta. Beberapa temannya di kubikel sebelah tadi mengajak untuk touch up make up, tapi Miruna merasa riasan wajahnya masih on point sehingga dia menolak dengan sopan ajakan itu.

Sebetulnya, dibandingkan dengan acara hari ini yang sudah berhasil membuatnya mendapat ijin rehat sejenak dari seniornya, cewek ini lebih tertarik memikirkan kado apa yang akan dia dapatkan dari Secret Santa-nya. Seminggu lalu, Miruna masuk ke wesbsite yang sudah disediakan oleh panitia dan menyelesaikan dua tugas yang diminta. Pertama dia mencari nama secara acak melalui sistem, di mana nantinya dia harus menyediakan kado sesuai permintaan pemilik nama tersebut. Kedua, Miruna juga menuliskan Christmas wishlist-nya untuk diberikan kepada siapapun yang nanti akan mendapatkan namanya.

Pada tugas pertama, Miruna mendapatkan nama Destika. Tidak sulit mencari hadiah yang Destika minta karena cewek itu menuliskan dengan rinci bahwa dia ingin sebuah agenda untuknya bisa menuliskan berbagai rencana kegiatan di tahun depan.

Meski tidak terlalu kenal dengan Destika karena mereka berbeda grup kerja, Miruna sering beberapa kali melewati kubikel Destika yang dekat dengan tempat galon air mineral berada. Dari berbagai kegiatannya mengisi ulang botol minumnya dengan air dingin itu, Miruna mengamati bahwa Destika suka dengan segala sesuatu berbau Disney. Mulai dari laptop kerjanya hinga beberapa buku catatan Destika yang tergeletak di atas meja kerja, semua dihiasi setidaknya satu stiker tokoh atau film-film Disney. Dengan seluruh informasi itu, dengan mudah Miruna memilihkan buku agenda bertema Disney untuk menjadi kado natal dari Secret Santa untuk Destika.

Sementara itu, untuk tugas kedua, jiwa kejahilan Miruna meluncur begitu saja. Melihat permintaan yang begitu terang benderang dari nama yang didapatkannya, Miruna jadi terinspirasi untuk memberikan teka-teki melalui Christmas wishlist yang dia kirimkan. Pasti akan menjadi sebuah perjalanan menarik tersendiri bagi Secret Santa-nya untuk bisa menebak hadiah apa yang Miruna inginkan.

Oleh sebab itulah, Miruna berjalan dengan senyuman terkembang menuju lantai dasar gedung kantornya. Dia sudah mencoba membayangkan apakah Secret Santa-nya akan berusaha mencari tahu apa yang dia inginkan. Ataukah Sang Secret Santa justru menyerah dan memutuskan untuk memberikan hadiah apa saja bagi Miruna. Bayangan kekesalan dari Secret Santa membuat Miruna semakin ingin tertawa.

Tengah dia berjalan dengan sepatu flat warna nude-nya yang tidak akan menimbulkan suara apapun di lantai, pundak Miruna ditepuk dari belakang. Refleks cepat dari tubuhnya, membuat Miruna segera membalik badan dan tanpa sadar turut mengibaskan rambut panjangnya yang terurai. Saat itulah terdengar teriakan kesakitan dari seorang cowok yang sepertinya menepuk pundah Miruna tadi. "Aduh! Aduh! Mata gue ketusuk rambut!!"

Suara itu sangat familiar di telinganya. Raut kekesalan langsung muncul di wajahnya, "Lebay banget sih, Per! Lagian lo sih nepuk pundak orang sembarangan. Gue kaget juga, woy!"

Cowok dengan lanyard dan kartu identitas kantor bertuliskan "Christoper Andromeda" menepuk sekali lagi pundak Miruna – kali ini dengan lebih keras dari sebelumnya. Dia tertawa puas setelah melihat Miruna kesakitan. "Lo tuh lebay! Baru gue tepuk dikit aja sakitnya kayak gue tonjok pakai jurus jab saja. Lagian mau ke mana sih lo cepat amat jalan gue kejar-kejar sampai lari tahu?!"

Miruna menekuk siku tangannya untuk melihat jam tangan yang ada di pergelangan tangan kirinya. "Kok jam tujuh lo udah turun? Biasanya jam delapan baru nyebat? Terus kok nggak bareng sama gerombolan orang-orang yang selalu ribut manggil lo 'Koko Christoper! Koko Christoper! sih?" Pertanyaan dari Christoper justru berbalik pertanyaan lainnya dari Miruna.

"Boleh nggak pertanyaan gue itu dijawab dulu, Madam?" Christoper menolak menjawab pertanyaan dari Miruna sebelum temannya itu menjawab pertanyaannya lebih dulu. Lalu seperti teringat sesuatu Christoper bicara lagi sebelum Miruna bahkan sempat menjelaskan, "Oh, gue ingat! Lo bilang kemarin kalau mau ada party sama teman-teman seangkatan lo masuk ya malam ini? Hmmm. Berarti hari ini nggak nebeng mobil gue, dong? Yes!!!!"

Miruna menganggukkan kepalanya, "gue ada party itu benar. Cuma, untuk urusan nebeng, gue tetap naik mobil lo, Per. Soalnya gue kayaknya bentar doang di sana terus balik lagi ke kantor buat lanjutin deadline dari klien. Buat besok nih bahannya."

"Deadline apa harus dikirim buat hari Sabtu? Memang klien lo mau ketemu sama siapa sampai minta kerjaan dikirim hari Sabtu?"

Cewek itu kini ganti menggelengkan kepalanya, "Udah deh nggak usah banyak tanya. Pokoknya hari ini gue tetap pulang bareng lo. Biasa kan ya jam sebelas begitu? Atau lo hari ini lembur sampai pagi di kantor? Ini hari Jumat loh, Toper!"

"Gue sih mau pulang jam sepuluh sebenarnya. Soalnya besok kan ulang tahun adik gue. Katanya orang rumah mau bikin surprise jam dua belas gitu. Kalau jam sebelas dari sini, nggak keburu sampai rumah buat mandi dulu bersih-bersih dan istirahat bentar."

"Ya udah, gue ngikut saja. Pokoknya gue tetap pulang sama lo. Lagian paling acara ini nggak bakal lama. Anak-anak itu kan pada hobi open table, pasti di Kotakota nggak bakal lama. Paling mentok jam sembilan sudah kelar terus pada cabut ganti ke Blowfish apa mana begitu. Gue nggak layak ke tempat kayak gitu, jadi pasti nggak ikutan. Jadi, gue bisa ke kantor lagi sambil kerja nunggu pulang bareng lo."

Christoper sedikit tergelak mendengar istilah "nggak layak" yang digunakan oleh cewek di depannya itu untuk menggambarkan ketidakcocokannya dengan kehidupan malam di luar kamar tidur dan kantor. "Ya udah. Kalau gitu lo bawa mobil gue aja buat ke Kotakota. Karcis parkir ada di tempat biasa. Pokoknya sebelum jam sepuluh sudah balik aja ke sini. Oke?"

"Siap, Komandan!" Miruna memberi hormat kepada temannya itu sebelum menerima kunci mobil dengan penuh kehati-hatian seolah kunci mobil itu adalah emas murni yang perlu dijaga supaya tidak jatuh dan rusak sehingga merusak nilainya.

Begitu mendapatkan kunci mobil di tangannya, Miruna memberi kecupan singkat di pipi Christoper sebelum kabur sambil menebarkan gelak tawa. Christoper langsung terpaku selama beberapa detik sebelum menyumpah serapah karena temannya sejak kecil itu baru saja dengan sengaja mempermalukannya di tengah wilayah publik. Christoper paling geli dengan public display affection alias PDA dan selalu protes jika ada orang yang sok melakukan itu terutama di aera perkantoran. Look at him now! Jelas Miruna tahu ketidaksukaannya itu dan dengan sengaja melakukan PDA dengan Christoper sebagai korbannya.

***

Seminggu lalu Zain Bintara menerima surel dari Monita mengenai undangan untuk mengikuti pesta natal bersama dengan beberapa teman kantornya yang masuk di waktu berdekatan sekitar akhir tahun lalu. Waktu membaca surel itu, sejujurnya Zain tidak terlalu berminat. Restoran Kotakota adalah salah satu restoran yang dikelola oleh Grup Hong Su dari Australia yang dimiliki oleh konglomerat keturunan Korea Selatan dan salah satu keluarga Hong Su adalah 'teman dekat' kakaknya – Iota Bintara. Terakhir kali Zain diajak ke Kotakota, satu-satunya makanan yang cowok itu anggap sesuai dengan harga yang tertera adalah kimchi buatan mereka. Sisanya makanan all you can eat beef ala Korea sangat tidak sesuai dengan harga yang dipasang. Yup! Harganya jauh lebih mahal dari kualitasnya.

Meski kakaknya sepertinya hampir bisa dikatakan sudah jatuh mati pada salah satu anak pemilik restoran Kotakota, Zain tetap objektif merasa restoran itu adalah pilihan tempat yang tidak cocok untuk menghabiskan uang ke dalam perut. Tadinya Zain ingin ijin dari pesta, namun mengingat keseruan mabuk-mabuk sedeng bersama teman-temannya yang lain di pesta pertama mereka beberapa bulan lalu, Zain jadi berubah pikiran.

Biarlah dia mengeluarkan uang untuk restoran overpriced itu. Toh yang terpenting bukan hanya makanannya, melainkan juga memori bersama teman-temannya. Memikirkan hal itu, seminggu lalu Zain mengakses sebuah website yang sudah disediakan untuk mencari tahu kado apa yang harus dia siapkan dan menuliskan kadonya sendiri sesuai ketentuan.

Saat membaca wishlist dari seorang teman satu batch-nya yang bernama Miruna Sakradhara itulah, Zain mulai merasa keputusannya untuk ikut pesta ini mungkin adalah kesalahan. Dia lupa Miruna ini anak di kubikel sebelah mana, karena mereka memang sepertinya berbeda grup.

Kantor konsultan tempat mereka bekerja menyediakan beberapa layanan konsultasi keuangan mulai dari audit, perpajakan, teknologi dan risiko, hingga transaksi dan strategi. Batch Bitjh adalah sekelompok anak baru di divisi Transaksi dan Strategi yang masuk di waktu yang kurang lebih sama sekitar kuartal empat tahun lalu dan memutuskan membuat komunitas sendiri. Divisi mereka sendiri terbagi atas dua grup yaitu grup Transaksi dan grup Strategi. Dua grup ini secara general cukup besar sehingga akan sangat jarang sekali semua pekerjanya bisa dekat kecuali pernah satu proyek bersama. Zain selama ini bergabung dengan grup Strategi sementara Miruna kemungkinan besar berasal dari grup Transaksi sehingga bisa dimaklumi jika meski mereka sama-sama bergabung di Batch Bitjh tapi jarang berinteraksi dan akhirnya lupa satu sama lain.

Sosok bernama Miruna ini menurut Zain adalah jenis manusia yang ajaib. Manusia mana di dunia ini yang begitu iseng menggunakan kesempatan menyampaikan wishlist jadi ajang tebak-tebakan? Masih bisa Zain ingat permintaan dari Miruna adalah sebagai berikut:

Aku minta benda yang bisa membuatku bahagia. Kata kunci yang bisa kamu pakai untuk benda yang menjadi kebahagiaanku ini antara lain:

Kayu

Hana Yori Dango

Sama dengan umur Pak Herman (salah satu Partner grup Strategi)

Kenny G

Arigatou! Muchas Gracias! Terima kasih banyak  :)

Jelas saja Zain langsung merasa ingin membatalkan rencananya ikut pesta begitu membaca tebak-tebakan nggak lucu itu. Untung saja Zain ini sudah terlatih menjadi manusia yang sabar sejak meniti karir sebagai associate di kantor konsultan ini. Jadilah dia tetap meladeni kegilaan Miruna itu.

Namun, bukan berarti hanya empat hal itu yang menjadi bahan Zain untuk menemukan wishlist yang dimaksud. Berbekal kemampuan desktop research alias riset mengenai suatu topik hanya bermodalkan internet yang Zain kembangkan di kantornya ini, Zain mencari tahu mengenai Miruna. Laman pertama yang cowok itu buka adalah LinkedIn dan dia langsung mencari nama Miruna Sakradhara yang bekerja di SMF Consulting.

Dalam waktu tidak sampai dua detik, layar laptopnya sudah menampilkan profil LinkedIn Miruna. Ternyata mereka satu angkatan dan Miruna adalah lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Lalu, tepat juga seperti tebakannya, Miruna memang bergabung di grup Transaksi. Di luar semua pencapaian akademiknya, profil LinkedIn Miruna memperlihatkan bahwa dia beberapa kali berpartisipasi sebagai relawan dalam berbagai acara kesenian. Apa ini bisa jadi petunjuk lainnya? Zain sedikit memutar otak.

Selain desktop research, beberapa kali Zain mencari sosok Miruna di kantor dan memperhatikan gerak-gerik cewek itu – meski tidak bisa terlalu sering karena pekerjaannya lebih penting tentu saja. Saat lunch dengan teman-teman kantornya pun, Zain mencoba mencari informasi mengenai Miruna. Dari situlah Zain mendapat beberapa petunjuk lainnya seperti Miruna ternyata selalu dipuji untuk laporan buatannya di power point yang selalu ringkas, informatif, menarik dan mudah dibaca. Bahkan dari beberapa senior, cowok itu mendengar informasi bahwa Miruna memang punya bakat di bidang desain.

Mengingat perjalanannya seminggu ke belakang mencari tahu mengenai Miruna dan mencari kado yang tepat sesuai petunjuk yang diberikan cewek itu, Zain jadi ingin memberikan selamat untuk dirinya sendiri. Begitu besar ternyata perjuangannya untuk mendapatkan jawaban yang dia yakin 100% sudah tepat ini. Cowok itu sangat percaya diri bahwa kado natal yang disiapkannya untuk Miruna sudah tepat.

Dia tidak sabar datang ke acara pesta itu dan melihat wajah terkejut Miruna mendapati bahwa Secret Santa-nya bisa menebak seluruh petunjuk dengan tepat. Rasanya pasti akan sangat memuaskan. Semua itu sudah terbayang di benak Zain bahkan sebelum jam kerja selesai dan memberikannya waktu untuk berangkat ke Kotakota.

"Bro, berangkat naik apa ke Kotakota?" Hans, salah satu teman dekat Zain di kantor sekaligus teman satu kubikelnya, bertanya pada Zain yang masih sibuk berkutat dengan laptop dan excel. Matanya melirik sedikit ke jam tangan yang dia kenakan di pergelangan tangan kanan. "Bawa mobil, Hans. Lo mau bareng? Jam tujuh kurang sepuluh kita turun, deh. Gue masih ada beberapa email harus dikirim. Bentar ya, Bro."

Hans menganggukkan kepala tanda setuju lalu kembali mengikuti Zain yakni berkutat dengan laptopnya sendiri.

Pukul tujuh kurang sepuluh menit tepat, kedua orang itu keluar ruangan dan menunggu lift untuk turun ke lantai dasar. Beberapa kali mereka bertukar pendapat di lift, perihal tempat yang lebih tepat untuk dikunjungi nanti selepas acara makan-makan selesai. Lebih tepatnya, Hans yang banyak bicara sementara Zain hanya mendengarkan. Sudah menjadi maklumat bagi teman-teman satu grup-nya, terutama para associates, bahwa Zain memang irit berbicara. Meski begitu, Zain tetap asyik diajak berkumpul bareng karena dia benar-benar pendengar yang baik dan jika bicara biasanya memang bisa punya efek yang bagus. Efek bagus tersebut bisa berupa nasihat yang masuk akal, jawaban yang membawa tawa, atau informasi-informasi penting yang memang saat itu sedang dibutuhkan.

Hans masih terus membicarakan mengenai lokasi klub malam yang sebaiknya mereka datangi malam ini selama perjalanan keduanya menuju tempat parkir, "Blowfish aja kali ya, Za. Minggu kemarin sudah di Leon, masa kita ke Leon lagi. Ganti suasana boleh, sih. Sebetulnya gue waktu itu pernah mau ajak yang lain coba salah satu klub baru punya kenalan gue. Namanya Armagedon, lokasinya dekat-dekat Wijaya situ, tapi pada nggak mau. Soalnya Armagedon ini katanya nggak seru begitu DJ-nya. Padahal DJ di sana rotasi-rotasi dari DJ-DJ yang ada di klub lain juga. Gue jadi nggak paham kenapa mereka begitu."

"Hans," Zain akhirnya bicara dan membuat Hans menghentikan langkahnya. "Itu Miruna bukan, ya?" Zain bertanya ingin memastikan karena dia takut kalau bayangan wajah Miruna yang terbentuk di kedua lensa kacamatanya saat ini salah.

Hans menatap ke arah yang dituju oleh Zain sambil membalas bingung, "Miruna? Miruna anak Transaksi yang mau lo kasih kado? Kayaknya sih iya, Bro. Dia lagi sama temannya ya?" Hans menatap semakin intens lalu mendesis kaget, "Wah! Dia cium pipi temannya di area kantor?! Gila juga itu cewek!"

Jika Hans sedikit kaget dengan hal yang tidak biasa terjadi di lingkungan kerja Jakarta pada jam kantor itu, Zain justru ingin tertawa keras. Memang Miruna ini makhluk ajaib persis seperti perkiraannya. Manusia mana yang mencium pipi lawan jenis di area kantor? Manusia mana yang setelah mencium pipi lawan jenis di area kantor lalu lari sambil tertawa meninggalkan semerbak kebahagiannya di udara?

"Yuk, Hans. Itu memang benar Miruna," Zain berkata sambil melanjutkan langkah kakinya sendiri.

***

Kotakota adalah salah satu restoran fusion yang menghadirkan kombinasi makanan khas Korea Selatan dan Indonesia dengan cita rasa yang tetap dipertahankan dan dihidangkan secara bersama di atas meja. Kotakota hanyalah satu dari beberapa restoran khas Korea Selatan lain yang tergabung dalam chain bisins food & beverages milik grup Hong Su. Grup Hong Su sendiri masuk ke Indonesia sekitar tiga tahun lalu saat perusahaan besar asal Korea Selatan itu membeli sekitar 20% saham Golden Greek Corp milik keluarga Bintara. Sejak itu, selain berbagai bidang usaha lain bersama keluarga Bintara, grup Hong Su juga mengembangkan bisnis lainnya sendiri termasuk food & beverages.

Sebagai salah satu bagian dari keluarga Bintara, Zain cukup mengetahui beberapa bisnis food & beverages grup Hong Su. Kotakota yang kebetulan dekat dengan kantornya ini, sebetulnya salah satu restoran milik grup Hong Su yang tidak terlalu kuat dari segi rasa. Namun, fasilitas lain yang diberikan seperti ruang private untuk karaoke sambil makan-makan serta pilihan fasilitas lainnya menjadikan Kotakota punya nilai plus tersendiri. Ide yang baik juga jika dilihat dari segi bisnis. Nilai tambah yang melebihi rasa ini membuat Kotakota menjadi lebih leluasa menagih harga lebih tinggi tanpa ada konsumen yang merasa terbebani.

Peluang bisnis yang menarik untuk menangkap pundi-pundi uang dari generasi yang nggak pernah peduli uangnya diambil oleh kelompok-kelompok yang lebih punya banyak uang lagi dibandingkan dengan mereka. Begitulah yang ada di kepala Zain setiap datang ke Kotakota. Kadang memang tidak sepahit itu, namun tetap saja ada unsur tidak terima dengan konsep yang dihadirkan.

Acara dimulai sekitar pukul setengah delapan malam ketika sekitar tiga per empat undangan sudah berkumpul dalam sebuah ruang private di dalam Kotakota. Zain memerhatikan suasana di sekitarnya. Orang-orang yang datang sudah mulai duduk di tempat masing-masing dan kebanyakan bergerombol sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Dia sendiri duduk di samping Hans dan di dekatnya ada beberapa orang lain lagi dari grup Strategi yang memang sudah biasa lunch dan clubbing dengannya dan Hans. Matanya menangkap suasana meriah. Telinganya mendengar pengeras suara dan televisi di sisi depan ruangan ini sudah mulai mengeluarkan suara musik lagu pertama yang dipilihkan untuk jadi lagu karaoke bersama-sama. Zain sedikit kaget karena lagu pertama yang diputar justru lagu patah hati internasional dari Adele yang berjudul All I Ask.

Seluruh peserta pesta mulai menyanyi bersama tenggelam dalam kesedihannya masing-masing namun masih tetap diselingi dengan tawa jika ada suara-suara sumbang yang terdengar. Monita yang memang sepertinya adalah koordinator acara mengumumkan bahwa acara sudah dimulai dan mereka bisa makan sambil menikmati soju dan bernyanyi bersama. Beberapa orang bergantian memilih lagu dan menyanyi. Selama itu Zain masih sibuk mengamati sementara Hans sudah ikut meramaikan suasana dengan suara dan gerak tubuhnya yang sudah pantas disandingkan dengan beberapa penyanyi RnB kenamaan.

Semakin waktu berlalu, semakin riuh rendah suasana. Hingga kemudian terdengar Monita meminta perhatian peserta pesta sejenak. "Guys, sesuai dengan email yang gue kirim. Agenda kita nggak cuma makan, minum dan nyanyi. Kita pertama dan terutama berkumpul di sini untuk merayakan keseruan natal. Jadi, sebelum kita lupa dengan acara utama, mari kita semua angkat gelas dan mengucapkan selamat natal untuk hari-hari libur natal kita yang mungkin nggak akan ada tahun ini."

Semua yang mendengarkan pidato singkat Monita tertawa.

"Three two one..." Monita menghitung mundur sebelum seluruh peserta pesta berteriak, "Merry Christmas!!!"

Tentu saja tidak semua yang hadir hari itu merayakan natal. Meski begitu, seperti kata Monita, acara hari ini bukan hanya untuk merayakan natal, melainkan juga untuk menyambut libur natal mereka yang nggak akan ada tahun ini berhubung pekerjaan akan selalu menumpuk setiap akhir tahun. Jadi, sebelum tumpukan badai pekerjaan menerjang seperti tahun lalu, ada baiknya mereka berpesta terlebih dahulu dan mengumpulkan sisa-sisa kebahagiaan yanga ada.

Usai bersulang baik dengan air putih, nok cha, soju maupun beer, Monita kembali bicara, "Sekarang kita masuk ke acara puncak sebelum acara ini kita sudahi. Siapa yang sudah penasaran?!?!?! Sebelumnya terima kasih untuk kalian yang sudah kumpulkan kado natal untuk masing-masing nama. Pantia sudah mengkoordinasikan semuanya dan sekarang kita panggil satu per satu ya. Are you ready, folks? Jangan kaget dengan kado natal kalian, oke!?"

Sekali lagi, gerombolan muda-mudi Ibu Kota itu kini tertawa. Mereka semua semakin tidak sabar melihat apakah Secret Santa berhasil memberikan Christmas wishlist yang sudah dituliskan. Sementara itu, di sudut ruangan, Miruna yang sudah menghabiskan sekitar satu setengah botol beer dan dua gelas kecil soju, sedang menunggu hadiah dari Secret Santa-nya dalam keadaan agak tipsy.

Beberapa nama dipanggil dan Miruna masih menunggu dengan tidak sabar. Di tengah ketidaksabarannya itu, Miruna semakin sadar bahwa dia sudah tipsy meski hanya minum sedikit. Diraihnya ponsel di kantong celananya. Dia mengetik pesan singkat untuk Christoper menjelaskan bahwa dia tipsy dan nggak akan mungkin bisa menyetir kembali ke kantor karena dia takut membahayakan dirinya sendiri dan orang lain.

Samar-samar Miruna mendengar Monita memanggil namanya. Setelah satu kontak mata yang dia buat dengan cewek itu, Miruna yakin memang namanyalah yang dipanggil. Dengan langkah yang terlihat pasti – padahal sudah lumayan pusing – Miruna maju mendekati Monita. Diambilnya kado miliknya yang disodorkan oleh Monita.

"Thanks, Mon," ujarnya yang dibalas senyuman manis dan sopan dari Monita.

Dalam kepalanya Miruan sedang mengagumi Monita yang sedari tadi menegak soju entah sudah berapa gelas dan masih tetap bisa sober. Toleransi alkohol Miruna benar-benar tidak pernah membaik sejak pertama dia mengenal alkohol beberapa tahun lalu di masa kuliah. Inilah alasan dia selalu bilang pada Christoper bahwa dirinya memang tidak akan pernah layak masuk ke klub-klub bersama teman-teman kantornya yang banyak menikmati hiburan jenis itu.

Di dekat pintu, Miruna menyandarkan punggungnya dan membuka kado yang dibungkus dengan kertas coklat itu. Sebuah kotak adalah hal pertama yang Miruna lihat. Lalu perlahan dibukanya kotak itu dan di situlah dia menemukan apa yang memang menjadi kebahagiaannya untuk natal tahun ini.

Drawing book dengan jumlah halaman sebanyak 50 lembar.

Kini mata Miruna berkeliling menyelidiki seluruh peserta pesta dan mencari siapa kira-kira Secret Santa yang berhasil memecahkan teka-tekinya. Sebuah suara memecah konsentrasinya, "Runa, lagi cari apa?"

Mata Miruna kini beralih menatap ke samping kirinya dan menemukan seorang cowok yang wajahnya dia kenali berdiri di sana. "Uhm, Hans kan, ya? Lo yang dulu ngerjain Proyek Pasti Bisa bareng sama Erika gitu-begitu, kan?" Melihat anggukkan dari Hans, Miruna merasa lega karena tebak nama cepatnya tepat. "Gue lagi cari siapa Secret Santa gue, Hans. Seru ini dia bisa tahu gue mau apa. Padahal gue kasihnya bentuk clues bukan langsung sebut mau apa."

"Lo mau ketemu Secret Santa lo?"

Miruna dengan cepat menganggukkan kepalanya. "Mau, lah. Jangan-jangan elo?!"

"Bukan dong," balas Hans, "kenalin, Runa. Ini teman gue yang sudah berhasil lo isengin dengan tebak-tebakan nggak bermutu lo. Kasihan loh dia sampai seminggu kemarin nggak produktif cuma biar tahu lo tuh maunya apa."

Dalam hatinya Miruna merutuki diri sendiri. Mampuslah! Harusnya dia nggak usah repot-repot cari tahu siapa Secret Santa-nya. Jika dipikir-pikir lagi, orang mana yang akan suka dikerjai begitu padahal kerjaan dari boss dan klien sudah bertebaran setiap harinya? Apa mungkin Miruna akan dihabisi saat ini juga oleh Secret Santa-nya? Mana Miruna masih merasa tipsy, bagaimana mungkin dia bisa melawan?

"Run?" Hans bingung melihat Miruna terdiam.

"Oh," Miruna membalas, "gue nggak akan diapa-apain kan karena udah ngerjain teman lo? Asli gue pas lagi bosan saja waktu bikin tebak-tebakan itu. Menurut gue juga nggak sesuah itu, deh. Ini dia berhasil, kan? Keren, deh! Salut gue, sungguh!"

Hans tertawa kecil, "Gue lupa deh, kayaknya pas kerjain Proyek Pasti Bisa bareng, lo nggak sebawel ini deh, Run. Oh iya, ini teman gue yang adalah Secret Santa lo. Kenalin, nih. Namanya Zain Bintara."

What?!

Otak Miruna berhenti bekerja selama beberapa detik hingga kemudian suara Zain yang terdengar serak-serak empuk terdengar menyapanya, "Halo, Miruna. Gue Zain yang sudah menebak teka-teki Christmas wishlist lo. Jadi tebakan gue benar, kan?"

Cewek di hadapan Zain itu menganggukkan kepalanya. "Benar banget, Zain. Hebat deh, lo. Thank you banget. Lo sudah berkontribusi membuat natal gue tahun ini lumayan menyenangkan dengan kado natal ini. Semoga kado yang lo dapat dari Secret Santa lo juga sesuai, Zain."

"Tentu saja sesuai. Gue minta dengan jelas dan nggak pakai cara aneh-aneh kayak lo, Miruna. Terus lo senang betulan sama kado natal itu?" Zain melemparkan pertanyaan lagi pada cewek itu yang di matanya masih tetap ajaib. Sebentar tadi cewek itu terlihat bersemangat dengan kado natalnya. Lalu dia terlihat kebingungan. Sekarang lebih banyak cewek itu mengeluarkan jawaban-jawaban diplomatis yang sangat di luar ekspektasinya.

Seandainya saja ekspresi bahagia Miruna bertahan beberapa menit lagi, Zain mungkin sudah akan puas dan tidak akan bertanya lebih panjang. Sayangnya perubahan emosi Miruna yang sangat cepat membuat tingkat kepuasan Zain belum maksimal jika dibandingkan dengan waktu yang dia buang untuk memahami Miruna beserta petunjuk-petunjuknya.

"Gue senang beneran, kok. Eh, bentar hape gue getar," Miruna meminta waktu sejenak dari dua cowok di dekatnya untuk mengangkat telepon tanpa meninggalkan posisi. Dia menjawab panggilan yang ternyata datang dari Christoper, "Yes, Toper. Ah, lo udah di parkiran? Lo naik apa tadi ke sini? What? Taxi? Oke, gue keluar sekarang. Bentar, dong. Jangan ditinggal nanti gue pulang sama siapa. Gue keluar in 2 minutes."

Usai menyelesaikan panggilan teleponnya, Miruna kembali fokus pada dua teman barunya malam ini, "So, Gentlemen, I have to go. Prince Charming gue sudah datang dan kalau gue nggak cepat-cepat nyamperin, nanti dia ninggalin gue sendirian."

"Loh, lo nggak ikut acara after party?" Zain bertanya murni penasaran. Dia kira selama ini tidak melihat Miruna di gerombolan teman-teman kantornya saat tiba Waktu Indonesia Bagian Clubbing adalah karena cewek itu punya gerombolan yang berbeda dengannya. Tampaknya perkiraannya kali ini meleset. Miruna mungkin memang bukan tipe anak clubbing di kantor.

Sebuah jawaban dari Miruna memastikan kesalahan pada prediksi Zain, "Duh, clubbing sama kalian? Jujur diri gue ini nggak pantas. HAHAHA. Yuk, ah. Duluan, gengs!"

Pada malam itulah keduanya berpisah di penghujung acara. Di malam itu pula, keduanya mungkin akan memulai suatu perjalanan panjang dan memulai acara di antara keduanya yang tidak pernah mereka bayangkan. Dari dua puluh tiga hingga dua puluh lima. Dari natal tahun ini hingga .... natal berikutnya – mungkin.

*** 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top