26. Traped
Apa yang dia lihat saat ini merupakan bukti nyata dari kecerobohannya semalam, kesimpulan yang dia dapat saat ini adalah dirinya telah dijebak, Renesya mengingat minuman yang diberikan pramusaji kepadanya. Bodoh! seharusnya saat itu dia lebih berhati-hati, tapi siapa sangka, semua telah terjadi, penyesalan tidak akan memutar kembali kejadian semalam.
Seharusnya ia memang pergi dari sana saat itu juga tatkala dia bertemu dengan pria sialan itu. Tidak butuh penjelasan lebih banyak. Renesya sudah tahu siapa pelaku dibalik ini semua, dia sudah menduga semua ini adalah ulah Marcus berengsek! Oh Sial! tanpa disadari cairan bening lolos begitu saja dari sudut matanya.
Renesya mendengar suara pintu terbuka, gadis itu menolehkan kepalanya cepat, pandangan matanya yang sempat mengabur karena cairan bening sialan yang muncul tiba-tiba, kini menatap tajam pada pria yang hanya beralut handuk sepinggang, denga kedua tangan saat ini sibuk mengusap rambut basahnya, pria itu berjalan ke arahnya, dan menyadari tatapan mata Renesya yang mengarah tajam padanya.
"Kau sudah bangun rupanya." ujarnya santai.
"DASAR BERENGSEK!! APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU??" Renesya mengeratkan cengkraman selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
Marcus hanya mengendikan bahu tidak peduli, "menurutmu apa yang kulakukan?" Bukannya menjawab, pria itu justru melemparkan pertanyaan serupa.
"KAU MEMANG PRIA BERENGSEK SIALAN!" Renesya semakin histeris, cairan bening mengumpul kembali di sudut matanya, meluncur semakin deras sulit dibendung lalu jatuh membasahi kedua pipinya.
Marcus mendudukan diri di pinggiran ranjang, dekat dengan Renesya, gadis itu membuang mukanya ke arah lain, enggan melihat Marcus. Jika boleh memilih, ingin sekali Renesya mengubur tubuhnya saat itu juga agar dirinya tidak harus dipaksa melihat pria itu ada di dekatnya, di sampingnya, dan menatapnya dengan sorot mata tajam nan memuakkan seperti itu. Dia benci, dengan kenyataan bahwa dirinya tidak dapat melakukan apapun dengan kondisinya saat ini.
"Bukankah sudah kubilang, detik kau keluar dari penjara itu, statusmu adalah istriku, dan aku bebas melakukan apapun yang kuinginkan, kau juga bebas bisa melakukan apapun yang kau mau. Tapi tetap saja, kau adalah istriku, itu berarti kau adalah milikku, dengan senang hati kuingatkan jika kau lupa nona."
Kalimat yang Marcus lontarkan sukses menampar Renesya telak, dan ia benci mengakui hal itu. Dunia terasa begitu sempit baginya, seolah tidak ada ruang gerak sedikitpun, usaha apapun yang Renesya lakukan untuk memperjuangkan kebebasannya seolah percuma, semua itu pada akhirnya akan kembali membuatnya berada pada titik dimana dirinya harus kembali terjebak dengan pria di depannya ini. Satu hal yang sangat Renesya sesali, seharusnya malam itu dia tidak pernah mendatangi tempat pria itu, namun semuanya sudah terlanjur, seperti tidak ada jalan baginya untuk kembali.
"Aku tidak pernah merasa menyetujui perjanjian konyolmu itu."Dia memang menolak menyetujui perjanjian yang diajukan Marcus, yang dia tahu akan lebih menguntungkan langkah hidupnya, Renesya hanya tidak ingin terikat lebih jauh dengan pria itu, dan bodohnya Renesya tidak berpikir sejauh ini tentang resiko apa saja yang harus dia terima dengan menolak perjanjian tersebut. Dan kini ia mulai menyadari semua yang terjadi padanya merupakan bentuk nyata dari resiko yang pria itu maksud. Marcus sangat sukses menghancurkan segala yang dia miliki. Pekerjaan dan tempat tinggalnya.
Renesya berusaha mempertahankan harga dirinya karena hanya itulah yang tersisa saat ini, ia tidak ingin membuat pria itu merasa di atas angin karena berhasil menginjak-injak harga dirinya. Dalam hati, Renesya bertekad tidak ingin dikalahkan begitu saja, dia harus tetap melawan. Renesya merasa pria itu akan senang jika dia menuruti keinginannya, karena itu hal yang bisa ia lakukan hanyalah berusaha keras menyangkal apapun yang pria itu inginkan.
"Aku tidak peduli kau menolaknya atau tidak, yang pasti saat ini kau adalah milikku dan akan tetap seperti itu sampai nanti aku bosan." Renesya mendelik tajam mendengar kalimat arogan tersebut. Sedangkan Marcus dengan santainya justru berdiri dari posisinya dan melangkahkan kakinya meninggalkan Renesya yang menahan amarah.
"Dalam mimpimu!" rutuk Renesya.
Sebelum tangannya menarik gagang pintu, Marcus menoleh kembali pada Renesya. "Mandi dan cepatlah berpakaian, aku tidak yakin bisa mengendalikan diri jika kau terus berpose menggoda seperti itu, kau bisa lihat, aku tidak perlu repot-repot menelanjangi tubuhku sendiri, hanya tinggal membuang handuk sialan ini." Marcus tertawa setelah mengatakan kalimat frontalnya diikuti suara pintu tertutup, membuat Renesya semakin kesal pada pria itu.
.
Renesya turun dari tempat tidur seraya menarik selimut tipis itu untuk menutupi tubuhnya, lalu menyeret kakinya perlahan menuju ke kamar mandi, dan dia menatap pantulan dirinya di cermin, di lehernya banyak sekali tanda merah, sudah pasti ini semua perbuatan pria sialan itu.
Selain itu tidak ada hal lain yang terasa aneh pada tubuhnya, dia merasa baik-baik saja, kecuali kepalanya yang masih terasa sedikit pusing. Renesya berusaha keras mengingat kejadian semalam tapi sekeras apapun dia berusaha sama sekali tidak ada yang muncul di otaknya,
Renesya membenamkan dirinya pada guyuran air shower yang jatuh menimpa kulitnya, menyamarkan air matanya yang jatuh tanpa henti , dia berusahan menghapus jejak kemerahan di tubuhnya, tapi sekeras apapun dia berusaha mengosoknya, tanda-tanda merah menjijikkan itu tidak mau hilang.
Renesya telah kehilangan semuanya, tempat tinggal, pekerjaannya, dan sekarang ini harga dirinya, semua yang dia miliki telah direnggut paksa. Tanpa Renesya sadari tubuhnya semakin menggigil karena kedingina, ia tidak tahu kesialan apa lagi yang akan menimpanya setelah ini,
Dalam diamnya, Renesya brusaha berpikir langkah apa yang harus diambilnya setelah ini, hidupnya sudah hancur, kebebasan telah diranggut paksa darinya. Renesya tidak tahu lagi apa yang harus dia perjuangkan untuk hidupnya setelah ini, apa dia harus menyerah begitu saja?
Tidak! Teriak Renesya dalam hati, tidak rela jika harus menyerah begitu saja, bagaimanapum caranya dia harus bisa melewati semua ini, dia tidak boleh menyerah, pria sialan itu sudah membuat hidupnya hancur.
Ada satu hal yang Renesya sadari. tidak ada gunanya dirinya menentang semua ini, karena tindakan tersebut justru akan semakin membuatnya jatuh terpuruk,
Kini ia tahu langkah apa yang harus dipilihnya, dalam hati Renesya bersumpah akan membalas segala perbuatan pria sialan itu terhadap dirinya.
Chieva
09 Maret 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top