Chapter 2

Ketika Amora membuka mata, rasa sakit menusuk kepalanya, membuat pandangannya sedikit kabur. Ia memejamkan mata sejenak, menahan nyeri yang mendadak menyerang, mencoba meredakan pusing yang berdenyut di pelipisnya.

Perlahan, ia membuka matanya kembali, dan yang terlihat bukan lagi apartemennya yang suram, melainkan sebuah ruangan megah dengan jendela tinggi dan perabotan antik.

Aroma harum bunga dan cahaya matahari yang menerobos masuk menambah suasana hangat, begitu berbeda dari kehidupannya di dunia nyata.

Amora duduk perlahan, mencoba mengumpulkan pikirannya. “Di mana aku? Apa yang terjadi? Apakah ini mimpi atau nyata?” gumamnya pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh keheningan ruangan.

Hatinya dipenuhi pertanyaan tanpa jawaban. 'Apa mungkin gua diculik?' Pekerjaannya di dunia maya sering kali membuatnya jadi musuh bagi banyak orang, terutama para peretas yang pernah ia gagalkan. 'Bisa jadi ada yang dendam'

Ia memandangi sekeliling, ruangan ini begitu asing, penuh dengan dekorasi dan perabotan antik, jauh dari modernitas yang biasa ia kenal.

Sebelum sempat menganalisis lebih jauh, pintu terbuka perlahan, dan seorang perempuan muda dengan seragam pelayan kerajaan kuno melangkah masuk. Pakaian pelayan itu berenda dan berlapis kain halus, persis seperti yang biasa ia baca dalam novel-novel sejarah.

“Selamat pagi, Nona Amora. Apakah Anda sudah merasa lebih baik?” ujar perempuan itu dengan nada sopan dan hormat, sedikit membungkuk.

Amora tertegun, jantungnya berdetak kencang. Semua ini terasa nyata, terlalu nyata untuk sekadar mimpi atau imajinasi. Dengan suara yang masih lemah akibat sakit kepala, ia menjawab, “Aku… aku tidak tahu di mana aku berada. Siapa kamu?”

Perempuan itu tersenyum lembut sebelum menjawab, “Saya Elara, pelayan di kediaman Archduke Cressida Wren. Anda mungkin merasa bingung, tetapi Anda aman di sini. Apakah ada yang bisa saya bantu, Nona Amora?”

Amora mencoba mengumpulkan keberanian. “Archduke Cressida Wren? Apakah aku… diculik? Atau bagaimana caranya aku bisa berada di sini?”

Elara mengangguk memahami, tetapi wajahnya menunjukkan kecemasan yang mendalam. “Tidak, Nona Amora. Anda tidak diculik. Namun, mengingat kondisi Anda, saya rasa lebih baik saya memanggil tabib untuk memeriksa.”

Amora merasa sedikit lega mendengar itu, meskipun cemas tetap menyelimuti dirinya. Elara terlihat gelisah, matanya terus memandangi Amora dengan rasa khawatir, seolah bertanya-tanya apa yang terjadi pada wanita itu.

Tak lama setelah Elara meninggalkan ruangan, seorang pria berpakaian tabib masuk. Wajahnya tenang, namun tatapannya tajam, penuh perhatian. Ia membawa sebuah tas kecil berisi alat-alat medis kuno yang Amora belum pernah lihat sebelumnya.

“Selamat pagi, Nona Amora,” sapa tabib itu dengan suara tenang, walaupun ekspresinya tetap serius. “Saya Tabib Alaric. Elara sudah mengabarkan keadaan Anda. Saya akan memeriksa Anda sekarang.”

Amora hanya mengangguk, merasa semakin cemas dengan setiap detik yang berlalu. Tabib Alaric mendekat dan mulai memeriksa Amora dengan cermat. Setelah memeriksa detak jantung dan suhu tubuhnya, ia berhenti sejenak, menatap wajah Amora dengan ekspresi penuh perhatian, seolah menimbang sesuatu yang penting.

Setelah beberapa detik hening, Tabib Alaric akhirnya berbicara dengan suara tenang namun penuh keprihatinan. “Nona Amora, saya rasa Anda mengalami amnesia. Memori Anda tampaknya terganggu. Anda tidak ingat apa yang terjadi sebelumnya, bukan?”

Amora terkejut, mencoba mencerna kata-kata itu. “Amnesia? Tapi bagaimana bisa… aku tidak ingat apapun…”

Tabib Alaric mengangguk perlahan, wajahnya tampak semakin serius. “Memori Anda bisa terganggu oleh trauma atau peristiwa besar yang terjadi secara tiba-tiba. Namun, Anda tidak perlu khawatir. Saya akan memberikan ramuan untuk membantu pemulihan Anda.”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top